Korsel Cetak Rekor Kasus COVID-19 di Tengah Ujian Siswa Masuk Perguruan Tinggi

Siswa Korea Selatan menunggu dimulainya Tes Kemampuan Skolastik Perguruan Tinggi di ruang ujian sebuah sekolah menengah di Seoul, Kamis (18/11) (Jung Yeon-je/Pool Photo via AP)

SEOUL.NIAGA.ASIA — Korea Selatan melaporkan lonjakan kasus COVID-19 harian tertinggi sejak awal pandemi, Kamis (18/11), di tengah ribuan siswa mengikuti ujian masuk perguruan tinggi. Penularan dikhawatirkan berasal dari varian Delta yang dikenal sangat menular.

Dilansir Associated Press, ada sekitar 509.000 siswa mengikuti ujian di 1.395 lokasi di Korea Selatan, termasuk di antaranya berlokasi di rumah sakit.

Ujian tahunan yang disebut Suneung, atau Tes Kemampuan Skolastik Perguruan Tinggi menjadi sangat penting di Korea Selatan, yang mengedepankan pendidikan.

Bahkan karier, status sosial, hingga prospek pernikahan di Korea Selatan sangat bergantung pada asal universitas mana seseorang itu belajar.

Proses ujian lebih dulu dilakukan dengan mengukur suhu tubuh siswa sebelum memasuki ruang kelas. Mereka yang sedang mengalami demam, dikirim ke lokasi ujian yang terpisah.

Kementerian Pendidikan menyatakan bahwa ada 68 siswa yang terinfeksi dan 105 lainnya menjalani karantina mandiri untuk mengikuti tes selama berjam-jam.

Pada Kamis (18/11), ada 3.292 kasus baru yang dilaporkan oleh Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea. Di mana, angka itu menandai kenaikan kasus infeksi dua hari berturut-turut lebih dari 3.000 kasus.

Badan itu juga melaporkan ada 29 pasien meninggal dalam 24 jam terakhir, sehingga jumlah kematian menjadi 3.187 kasus. Sementara 506 lainnya dalam kondisi gejala berat hingga kritis.

Untuk mengurangi kebisingan, otoritas transportasi berencana untuk sementara menghentikan pendaratan dan keberangkatan pesawat di bandara selama berlangsungnya tes yang memperdengarkan bahasa Inggris.

“(Siswa) tidak diberi kelas yang layak (karena COVID-19) dan saya sering melihat anak saya sangat khawatir di tengah perjuangannya (menjalani ujian),” kata Seo Kwang-sun, salah seorang ibu dari peserta tes di Seoul.

Untuk diketahui, para pejabat di pemerintahan telah memutuskan untuk melonggarkan aturan jarak sosial mulai bulan ini sebagai upaya menuju pemulihan keadaan normal seperti masa sebelum pandemi.

Para pemangku kebijakan itu berkeputusan lantaran telah menyimpan kekhawatiran dampak pandemi terhadap perekonomian. Di sisi lain juga berharap cakupan vaksinasi bisa menghindarkan warga dirawat inap di rumah sakit maupun mengakibatkan kematian.

Lonjakan kasus infeksi dan kematian akibat COVID-19 itu ditengarai adanya penolakan vaksinasi dari warga berusia senja, maupun kekebalan vaksin yang menurun setelah disuntikkan sejak akhir Februari 2021 lalu. Sehingga muncul penilaian keputusan pemerintah melonggarkan pembatasan merupakan kebijakan yang terlalu dini.

Sejauh ini, para pejabat setempat tidak mengeluarkan rencana untuk memberlakukan kembali langkah-langkah jarak sosial yang lebih ketat, atau menunda pembukaan kembali sekolah secara penuh.

Sumber : The Associated Press | Editor : Saud Rosadi

Tag: