Cerpen Karya: Efrinaldi
Yusuf termenung di sofa sehabis salat isya. Di sofa panjang di sampingnya terbaring istrinya. Wanita yang telah setia hidup dengannya selama 37 tahun itu terlelap dengan muka jernih. Rambutnya yang telah memutih mengkilap bak lampu. Istrinya memang berambut subur dan sehat sejak muda. Walau kini telah berubah warna tidak menyembunyikan keindahan rambutnya.
Pikiran Yusuf melayang ke 38 tahun silam. Ketika dia dipertemukan dengan seorang wanita yang berusia sepuluh tahun lebih muda. Kala itu Yusuf telah berusia 36 tahun. Ya, lelaki yang cukup tua bagi yang belum menikah di masa itu. Pertemuan itu membuahkan penerimaan hampir tanpa syarat dari wanita itu. Wanita itu menjadi istri Yusuf setahun kemudian.
Itulah penerimaan yang tiada tara dari seorang wanita padanya yang telah di ambang perjaka tua. Mata Yusuf berkaca-kaca. Dia tidak mampu menahan air matanya menetes di pipinya yang mulai keriput.
*
Gelombang kehidupan telah mereka lalui. Ada manis dan pahitnya. Tapi bagi Yusuf hanya suka mengingat kenangan manisnya. Selain pesta pernikahan yang indah, berlanjut dengan bulan madu ke Bali. Lahirnya anak-anak mereka. Serentetan promosi di tempat kerja yang tak lepas dari dukungan istri. Mereka menunaikan ibadah haji dan bermenantu.
Kedua terbesar dukungan istri, setelah penerimaan tanpa syarat sebelum menikah, adalah dukungan istrinya sewaktu Yusuf pensiun sebagai pejabat eselon dua di usia 60 tahun. Bagaimana istrinya tetap menghargainya sejak dia kehilangan banyak orang ketika mulai pensiun.
Yusuf kembali menyucurkan air mata.
*
Istri Yusuf terbangun. Dia duduk sambil merapikan baju dan rambutnya. Dia memandang Yusuf.
“Kenapa Kanda menangis?” ujar istrinya.
“Tidak apa-apa,” sahut Yusuf dengan agak gelagapan.
Yusuf mendekati istrinya. Dia memeluk istrinya dari samping.
“Terima kasih, Dinda!” cetus Yusuf.
“Kenapa Kanda demikian melankolis malam ini?” tanya istrinya.
Yusuf berusaha untuk biasa-biasa saja. Dia tersenyum dan berkata.
“Aku adalah lelaki lemah bila tanpamu,” kata Yusuf.
“Alhamdulillah! Namun, Kanda memang lelaki hebat. Mengerti apa yang ada di dalam hati,” ujar istrinya.
Malam sudah semakin larut. Mereka pun beranjak masuk kamar.@
Tag: Cerpen