Keluhan Tidak Didengar Bupati dan Gubernur Kaltara, Warga Sembakung Mengadu ke Tuhan

Kelompok masyarakat Desa Atap, Sembakung membacakan surat kaleng kepada tuhan (foto : Istimewa/Niaga.Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Kesal aspirasi dan keluhannya tidak diperhatikan Bupati Nunukan, Hj Asmin Laura dan Gubernur Kalimantan Utara, Zainal Arifin Paliwang, warga Desa Atap, Kecamatan Sembakung, Kabupaten Nunukan,  membacakan aduannya secara terbuka ke Tuhan, Selasa 21 November 2023.

Pembacaan surat pengaduan ke Tuhan didokumentasikan kelompok masyarakat  tersebut dalam vidio berdurasi 08 menit 23 detik. Dalam vidio terlihat sejumlah warga berkumpul memperlihatkan kehancuran akibat longsor pasca banjir tahunan.

Dalam rekaman vidio, terdengar suara perempuan yang membacakan surat berasal dari dari warga kampung RT 04, 05 dan 11 Desa Atap yang selama ini dikenal sebagai desa tertua di Kabupaten Nunukan dan Kalimantan Utara.

“Rekaman video itu riel dibuat warga sebagai ungkapan aspirasi dalam menuntut perbaikan longsornya tebing di pinggir sungai sepanjang 700 meter,” kata Kepala Desa (Kades) Atap, Tahir pada Niaga.Asia, Rabu (22/11/2023).

Kerusakan akibat longsor terjadi sejak 5 tahun lalu dan sepanjang itu pula warga berulang kali mengusulkan perbaikan melalui musrembang desa, namun permohonan ini tidak kunjung mendapat respon dari pemerintah.

Pemerintah Desa Atap sangat berkeinginan memperbaiki kerusakan yang semakin parah, hanya saja APBdes tidak memungkinkan mengatasi persoalan skala besar, sehingga warga mengusulkan ke pemerintah kabupaten dan provinsi.

“Kami sudah berulang-ulang kali kerja bakti menimbun ribuan karung berisi tanah, tapi tetap longsor hingga menuju bahu jalan,’ sebutnya.

Dampak dari longsor telah merusak sekitar 10 rumah penduduk dan sejumlah bangunan walet. Pemerintah desa pernah bekerjasama dengan perusahan membangun kanal kapasitas kecil berukuran lebar 4 meter untuk perubahan arus air sungai Sembakung.

Permukiman penduduk di Desa Atap, Sembakung yang terancam amblas terbawa tanah longsong. (Foto: Istimewa/Niaga.Asia)

Namun, lanjut dia, upaya ini tidak mampu membendung derasnya air sungai yang lebarnya 60 meter. Kegagalan dan rasa putus asa menimbulkan kekecewaan hingga masyarakat menyampaikan aspirasi membuat surat kaleng kepada Tuhan.

“Lokasi longsor berdekatan dengan jalan penghubung Desa Atap, Desa Lubakan dan Desa Manuk Bungkul. Kalau jalan itu rusak hancurlah ekonomi masyarakat,” bebernya.

Pihak Pemerintah kabupaten Nunukan pernah meninjau lokasi longsor, tapi sampai hari ini belum ada keputusan apakah pembangunan untuk mencegah meluasnya longsong atau dibiarkan hancur lantak.

Tahir menuturkan, pemerintah seharusnya memikirkan keberadaan jalan raya dan tiang-tiang listrik bernilai puluhan miliar di sekitar lokasi longsor. Pembiaran kerusakan akan membawa dampak luas bahkan mengancam kehidupan masyarakat.

“Sudah macam – macam kami buat disana, ribuan karung tanah kami timbun mendinding tebing, bikin kanal, untung saja tidak ada yang usul tanam kepala kerbau disitu, tuhan pasti marah perbuatan syirik kan,” ujarnya.

Sambil menangis, warga berteriak membacakan surat keleng meminta tolong tuhan mengetuk pintu hati Presiden Jokowi, Gubernur Kaltara Zainal Paliwang dan Bupati Nunukan Hj. Asmin Laura.

Kami warga Desa Atap sayang dengan para pemimpin, semogalah mereka beserta keluarganya sehat walafiat dan bahagia di dunia dan akhirat serta selalu dalam lindungan mu.

“Tolong tuhan ketuk pintu hati pejabat ini, cepat-cepatlah diurus longsor itu, tidak jauh dari tinggal 15 depa lagi sampai jalan,” ujarnya sambil menangis.

Diakhir pembacaan surat, warga minta Bupati Nunukan dan Gubernur Kaltara datang lokasi longsor melihat kondisi rumah rumah warga yang tidak lama lagi akan longsong ke sungai apabila tidak ada perbaikan.

“Ibu bupati cantik dan Gubernur Zainal penyayang anak-anak, tolonglah kami, rumah kami tinggal sedikit lagi akan longsor ke sungai, kalau rumah kami jatuh ke sungai, dimanalah lagi kami tinggal,” ungkapnya.

Penulis: Budi Anshori | Editor: Intoniswan

Tag: