Kemampuan Indonesia Menahan Dampak COVID-19 Relatif Efektif Dibandingkan Negara Lain

Menkeu Sri Mulyani Indrawati dalam Ministerial Talk Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) ke-20, Selasa (26/10). (Foto Humas Kemenkeu)

JAKARTA.NIAGA.ASIA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa kemampuan Indonesia untuk menahan varian Delta Covid-19 terbilang relatif singkat dan efektif jika dibandingkan dengan negara lain di dunia. Hal ini mengingat Indonesia memiliki jumlah penduduk terbesar keempat di dunia dan memiliki tantangan secara geografis.

“Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang tidak mudah untuk menciptakan dan melanjutkan apa yang disebut sebagai upaya sinergi penanganan pandemi. Itulah mengapa ini menjadi prestasi bagi Indonesia, bahkan jika dibandingkan dengan banyak negara tetangga dengan tugas besar ini, baik dari populasi, geografi, maupun kerumitan organisasi, ini sebenarnya sangat-sangat luar biasa,” ujar Menkeu dalam Ministerial Talk Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) ke-20, Selasa (26/10).

Saat ini, seluruh negara di dunia masih menghadapi mutasi varian Covid-19 yang kemudian menciptakan tantangan baru. Berbagai instrumen digunakan untuk menahan dampak pandemi Covid-19.

“Pemerintah menggunakan segala cara untuk mengatasi Covid-19. Secara global, semua negara di dunia juga menggunakan instrumennya, baik itu fiskal dan moneter serta instrumen lainnya, dalam menyikapi konsekuensi Covid-19,” kata Menkeu.

Lebih lanjut, Menkeu menjelaskan negara-negara di dunia sedang menuju pemulihan ekonomi, meskipun pemulihannya masih belum merata. Untuk Indonesia, puncak gelombang kedua Covid-19 telah terlewati dan jumlah kasus baru mulai menunjukkan penurunan.

“Tidak semua negara pulih dengan kekuatan dan kecepatan yang sama. Alhamdulillah untuk Indonesia, kita sudah mencapai tingkat PDB pra-Covid. Ini menunjukkan bahwa pemulihan kita cukup kuat dan cukup cepat dibandingkan dengan banyak negara lain yang belum mencapai tingkat PDB pra-Covid. Ini juga merupakan pencapaian Indonesia,” ujar Menkeu.

Dalam masa pemulihan ini, Menkeu mengingatkan untuk tetap mewaspadai risiko dan dinamika perkembangan ekonomi global.

“Dalam proses pemulihan ini, kita juga melihat dan menyaksikan peningkatan risiko yang datang dari negara dengan ekonomi besar, seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, dan China, yang berpotensi menimbulkan efek spillover ke banyak negara, termasuk Indonesia,” kata Menkeu.

Pada saat yang sama, proses pemulihan juga menciptakan kenaikan harga komoditas yang kemudian menciptakan tekanan lain, seperti inflasi, yang dapat dengan mudah merusak proses pemulihan Indonesia.

“Kita harus menggunakan kebijakan kita untuk memastikan bahwa kita dapat melindungi rakyat dan ekonomi. APBN memiliki elemen yang sangat-sangat penting untuk dapat merancang kondisi yang diperlukan untuk mencapai tujuan negara yaitu pemerataan, keadilan, dan kemakmuran bagi seluruh masyarakat,” ujar Menkeu.

Sumber : Humas Kementerian Keuangan | Editor : Intoniswan

Tag: