BNPP Tetapkan Nunukan Masuk Wilayah Bencana Hidrometeorologi Kering

Tim penanganan bencana BPBD Nunukan membagikan air bersih ke masyarakat di Nunukan. (Foto : Istimewa/Niaga.Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) menetapkan Kabupaten Nunukan sebagai salah satu wilayah darurat siaga bencana Hidrometeorologi kering pasca kemarau panjang yang terjadi sejak akhir tahun 2023 hingga sekarang.

“Bencana Hidrometeorologi kering dihubungkan pula dengan El Nino yang melanda Nunukan sepanjang 5 bulan terakhir,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nunukan Arif Budiman pada Niaga.Asia, Senin (03/04/2024).

Untuk mengatasi kekeringan dan munculnya potensi kesengsaraan bagi masyarakat, BNPP di awal tahun 2024 menyalurkan bantuan Dana Siap Pakai (DSP) ke masing-masing wilayah terdampak Hidrometeorologi kering sebesar Rp 250 juta.

DSP tersebut diperuntukan sebagai dana penanggulangan bencana dan pengadaan air bersih bagi  masyarakat di wilayah Kecamatan Nunukan dan Kecamatan Nunukan Selatan bekerjasama dengan Perumda Tirta Taka Nunukan.

“Masing-masing kita DI Nunukan punya anggaran sendiri, jadi kami sharing-lah pendistribusian air bersih ke masyarakatnya,” sebutnya.

Arif mengaku belum mengetahui pasti seberapa banyak air bersih yang akan dibagikan ke masyarakat karena jumlah kuota air tergantung dari mobilitas dari tim penanganan bencana BPBD Nunukan dalam mendistribusikan air.

Kemarau panjang melanda wilayah Nunukan tidak hanya berpengaruh terhadap rendahnya curah hujan, beberapa sungai yang selama ini menjadi sumber air bagi masyarakat seperti sungai Sembakung dan Sebuku turut mengering.

“Sungai Sembakung dikenal selalu banjir besar, tapi tahun ini kondisi air sungai mengering,” sebutnya.

Kekeringan sungai Sembakung patut diwaspadai karena ketika memasuki musim hujan dikuatirkan bebet air meluap lebih dari perkiraan. Untuk itu, tim penanganan bencana BPBD Nunukan hendaknya memantau pergerakan air disana.

Menurut Arif, pelaksanaan bencana alam jenis Hidrometeorologi kering biasanya diikuti dengan persiapan bencana Hidrometeorologi basah yang dampaknya kerap kali menimbulkan bencana banjir besar dan tanah longsor.

“Tiap ada siaga Hidrometeorologi kering selalu diikuti persiapan Hidrometeorologi kering, makanya perlu pengawasan berkala terhadap cuaca,” terangnya.

Bencana Hidrometeorologi kering tidak hanya menimbulkan kemarau panjang, sejumlah lahan perkebunan dan hutan terbakar  baik disengaja oleh oknum masyarakat ataupun terbakar akibat panasnya cuaca.

Kejadian Karhutla disebagain wilayah pedalaman Kabupaten Nunukan lebih dikarenakan cuaca, berbeda dengan kebakaran lahan atau kebun di Kecamatan Nunukan disebabkan faktor manusia atau kesengajaan yang dibuat.

“Kita ada juga bagikan logistik khusus untuk masyarakat di wilayah pedalaman terdampak kekeringan,” tutupnya.

Penulis : Budi Anshori | Editor : Intoniswan

Tag: