Kerajaan Buaya Sungai Karang Mumus

Buaya ganas diperkirakan jenis muara (Crocodylus Porosus), ditemukan warga yang tinggal di bantaran sungai karang mumus (SKM), Jalan AM Sangaji, muncul ke permukaan sungai, Jumat (19/4/2019). (Foto Dok Niaga.Asia)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Adanya Kerajaan Buaya  Sungai Karang Mumus, Samarinda, masih menjadi legenda di masyarakat kota ini, bahkan saking terkenalnya pernah dibuat film dokumenter oleh mahasiswa Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Kaltim dalam tugas akhirnya di prodi film dan televisi, dua tahun lalu.

Sebelumnya legenda itu dimuat dalam buku ‘Sungai Kehidupan; Geliat Penataan Sungai Mahakam dan Sungai Karang Mumus” terbitan Pemkot Samarinda tahun 2002.

Legenda tentang Kerajaan Buaya itu sendiri diyakini warga asli yang masih bermukim di kawasan Karang Mumus memang benar adanya. Pada waktu tertentu masih ada warga yang membuang sesaji di Sungai Karang Mumus sebagai persembahan yang dikirim untuk Kerajaan Buaya dan penghuninya.

Seperti dikutip dari buku “Sungai Kehidupan; Geliat Penataan Sungai Mahakam dan Sungai Karang Mumus”, legenda itu sendiri menceritakan tentang pengalaman pribadi seorang bidan beranak– sebut saja Bidan S— yang tinggal di bantaran Sungai Karang Mumus yang bersua Raja Buaya.

AA
Sungai Karang Mumus Samarinda. (Foto Niaga.Asia)

Diceritakan, ketika hendak mengambil air wudhu di ‘batang’, Bidan S ditemui seorang lelaki misterius yang memakai perahu dan mengajaknya ke satu tempat untuk menolong seorang perempuan yang hendak melahirkan. Seperti terhipnotis, Bidan S menuruti ajakan pria misterius itu.

Ketika menaiki perahu itu Bidan S hilang kesadarannya. Ketika sadar, tahu-tahu dia sudah berada di sebuah ruangan besar yang megah bertatahkan emas berlian. Namun yang membuat Bidan S terheran-heran di situ banyak bergelantung kulit Buaya berwarna kuning.

Di atas singgasana yang megah duduk seorang pria yang berparas rupawan. Dia tersenyum dan menyapa dengan ramah.

“Aku adalah raja di Kerajaan Buaya ini. Aku meminta tolong kepada ibu bidan agar bersedia menolong permaisuri ku yang kesulitan melahirkan.”

Bidan S hanya manggut-manggut. Singkat cerita Bidan S dibawa ke ruang persalinan permaisuri yang cantik jelita. Tanpa ada hambatan yang berarti persalinan permaisuri berhasil dengan lancar.

Raja Buaya bahagia luar biasa. Kepada Bidan S raja memberi hadiah sebongkah kunyit.

“Terimalah hadiah ini sebagai tanda terima kasih atas pertolonganmu kepada permaisuriku,” ucapnya.

Bidan S mengucapkan terima kasih, lalu dia diantar kembali ke ‘batang’, tempat di mana ia dijemput. Dengan perasaan yang kecamuk, Bidan S pulang ke rumahnya.

Sesampai di rumah Bidan S menceritakan ‘hilangnya’ dia hingga membuat keluarganya khawatir. Dia menceritakan tentang Kerajaan Buaya dan telah menolong permaisuri Raja Buaya yang melahirkan. Tak lupa dia juga memperlihatkan kain kuning yang berisi bongkahan kunyit.

Ketika kain kuning yang berisi kunyit itu dibuka, Bidan S dan keluarganya kaget luar biasa. Bongkahan kunyit itu berubah menjadi bongkahan emas.

Sejak peristiwa yang menimpa Bidan S cerita tentang adanya Kerajaan Buaya semakin dipercaya bahwa di Sungai Karang Mumus ada kerajaan gaib yakni Kerajaan Buaya.

Penulis: Hamdani | Editor: Intoniswan

Tag: