Cerpen Karya: Efrinaldi

Suatu sore ayah mengotak-atik radio rusak. Aku mendekati ayah. Aku perhatikan apa yang sedang dikerjakan ayah. Ayah membuka tutup belakang radio dengan membuka baut memakai obeng. Begitu tutup terbuka, terlihatlah bermacam-macam komponen. Ada speaker yang paling besar, kabel-kabel sampai komponen kecil-kecil yang aku belum tahu namanya.
Ayah mulai memperhatikan komponen dalam radio. Pertama ayah memperhatikan kabel-kabel. Ayah menemukan ada kabel yang putus.
“Ada kabel baterai yang putus, Epi,” ujar ayah, “ayah harus menyambungnya lagi,” lanjut ayah.
Ayah menyambung kabel yang putus dengan solder. Setelah disolder, ayah menekan tombol power radio. Aha! Radio kembali hidup. Ya, semudah itu!
Lain hari ayah diminta bantuan orang memperbaiki radionya yang rusak. Seperti dulu ayah membuka tutup radio. Ayah mulai memperhatikan kejanggalan yang mungkin ada.
“Oh, ini … pengatur gelombangnya tidak berfungsi,” seru ayah.
“Kenapa Ayah?” tanyaku.
“Hanya benangnya yang putus.” sahut ayah.
Ayah kemudian mengganti benang pengatur gelombang dengan benang baru. Beres!
Suatu hari ayah kesulitan memperbaiki radio yang rusak. Berjam-jam ayah mencari kerusakannya.
“Aha! Ini dia, “ seru ayah sambil memperlihatkan ada komponen yang hampir copot.
Ayah mematri komponen itu di tempatnya. Ayah menghidupkan radio dan radio pun kembali menyala. Ayah memberi tahu bahwa komponen tersebut bernama transistor. Sejak itu aku penasaran ingin tahu lebih banyak tentang komponen radio.
Ayah menjelaskan nama berbagai komponen di antaranya transistor, resistor, dan kapasitor. Ayah menjelaskan bahwa semua komponen harus terpasang dengan baik pada posisinya masing-masing. Aku jadi paham selama ini ayah memastikan semua komponen tersambung baik. Kalau ada komponen yang lepas, disambung lagi.
Penasaran dengan komponen radio, aku minta dikursuskan elektronika. Ayah mencarikan guru les. Dari guru, aku mengenal lebih jauh tentang transistor yaitu adanya tiga kaki dari transistor. Aku juga menjadi bisa membaca kekuatan resistor dari lingkaran berwarna pada resistor. Aku juga diajari cara menguji komponen memakai voltameter.
Tidak selesai sampai di situ. Aku malah menjadi penasaran tentang bagaimana komponen itu dirancang susunannya.
Tidak kuasa menahan rasa penasaran, aku bertanya pada guruku.
“Kita hanya memasang komponen sesuai rancangan. Tetapi bagaimana susunan komponen itu dirancang?” tanyaku pada guruku.
Ketika kutanya guruku, beliau hanya tersenyum.
Di penghujung kursus aku merakit komponen untuk menghasilkan suara kicauan burung. Walau hanya mengikuti diagram yang telah ada dibeli guruku, aku senang sekali.
“Sebaiknya kamu kuliah nanti di bidang elektronika,” ujar guru les padaku di hari terakhir kursus.
Banyak rahasia yang hendak kuketahui tentang elektronika ini. Timbul keinginanku untuk menjadi insinyur listrik.
Sewaktu aku kelas 1 SMA ayah mengajakku membuat obat luka. Ayah melarutkan beberapa bahan dalam air. Namun kembali aku bertanya-tanya dalam hati, Bagaimana bisa bahan yang tercampur itu bisa mengobati luka?
“Aku ingin jadi ahli obat-obatan, Ayah!” kataku pada ayah.
“Bagus juga cita-citamu itu. Semoga tercapai cita-citamu, Nak!” sahut ayah sambil menepuk pundakku.@
Tag: Cerpen