Kakek Tua

Cerpen Karya: Efrinaldi

Foto Pixabay

Aku terpekik ketika tukang pijit refleksi menekan telapak kakiku. Terasa sakit sekali. Aku bertanya pada pemijat.

“Pertanda apa itu terasa sakit di bagian itu?”

“Itu tandanya Bapak menderita rematik,” kata pemijat.

“Apa yang harus kulakukan?” tanyaku.

“Pakailah sandal di dalam rumah kalau lantai rumahnya dari semen atau ubin,” kata pemijat.

“Baiklah!” kataku.

Usiaku 61 tahun. Rupanya seusiaku ini telah rentan menderita rematik. Sebenarnya tidak terlalu parah. Cuma sedikit nyeri sendiku kalau aku duduk dan bangkit dari lantai.

Tiba-tiba masuk mobil Avanza hitam ke halaman rumah. Turun bapak-bapak yang cukup tua dari mobil. Diikuti oleh iibu-ibu yang tampaknya sebaya, mungkin istrinya. Dia duduk di balai-balai tempat aku dipijat. Beberapa menit kemudian aku selesai dipjat.

“Ayo, Bapak! Kini giliran Bapak dipijat,” kata pemijat pada bapak tua itu.

Dia tidur telentang. Pemijat memulai pemijatan.

“Berapa umur Bapak?” tanyaku.

“Tujuh puluh lima tahun,” katanya.

“Masya Allah, seusia itu ternyata Bapak masih bisa menyetir mobil sendiri,” tukasku dengan kagum.

“Alhamdulillah,” katanya.

Setelah sepuluh menit dipijat, aku tidak melihat bapak itu merasa kesakitan sewaktu dipijat.

“Tampaknya tidak ada penyakit serius, Pak,” ujarku.

“Alhamdulilah. Saya memang rutin dipijat dua minggu sekali ke sini. Saya juga tetap aktif bergerak dengan berkebun dan menyetir sendiri,” jelasnya.

“Itu kuncinya berarti, Pak. Tentu Bapak juga menjaga pola makan yang seimbang,” kataku sok tahu.

“Iya, Bapak suka makan sayur dan buah. Dia makan segala macam lauk-pauk, baik dari hewan atau tumbuhan,” kata ibu-ibu menyela.

“Wah, lengkap sudah tipnya, Bu,” kataku.

“Kesukaan Bapak menyetir mobil juga membuat Bapak tetap jernih pikirannya, tidak cepat pikun. Itu kata orang yang saya baca di internet,” kataku.

Bapak itu tertawa. Terlihat gigi depannya yang terlihat masih gigi asli.

“Bapak belum memakai gigi palsu?” tanyaku.

“Belum. Namun gigi gerahamku sudah banyak yang tanggal. Namun gigi yang tersisa masih bisa untuk mengunyah makanan keras,” jelasnya.

“Bapak suka pisang?” tanyaku.

“Iya,” jawabnya.

Setahuku dalam pisang banyak mengandung kalsium yang merupakan nutrisi penting buat gigi. Klop!

“Oh ya, terima kasih telah bercerita, Pak. Bapak memang luar biasa,” kataku.

“Biasa sajalah, Dik!” katanya merendah.

Aku pun pamit pulang setelah menyerahkan sejumlah uang sebagai jasa pemijatan.@

Tag: