Jembatan di Jalan Lingkar Nunukan Nyaris Putus, Petani Sawit  Kesulitan Angkut Buah Sawit 

Kondisi jembatan di jalan lingkar yang berada dalam perkebunan sawit rakyat di Kelurahan Tanjung Harapan, Kecamatan Nunukan Selatan.( Istimewa/Niaga.Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Petani sawit swadaya di Kelurahan Tanjung Harapan, Kecamatan Nunukan Selatan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara kesulitan mengeluarkan hasil panen lantaran jembatan di jalan lingkar di ruas Kelurahan Tanjung Harapan, nyaris putus hingga tidak bisa dilalui truk pengangkut  sawit.

Ketua DPD Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Nunukan, Basri Lanta, mengatakan, truk pengangkut sawit tidak berani melintasi jembatan kayu, dampaknya petani mengalami kerugian.

“Di dalam  perkebunan sawit rakyat  ada tiga jembatan yang kondisinya tidak memadai dilewati truk bermuatan 6 sampai 9 ton,” kata Basri pada Niaga.Asia, Minggu (15/10/2023).

Ketiga jembatan tersebut dibangun atas swadaya masyarakat dan petani menggunakan kayu-kayu seadanya. Jika dihitung dengan berat truk bermuatan sawit tentunya tidak sebanding.

Perbaikan jembatan secara swadaya terkadang hanya bertahan berapa hari, apalagi dikala musim penghujan air sungai meluap menggenangi jalan sehingga kayu-kayu jembatan yang disusun darurat hanyut terbawa banjir.

“Kadang pas mau panen hujan turun dan jembatan rusak, akhirnya buah sawit dibiarkan membusuk di pohon,” kata Basri.

Menurut Basri, dalam kondisi jembatan putus, sawit hasil panen dikeluarkan dengan cara diangkut terlebih dulu menggunakan kendaraan kecil (pick up), setelah melintasi jembatan darurat, kemudian  dimuat kembali dalam truk.

Sistem transportasi seperti ini memakan banyak biaya, tenaga dan waktu, serta harga sawit  yang diterima petani bisa turun, karena kualitasnya turun, terlalu lama di jalan.

Kawasan perkebunan sawit di jalan Lingkar Nunukan mencapai 1.000 hektar dengan jumlah petani sekitar 100 orang. Sebagian petani menjual buah sawitnya di pohon karena kesulitan mengeluarkan hasil panen.

Menjual hasil panen di pohon bukan solusi terbaik karena pembeli dengan mudah mempermainkan harga. Akan tetapi, pilihan itu yang kiranya dapat dilakukan saat ini ketimbang buah membusuk di pohon.

“Harga buah diambil di pohon sekitar Rp 1.000 per kilogram, kalau jual sendiri di pabrik bisa tembus Rp 2.300 per kilogram,” ujarnya.

Basri menuturkan, jalan lingkar di Kelurahan Tanjung Harapan, Kecamatan Nunukan Selatan berada dibawah kewenangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) bersama pelimpahan aset jalan dari kabupaten ke provinsi.

Dia menambahkan, Pemprov Kaltara pada tahun 2019-2020 membuka jalan lingkar Nunukan yang melintasi kawasan perkebunan sawit rakyat, namun pekerjaan tidak menyertakan pembangunan jembatan.

“Jalannya dibuka tapi jembatan tidak dibangun, kami sudah sampaikan ke pemerintah kabupaten tapi mereka tidak mungkin alokasikan dana disana,” bebernya.

Basri minta tolong ke Pemprov Kaltara memikirkan nasib petani sawit di Nunukan. Jalan rusak bisa ditimbun petani pakai tanah, kalau jembatan putus bagaimana perbaikannya.

“Kami berharap Pemprov Kaltara peka terhadap keluhan petani di Nunukan. Sebab, jika persoalan ini dibiarkan berlarut-larut, besar kemungkinan usaha kelapa sawit mengalami kemunduran,  buah sawit terpaksa dibiarkan busuk di pohon, kalau begini terus mati petani,” ungkapnya.

Penulis : Budi Anshori | Editor : Intoniswan

Tag: