Dua Kampung di Wilayah Perbatasan Puluhan Tahun Menunggu Listrik PLN

Tiang listrik PLN paling akhir sebelum menuju perkampungan Lapio. (Foto Istimewa)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Sekitar 150 kepala keluarga (KK) yang bermukim di Dusun Bebol, Desa Sungai Limau, Kecamatan Sebatik Tengah  dan Dusun Lapiu, Desa Setabu, Kecamatan Barat, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara, di wilayah perbatasan antara Indonesia dengan Malaysia, hingga saat ini belum bisa menikmati listrik PLN, meski sudah menunggu puluhan tahun.

“Dua pemukiman penduduk di pulau Sebatik yang dihuni sejak tahun 1980 belum tersambung listrik PLN,” kata Anggota DPRD Nunukan asal Sebatik, Andre Pratama pada Niaga.Asia, Selasa (13/06/2023).

Penerangan listrik malam hari  hanya ada di beberapa rumah warga yang menggunakan mesin genset ataupun lampu solar sel. Kondisi ini sangat menyedihkan dan bertolak belakang dengan kondisi desa di Malaysia yang terang benderang.

Kedua kampung  yang belum menikmati listrik PLN tersebut adalah Dusun Bebol, Desa Sungai Limau, Kecamatan Sebatik Tengah dengan jumlah penduduk lebih 100 KK dan Dusun Lapiu, Desa Setabu, Kecamatan Barat, jumlah penduduk sekitar 45 KK.

“Tahun 2019 pernah saya ajukan pemasangan listrik di perkampungan itu, tapi ditolak PLN alasan jalan di sana belum masuk mobil tronton pengangkut tiang listrik,” sebutnya.

Untuk mewujudkan harapan masyarakat menikmati listrik PLN, Andre secara sukarela memperbaiki jalan dengan melebarkan ruas jalan agar mobil tronton pengangkut tiang listrik bisa masuk.

Bukti-bukti foto perbaikan jalan dan permohonan dari masyarakat dituangkan dalam proposal permohonan pemasangan listrik ditujukan kepada kantor cabang PT PLN Berau sebagai induk dari ranting PT PLN Nunukan di tahun 2020.

“Tahun itu PLN Nunukan masih bergabung dengan PLN Berau dan saya sendiri antarkan proposal ke sana dilengkapi bukti-bukti pertemuan dengan pihak manajemen PLN,” bebernya.

Setelah menunggu 1 tahun, kata Andre, pihak PLN yang berjanji akan menindaklanjuti proposal tetap tidak kunjung memenuhi permintaan masyarakat, fasilitas jaringan listrik yang dijanjikan belum terpasang hingga tahun 2022.

Padahal, lanjut dia, jumlah penduduk terus bertambah dan ruas jalan menuju pemukiman Dusun Tebol maupun Lapiu sudah terbuka untuk dilalui mobil tronton. Pihak PLN hanya membuat janji-janji tanpa realisasi.

“Saya buka jalan Tebol dan jalan Lapeo gunakan alat ekskavator sendiri, kita ingin disana merdeka menikmati listrik seperti warga lainnya,” tuturnya.

Permohonan sambungan listrik dilakukan setiap tahun dan setiap pergantian manajer PT PLN Nunukan, yang pada komunikasi di tahun 2021 menjanjikan tahun 2022 akan terpasang infrastruktur listrik ke pemukiman tersebut.

Rencana pemasangan infrastruktur jaringan listrik ditindaklanjuti pihak PLN Nunukan dengan melakukan survei ke lokasi pemukiman penduduk yang jarak tempuhnya dari pusat kecamatan sekitar 6 kilometer.

“Lampu dari mesin genset disana hidup dari sore sampai pukul 22:00 Wita dan tidak semua warga memiliki mesin,” bebernya.

Andre juga mengkritik kinerja PLN Nunukan yang tidak mampu meningkatkan daya suplai listrik ke pelanggan, pemadaman listrik terus terjadi seperti hari ini kembali padam tanpa pemberitahuan sebelumnya.

Harusnya, PLN Nunukan memaksimalkan sumber daya listrik yang dihasilkan dari Pembangkit Listrik Tenaga Migro Gas (PLTMG) Sebaung dengan tetap menjadikan mesin-mesin PLTD sebagai pendamping atau penambah daya.

“Sumber gas kita berlebihan, kenapa PLTMG Sebaung tidak dimaksimalkan, kalau cuma PLTD sampai kapan normal listrik,” tutupnya.

Penulis : Budi Anshori | Editor : Intoniswan

Tag: