Di Samarinda, Pasien Menunggu Hasil Pemeriksaan Swab Terbanyak se-Kaltim

Penumpang di Bandara Ngurah Rai Bali Jumat (31/01) mengenakan masker. (Hak atas foto EPA Image caption)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Kota Samarinda mulai menerapkan relaksasi dari pembatasan di masa pandemi Covid-19 fase I per hari ini. Namun demikian, ternyata dari 289 kasus yang menunggu hasil swab, justru paling banyak dari Samarinda, lebih dari 100 kasus.

“Samarinda, masih proses menunggu hasil sebanyak 108 kasus. Tentunya ini akan sangat berpengaruh pada perkembangan kedepan. Kalau sekarang, kecenderungan menurun kasusnya. Tapi masih ada 108 lagi masih menunggu,” kata Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kalimantan Timur Andi Muhammad Ishak, dalam telekonferensi, Senin (1/6).

Andi menerangkan, hal itu sebenarnya perlu menjadi pertimbangan daerah, untuk melakukan pelonggaran. “Karena kalau 108 ini negatif, ya berarti benar-benar sudah mengalami penurunan kasus,” ujar Andi.

“Kalau dari ini masih banyak positif, gambaran sesungguhnya bukan penurunan kasus. Tapi justru terjadi peningkatan. Ini perlu diperhatikan oleh kita. Dan tentunya, masyarakat memahami meski diputuskan terjadi pelonggaran. Maka, benteng terakhir ada di masyarakat itu sendiri,” tambah Andi.

Data 108 pasien di Samarinda yang masih menunggu hasil swab per laporan Senin (1/6). (sumber : Dinkes Kaltim)

Sebab, lanjut Andi, virus pada dasarnya ikut pada manusia. Maka, bagaimana manusia, dan masyarakat, untuk bisa tidak tertular dan menularkan. “Maka, mau tidak mau harus patuh dan disiplin, untuk menerapkan protokol kesehatan, secara ketat,” terang Andi.

“Karena hanya itu yang bisa kita lakukan kedepan. Untuk bisa memastikan menekan penularan Covid-19. Senantiasa, kita jaga jarak antar yang lain, dan diharap jadi budaya baru dalam tatanan kehidupan baru nanti,” ungkap Andi.

Kendati demikian, kondisi di tengah masyarakat saat ini, tidak luput dari pengamatan Andi. “Kami lihat semakin berkurang masyarakat menggunakan masker, beraktivitas di luar, bahkan aktivitas di kerumunan semakin sedikit menggunakan masker,” sebut Andi lagi.

“Karenw, mau tidak mau kedepan ini harus tetap dilakukan (penerapan protokol kesehatan). Meski kondisi kasus menurun, tapi kebiasaan ini, protokol keseharan harus dan wajib dilaksanakan,” jelasnya.

Info grafis kasus Covid-19 di kota Samarinda per hari Senin (1/6). (sumber : Dinkes Samarinda)

Di samping itu, lanjut Andi, dalam relaksasi atau pelonggaran, harus disertai pengawasan, dan mekanisme lain, untuk memastikan masyarakat kita patuh terhadap protokol itu. “Untuk itu, Pemda juga bisa melalui kerjasama aparat keamanan, untuk melakukan monitoring, dan pengawasan terhadap kepatuhan masyarakat, untuk melakukan protokok kesehatan,” tegasnya.

“Karena apabila tidak dilakukan, maka kemungkinan besar terjadinya penularan ini, akan semakin terbuka. Apalagi yang masih menunggu menunggu hasil proses, sebentar lagi akan ada hasilnya. Kalau dinyatakan positif, apa artinya bahwa daerah kita ini masih sangat berbahaya,” terang Andi.

Perlu diketahui, lanjut Andi, Kaltim dari sisi epidemiologi bahwa tingkat penularan kasus, masih di atas 1. Artinya, masih dinyatakan berbahaya, dan masih berpotensi orang menularkan ke orang lain.

“Syarat melakukan pelonggaran, Ro dan Rt harus di bawah 1. Artinya penderita positif, tidak lagi menularkan ke orang lain,” demikian Andi. (006)

Tag: