DSP3A Nunukan Minta Pengusaha Rumput Laut Bangun Rumah Singgah

Lokasi kerja  pekerja rumput laut di kampung Mamolo Nunukan tak dilengkapi rumah singgah atau tempat penitipan anak balita. (Foto Budi Anshori/Niaga.Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA-Anak usia sekolah dan anak balita ikut orang tua bekerja mengikat rumput laut (mabentang) merupakan potret kehidupan sehari-hari di Kabupaten Nunukan.

Suara anak-anak bermain dan tangisan balita seakan menjadi hal biasa di lokasi kerja mabentang. Tidak sedikit pondok-pondok kayu tempat ibu – ibu berkumpul mengikat rumput laut dihiasi ayunan tempat menidurkan anak.

Menanggapi  fenomena demikian, Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DSP3A) Nunukan Faridah Aryani, seharusnya pengusaha rumput laut membangunkan rumah singgah atau tempat penitipan anak di lokasi kerja mabentang.

“Kondisi demikian jelas kurang baik bagi pertumbuhan balita,” kata Faridah Aryani pada Niaga.Asia, Kamis (27/01/2022).

Kondisi demikian hal dilematis, antara tetap bekerja memenuhi ekonomi rumah tangga, namun dihadapkan dengan anak-anak usia 3 – 5 tahun terpaksa dibawa ke lokasi kerja, karena tidak memiliki penitipan.

Kuatir menimbulkan masalah bagi anak, Faridah menghimbau pengusaha atau pemilik usaha mabentang membangun sarana penitipan anak atau setidaknya rumah singgah untuk anak- pekerja di lokasinya tidak jauh dari tempat kerja.

“Masalah ini harus disikapi bersama, pengusaha rumput laut dan pemerintah jangan membiarkan kondisi kurang baik ini,” ucap Faridah.

Anak pekerja rumput laut dibawa ke lokasi kerja.  (tangkapan layar vidio)

Rumah singgah sementara atau rumah penitipan adalah solusi terbaik, anak-anak akan terhindar dari hama rumput laut, sedangkan orang tua bisa lebih tenang bekerja tidak perlu mengkhawatirkan anaknya.

Menurut Faridah, para pengusaha rumput laut bisa menggandeng Sangkar Kegiatan Belajar (SKB) ataupun lembaga pendidikan usia dasar. Lewat kerja sama diharapkan anak terlindungi dan mendapat pengetahuan.

“Tolong pengusaha perhatikan ini, bangunkan rumah penitipan anak di lokasi kerja dan berikan pendidikan untuk mereka,” tuturnya.

Rata-rata pekerja rumput laut memiliki latar belakang ekonomi tidak mampu dan kurang mengenal pendidikan. Kebanyakan pekerja merupakan warga luar daerah eks Pekerja Migran Indonesia  (PMI) yang tidak ingin pulang kampung dan balik lagi ke Malaysia.

Namun, ada sebagian orang tua peduli terhadap anaknya dengan tidak meninggalkan hak-hak anaknya bersekolah, bermain, belajar mengaji dan memberikan kehidupan layak dengan menitipkan ke rumah singgah atau panti.

“Saya pernah ketemu anaknya pagi-pagi dimandikan lalu diantar ke penitipan panti, nanti pulang kerja diambil, ada pula anaknya dititip ke” bebernya.

DSP3A Nunukan pernah survei di lokasi kehidupan masyarakat rumput laut yang penelitiannya  disampaikan ke Dinas Pendidikan, ada keinginan bersama untuk membangun PAUD Holistik Integratif di lokasi perka rumput laut.

PAUD Holistik Integratif tidak sebatas tempat penitipan dan belajar anak, orang tua bisa menjadikan tempat sebagai lokasi beristirahat kerja siang ataupun sekedar memberikan ASI kepala balitanya sekaligus sosialisasi.

“Kita ingin si kecil stimulasinya sesuai dengan tahapan tumbuh kembangnya, Tinggal mindset pola pikir orang dan pengusaha didorong untuk menyadari ini” terangnya.

Penulis :  Budi Anshori | Editor : Rachmat Rolau    

Tag: