Cerpen Karya: Efrinaldi
Adi telah menduduki jabatan General Manager Business Development ketika usianya 42 tahun. Jabatan mentereng itu membuat istri Adi mengkilap dengan perawatan muka berbiaya puluhan juta.
Liburan akhir tahunnya juga tidak cukup lagi hanya ke Bali, melainkan ke luar negeri sampai Eropa dan Amerika Serikat.
Dunia seakan-akan dalam genggamannya. Suatu waktu Adi pergi ke Singapura untuk urusan bisnis. Setelah usai pertemuan bisnis yang alot, Adi pulang ke hotel. Di lobby hotel seorang lelaki menghampiri Adi.
“Hello, Sir! Could I help you? Do you need a girl friend this night?” kata lelaki itu.
Merah padam muka Adi. Dia kira aku lelaki hidung belang? batinnya.
Adi berusaha tenang dan menjawab dengan sopan, “No, no, please!”.
“It is no problem. Good night!” kata lelaki itu dan kemudian berlalu.
*
Lolos dari godaan pertama Adi kembali mendapat godaan. Kali ini hampir menggelincirkan Adi. Godaan datang dari wanita muda usia dua puluhan tahun yang berpenampilan metropolis.
Kisah bermula setelah Adi mendapat bawahan seorang gadis lulusan Australia. Gadis itu bernama Rina.
Rina telah bekerja sebelumnya di Australia di perusahaan Australia. Atas desakan ibu, Rina disuruh pulang ke Indonesia. Rina segera mendapat pekerjaan di Indonesia, bergabung dengan perusahaan tempat Adi bekerja.
Dia menempati jabatan Technical Support Representative di bidang Biological Product. Rina menjadi bawahan tidak langsung Adi. Namun dalam pertemuan-pertemuan teknis bisnis, Adi mengikutsertakan Rina dalam pertemuan bisnisnya.
Dalam kunjungan ke suatu mitra bisnis ke Australia, Adi pergi bersama Rina. Mereka tinggal di satu hotel, beda kamar. Namun, perjalanan jauh itu membuat mereka selalu bersama di saat urusan bisnis juga urusan makan malam bersama.
Di malam ketiga, mereka makan malam di restoran bergaya Eropa. Musik jazz memenuhi ruangan restoran. Mereka duduk di meja bundar berhadap-hadapan. Seusai makan, mereka meminum jus buah.
Ada sekuntum bunga mawar merah di hadapan mereka. Tiba-tiba mata mereka beradu.
Rina memejamkan matanya dan kemudian dengan sendu dia berkata,“Mas, bagaimana perasaan Mas malam ini?”
Adi terlihat gugup. Dia berkata, “Biasa-biasa saja.”
“Aku tidak bisa mendustai hatiku. Aku merasa kita semakin dekat satu sama lain,” cetus Rina.
Adi menyandarkan badannya ke kursi. Dia menarik nafas.
Kemudian berujar, “Rina, kita berada di perusahaan dengan memikul tanggung jawab bisnis. Janganlah ada hal bersifat psikologis mengganggu kinerja kita.”
Rina sepertinya tidak terkejut mendengar ucapan Adi. Mungkin Rina telah menyiapkan diri mendapat jawaban demikian.
Tak lama kemudian acara makan malam itu usai. Mereka pulang ke hotel dan berpisah di lobby hotel.
Sesampai di kamar Adi membuka jas dan dasinya. Melipat kemejanya dan kaki celananya dan masuk ke kamar mandi. Dia berwudhu dan kemudian membentangkan sajadah yang memang selalu dibawanya kalau bepergian. Dia menegakkan salat isya. Setelahnya dia berdoa singkat saja.
Adi pun kemudian membaringkan diri di tempat tidur.@
Tag: Cerpen