Dialah Jodohmu, Nak!

Cerpen Karya: Efrinaldi

Ilustrasi

Setelah beberapa minggu aku di rumah ibu tiriku, aku diajak kakakku tinggal di rumah istrinya di Ampang Godang. Keponakanku menjadi penghiburku sehingga sedih hatiku karena patah hati berangsur-angsur sirna.

Anggi suka menyanyi lagu Semut-semut Nakal yang dipopulerkan penyanyi cilik masa itu.

Setelah beberapa lama kakakku berbicara dari hati ke hati padaku.

“Epi, bagaimana kalau Uda perkenalkan Epi dengan wanita mantan murid Uda?”

Belum sempat kujawab, kakakku menyodorkan dua foto wanita muda, satu berjilbab dan satunya lagi tidak, berambut tergerai panjang. Kedua foto itu adalah orang yang sama.

Aku memperhatikan foto itu. Bulu matanya rapi sekali, hidungnya mancung bak hidung orang Timur Tengah. Matanya teduh dan senyumannya membawa kedamaian.

“Baik, kapan aku bisa bertemu dengannya?” kataku pada kakakku.

“Ya, segera Uda atur pertemuannya.” jawab kakakku.

Foto itu kusimpan di tasku. Aku kembali bermain dengan keponakanku, gadis kecil yang lucu.

Mobil “pick-up” itu berangkat juga ke Koto Kociak dengan empat penumpang di jok depan, berdempet-dempetan, aku, Uda Eri, Uni Upik (almh. Istri Uda Eri), dan keponakanku Anggi.

Aku memakai baju yang paling nyaman kupakai, tetap memberikan kesan seorang anak muda zaman 80-an. Dalam bajuku telah tersimpan dua foto gadis yang ku dapatkan dari Uda Eri seminggu lalu.

Mobil sampai di halaman rumah Pak Murhas, guru Bahasa Inggris SMA Limbonang, di Koto Kociak. Kami turun dari mobil, bersama masuk rumah yang pintunya terbuka.

Kami masuk dengan mengucapkan salam dan ternyata Pak Murhas dan Uni Eli (istri Pak Murhas) telah menanti kami.

Kami dipersilakan duduk dan ternyata telah ada seorang gadis berkerudung dengan seorang wanita setengah baya. Kami diperkenalkan satu sama lain oleh tuan rumah. Aku menyalami gadis itu dan mata kami beradu.

Ser….! serasa copot jantungku.

Gadis itulah yang fotonya di balik bajuku itu. Dia bernama Mul, Mulyawati. Dan wanita setengah baya di sampingnya adalah Ibu Rosmi Rasul, ibu dari Mulyawati.

Pembicaraan berlangsung sangat santai, perlahan sekali, namun apa yang dimaksud telah sampai ke ujungnya. Dalam hati aku memutuskan, bahwa aku telah menemui gadis yang benar aku impikan. Aku meminta alamatnya di Pekan Baru. Mul menulis di secarik kertas yang diambilnya dari dalam tas tangannya. Menyodorkan padaku, aku baca dan aku masukkan ke saku bajuku.

Hanya sekitar 25 menit pertemuan itu dan Mul pergi ke Payakumbuh untuk kembali ke Pekan Baru, kota tempat kuliahnya.

Besoknya, aku pergi ke Kota Padang menemui ibuku yang terpaksa tinggal di Kota Padang karena harus menjalani fisioterapi secara rutin di Kota Padang.

Aku katakan pada ibuku bahwa aku baru saja berkenalan wanita yang sangat kusuka menjadi pendamping hidupku. Kuambil foto gadis itu yang kusimpan di balik bajuku. Ibuku bertanya tentang siapa gadis itu. Tidak banyak percakapan kami dan ibuku memelukku.

“Dialah jodohmu, Nak!” ujar ibuku dan semakin erat memelukku.

Kami pun berurai air mata. Mul adalah Mawar Biru bagiku, dipilihkan Tuhan bagiku setelah hubunganku dengan seseorang, Si Mawar Merah, berakhir dengan kesedihan.@

Tag: