Bank Indonesia Terus Berinovasi dalam Perumusan Kebijakan Pengembangan Ekonomi Syariah

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo. (Foto Bank Indonesia)

JAKARTA.NIAGA.ASIA – Bank Indonesia, dalam implementasinya terus berinovasi dalam perumusan kebijakan pengembangan eksyar yang mendorong pemerataan distribusi pendapatan melalui Zakat, Infaq, Sadaqah dan Waqaf (ZISWaf); dan memulihkan perekonomian melalui berbagai sektor ekonomi terkait seperti industri makanan halal, pakaian, dan pariwisata.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menyampaikan itu dalam International Islamic Monetary Economics and Finance Conference and Call for Papers (IIMEFC) yang ke-9, yang mengangkat tema “Accelerating Digitalization in Sharia Economy and Finance for Inclusive and Sustainable Growth in the Post Pandemic Recovery”, di Jakarta (25/10).

Menurut Perry, penyelenggaraan konferensi internasional dan call for papers ini merupakan wujud nyata komitmen Bank Indonesia untuk turut berkontribusi dalam pengembangan eksyar melalui sumbangan pemikiran akademik/riset yang dihasilkan guna memberikan masukan kebijakan yang konstruktif dan inovatif, sehingga pertumbuhan yang infklusif dan berkelanjutkan dapat tercapai.

Ia juga menyampaikan tiga peran penting ekonomi syariah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Pertama, Rahmatan lil Alamin, bagaimana menyelaraskan penguatan ekonomi dan keuangan syariah dengan penerapan prinsip ketulusan sehingga mampu memberikan manfaat kebaikan bagi masyarakat luas.

Kedua, Amanah, yaitu prinsip yang mendorong manusia menggunakan sumber daya alam secara bertanggung jawab guna mendukung ekonomi yang berkelanjutan.

Ketiga, prinsip keadilan melalui pemanfaatan teknologi digital akan memperkuat eksyar sebagai instrumen keuangan dalam meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi kemiskinan.

“Untuk mendukung hal tersebut, Bank Indonesia terus mendorong terbentuknya ekosistem riset dan formulasi kebijakan di bidang eksyar yang difokuskan untuk mengoptimalkan inovasi  digital dan kebermanfaatannya,” katanya.

Prof. Muliaman Hadad  dari Indonesia bersama Prof. Iftekhar Hasan dari Fordham University – USA, dan Prof. Meryem Duygun dari Nottingham University – United Kingdom hadir langsung pada penyelenggaraan IIMEFC tahun in. (Foto Bank Indonesia)

Pada penyelenggaraan IIMEFC tahun ini, terdapat tiga prominent scholars yang menyampaikan buah pemikirannya terkait isu ekonomi dan keuangan digital, inklusi perekonomian dan prinsip-prinsip syariah.

Prof. Muliaman Hadad – Indonesia dalam paparannya mengangkat isu terkait strategi dan kunci meningkatkan inklusi keuangan ekonomi dan sosial dari perspektif negara berkembang.

Prof. Iftekhar Hasan dari Fordham University – USA, menekankan aspek interrelasi antara budaya Islam, teknologi digital dan keberlanjutan dalam menghadapi meningkatnya ketidakpastian.

Tak kalah pentingnya, Prof. Meryem Duygun dari Nottingham University – United Kingdom menitikberatkan pentingnya upaya yang ditempuh dalam meningkatkan inklusivitas melalui literasi keuangan di dunia keuangan digital.

IIMEFC merupakan kegiatan tahunan dari jurnal yang dikelola oleh Bank Indonesia, yaitu Journal of Islamic Monetary Economics and Finance (JIMF) yang telah terakreditasi internasional. JIMF sebagai jurnal ilmiah berhasil meningkatkan kualitas dan reputasinya berdasarkan status akreditasi jurnal, baik nasional maupun internasional.

Akreditasi JIMF di tingkat nasional pada Science and Technology Index (Sinta) telah mencapai Sinta-1, yang merupakan tingkat akreditasi nasional tertinggi. Selain itu, JIMF telah resmi terindeks SCOPUS di April 2022, dan mencapai percentile 56th (Quartile/Q2) pada Juni 2023.

Hal ini menjadikan JIMF satu-satunya jurnal ekonomi, moneter, dan keuangan syariah di Indonesia saat ini yang terindeks internasional (SCOPUS). Sebanyak 300 karya tulis ilmiah dari 35 negara yang masuk pada IIMEFC tahun ini, terdapat 42 karya tulis terbaik yang dipresentasikan. Penyelenggaraan konferensi internasional dan call for papers ini juga selaras dengan komitmen dan visi Bank Indonesia untuk menciptakan ekosistem riset termasuk riset di sektor ekonomi dan keuangan syariah.

 Sumber: Departemen Komunikasi Bank Indonesia | Editor: Intoniswan

Tag: