Kaltara: Dari 7.000 Lebih Petani, Baru 1.786 Memiliki Kartu Tani

Gubernur Kaltara, H Irianto Lambrie  didampingi Pemimpin Wilayah Kanwil BRI Banjarmasin, Heri Santoso, menyerahkan  secara simblis  Kartu Tani  kepada petani dalam kegiatan sosialisasi  Kartu Tani, Selasa (11/2/2020). (Foto Infopubdok Kaltara)

TANJUNG SELOR.NIAGA.ASIA-Dari 7.000 lebih petani di Kalimantan Utara (Kaltara), baru sebanyak 1.786 petani memperoleh Kartu Tani yang  merupakan program pemerintah bekerjasama dengan lembaga perbankan, Bank Rakyat Indonesia (BRI).

Kartu Tani  berhubungan dengan kemampuan beradaptasi sektor pertanian dengan kemajuan zaman yang kini serba mengandalkan kemudahan teknologi.Kelebihan kartu tani ini, di antaranya mencegah penyimpangan subsidi pupuk, mempermudah peredaran uang, tabungan, mencegah terjadinya kejahatan dan lainnya.

“Saya menilai kerja sama pelaksanaan Kartu Tani dengan BRI, cukup baik. BRI dikenal sebagai BUMN dengan aset yang besar, serta dikenal sangat kredibel dan akuntabel serta terpercaya. Kartu Tani ini sulit ditiru karena disertai dengan identitas diri pemegangnya,” kata Gubernur Kaltara, H Irianto Lambrie saat  penandatanganan kerja sama penyaluran Kartu Tani dan  membuka sosialisasi bersama Pemimpin Wilayah Kanwil BRI Banjarmasin, Heri Santoso, Selasa (11/2/2020).

Menurut gubernur, secara umum, pembangunan pertanian dimulai dengan terencana dan terprogram bagus oleh pemerintah. Sebelumnya, pembangunan pertanian cukup kacau oleh berbagai konflik didalam negeri.

“Dari dulu, tujuan pembangunan pertanian adalah mensejahterakan petani. Sebuah negara tidak akan berdiri tegak tanpa adanya petani, tidak ada yang mengurusi pangan,” ungkapnya.

Ada beberapa hal penting yang harus dipahami terkait dengan pertanian. Adapun faktor yang mempengaruhi pembangunan pertanian di daerah, kata gubernur yakni, Pertama; Faktor produksi pertanian. Seperti lahan, SDM petani dan keluarganya, air, iklim (udara), sinar matahari dan lainnya.

Kedua; Sarana produksi pertanian. Seperti, bibit, pupuk, pestisida, dan lainnya. Ketiga;  Teknologi pertanian. Dalam hal ini, Indonesia sempat berswasembada pangan. Namun, saat ini semakin sulit.

“Bahkan lebih banyak mengimpor bahan pangan. Untuk itu, penting kiranya memanfaatkan pengembangan teknologi pertanian untuk menciptakan produk pertanian yang unggul,” kata gubernur.

Keempat; Pemasaran produk pertanian. Padahal ini, Indonesia juga masih lemah. Saat ini, diharapkan petani tak hanya sekedar memproduksi tapi juga dapat memasarkan produknya dengan lancar.

“Saya berterima kasih atas kerjasama penyaluran Kartu Tani ini. Semoga kerjasama ini akan meningkatkan kesejahteraan petani dan memajukan pertanian di Kaltara, juga Indonesia pada umumnya,” pungkas gubernur. (adv)

Tag: