BRIN – UNHAS Kaji Keragaman Cabai Katokkon Asal Toraja

Cabai Katokkon asal dataran tinggi Tana Toraja, Sulawesi Selatan. (Foto Istimewa)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Cabai Katokkon merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura lokal Indonesia yang berasal dari dataran tinggi Toraja, Sulawesi Selatan. Pada saat ini, sebagai komoditas cabai landraces, kegiatan budi daya dan wilayah pengembangan cabai Katokkon ini masih terbatas dimana hanya dilakukan oleh penduduk lokal di daerah Sulawesi Selatan, terutama di Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara.

Budi daya cabai Katokkon hanya dijumpai di daerah asalnya, maka upaya konservasi (pelestarian) dan pengembangannya perlu dilakukan seiring dengan pemanfaatannya secara berkelanjutan.

Dibandingkan dengan jenis cabai lainnya, cabai Katokkon memiliki bentuk, rasa dan aroma yang khas, serta kandungan capsaicin yang tinggi. Selain dikonsumsi, katokkon juga menjadi komoditas penting dalam berbagai upacara adat atau keagamaan di daerah tersebut.

Berdasarkan laporan Sjahril et al. (2020), variasi cabai lokal Katokkon secara morfologi masih sangat tinggi sehingga dapat dijadikan sebagai sumber keragaman (gene-pool) yang masih memerlukan kajian keragaman dan karakterisasi lebih lanjut.

“Melalui upaya tersebut, ke depannya diharapkan minimal satu galur atau aksesi unggul cabai Katokkon dapat dihasilkan dan dapat dilepas menjadi varietas lokal unggul baru,” kata Sjahril.

Berdasarkan pertimbangan di atas, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Universitas Hasanuddin (UNHAS) telah menyepakati sebuah Perjanjian Kerjasama (PKS) tentang Kajian Keragaman dan Karakterisasi Cabai Katokkon Asal Toraja.

PKS ditandatangani oleh kedua pihak melalui Pusat Riset Rekayasa Genetika (PRRG) Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan (ORHL) BRIN dan Fakultas Pertanian (Faperta) UNHAS, yang dilakukan secara daring,  pada Jumat (23/12).

Dalam sambutannya, Ratih Asmana Ningrum, selaku Kepala PRRG BRIN menjelaskan bahwa PRRG BRIN  berada di bawah ORHL di mana di dalamnya terdapat 8 Pusat Riset, salah satunya adalah PRRG. Di dalam PRRG terdapat 16 Kelompok Riset, salah satu fokus risetnya adalah untuk peningkatan kualitas dari tanaman pangan.

“Saya sangat senang karena hari ini akan dilakukan penandatanganan perjanjian kerja sama mengenai cabai Katokkon asal Toraja. Kita akan melihat keragaman dan karakterisasi lebih lanjut mengenai tanaman pangan lokal. Kami di PRRG BRIN juga memiliki kegiatan riset cabai sehingga nanti dapat diintegrasikan di dalam kegiatan riset cabai. PRRG melakukan kajian sifat genetik tanamai cabai untuk perbaikan sifat, agar tanaman cabainya lebih tahan simpan,” tutur Ratih.

Ratih juga menyampaikan bahwa perjanjian kerja sama yang akan ditandatangani merupakan suatu awal bagi kerjasama selanjutnya, karena kerjasama dengan BRIN itu tidak hanya terfokus pada kegiatan riset saja tetapi juga untuk kegiatan peningkatan kompetensi kedua belah pihak.

“Kami memiliki berbagai macam skema pendanaan dan peningkatan kompetensi yang dapat  dimanfaatkan sebaik-baiknya. BRIN memiliki program pendanaan riset yang  terkait pertanian dengan skema riset dan inovasi untuk indonesia maju serta ada juga pengujian produk inovasi pertanian. Selain itu ada juga pendanaan untuk eksplorasi dan ekspedisi, sehingga ini semua dapat dimanfaatkan bersama dengan adanya payung kerjasama ini,” jelas Ratih.

Ratih Asmana Ningrum, Kepala PRRG BRIN dan , Salengke, Dekan (Faperta) UNHAS. (FOTO BRIN)

Tujuan dari dilakukannya kerja sama adalah sebagai kajian terhadap keragaman genetik berbasis molekuler dan morfoagronomis untuk mendapatkan cabai Katokkon asal Toraja yang memiliki karakteristik tahan terhadap penyakit sebagai keunggulannya.

Data yang dihasilkan dari kegiatan riset kerja sama ini selanjutnya akan menjadi dasar dalam pelepasan serta pengembangan varietas cabai lokal Katokkon. Selain itu, kegiatan kerja sama riset ini juga menjadi bagian penting dalam mendukung program kegiatan “Climate Resilence Agriculture Innovation and Investigation Program” antara UNHAS dan LSM lokal petani cabai di daerah Toraja.

“Dengan adanya PKS ini saya berharap semoga kegiatan riset yang akan kita tandatangani hari ini akan membuka kesempatan untuk kerjasama riset lainnya di berbagai topik lainnya dan tentunya akan membuka jalan bagi kita untuk saling bertukar bagi penguatan kompetensi sumber daya manusia di kedua belah pihak,” pungkas Ratih.

Pada kesempatan yang sama, Salengke,  selaku Dekan (Faperta) UNHAS menyampaikan terima kasih dan apresiasinya kepada BRIN bahwa PKS yang akan ditandatangani ini adalah menyangkut penelitian yang berhubungan dengan rekayasa genetik cabai Katokkon asal Toraja.

“Harapan kami dengan adanya kerjasama UNHAS dan BRIN ini akan semakin mempererat hubungan BRIN dengan Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, serta pastinya juga akan memperkaya ilmu dan proses pembelajaran yang dilakukan di UNHAS. Kami akan sangat bersyukur dan membuka diri kepada para periset dari BRIN yang ingin melakukan kerjasama dengan Faperta UNHAS dalam melakukan riset-riset kolaborasi. di bidang studi pertanian lainnya,” ungkap Salengke.

Sebagai informasi, hadir mendampingi Ratih Asmana Ningrum dari PRRG BRIN adalah Reflinur dan Rerenstradika T. Terryana. Surya Diantina dari PR Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya dan Kehutanan (PRKTKK) BRIN. Dwi Ningsih Susilowati, Wartono, Tri Joko Santoso, Rinda Kirana, Ifa Manzila, Siti Aminah, dan Jajang Kosasih dari PR Hortikultura dan Perkebunan (PRHP) BRIN. Perwakilan dari Biro Hukum dan Kerjasama dan Biro Komunikasi Publik, Umum dan Kesekretariatan BRIN.

Sementara dari Faperta UNHAS, selain Salengke yang merupakan Dekan Faperta UNHAS, turut mendampingi Kaimuddin selaku Koordinator Tim Climate Resilence Agriculture Innovation and Investigation Program (CRAIIP) dan anggota lainnya, yakni  Rahmansyah Darmawan, Hari Iswoyo, Amir Yassi, Tandu Ramba (Koordinator CRAIIP-Toraja), Muh. Farid (Guru Besar Faperta UNHAS), Sylvia Sjam (Guru Besar Faperta UNHAS), Muhammad Fuad Anshori (Staf Pengajar Faperta UNHAS).

Sumber: Humas BRIN | Editor: Intoniswan

Tag: