Cerpen Karya: Efrinaldi

Aku memulai pekerjaan di laboratorium penelitian dan pengembangan di industri farmasi dengan didampingi asisten. Ketika aku memulai pekerjaan laboratorium konsultan, mantan dosenku, mendatangi kami bekerja.
“Do yourself!” kata mantan dosen padaku.
Aku terdiam.
“Aku cuma membantu Pak Epi, Pak!” kata asisten seperti hendak membelaku.
“No, no. Kamu tidak bisa memberikan perintah secara benar bila kamu tidak pernah mengerjakan sendiri,” cetus dosen dengan tegas padaku.
“Baik, Pak. Saya akan kerjakan sendiri penelitian ini dari awal sampai akhir,” jawabku dengan patuh.
Aku mengambil sendiri bahan di gudang bahan baku, menimbangnya. Juga aku membersihkan peralatan sendiri sebelum dan sesudah digunakan. Hanya peralatan yang kompleks aku dibantu teknisi untuk memakainya.
Dalam suatu pembuatan sediaan tablet, aku melakukan proses pencampuran bahan sampai jadi sediaan obat dengan tanganku sendiri. Aku merasakan bagaimana suatu massa campuran bahan tablet obat telah tercampur sempurna dengan tingkat kebasahan yang optimal, mengayak massa, mengeringkan, mengayak lagi. Melakukan pengujian susut pengeringan, kecepatan aliran granul, sudut istirahat, distribusi partikel. Kemudian mencampur fase luar dengan teknik tertentu.
Aku kemudian mencetak sendiri campuran massa cetak menjadi tablet. Melakukan pengaturan bobot, kekerasan, penampilan fisik, friabilitas,waktu hancur, keseragaman bobot selama proses pencetakan tablet.
Setelah sediaan tablet selesai dibuat aku juga melakukan pemeriksaan ulang pemeriksaan sewaktu pembuatan tablet ditambah kecepatan disolusi. Demikian juga penelitian pembuatan sediaan lain seperti kapsul, sediaan cair, injeksi dan semi solid aku lakukan sendiri sampai semua sediaan terbukti bisa aku lakukan sendiri.
Baru tahun ketiga aku dibantu asisten. Setelah dibantu asisten aku bisa mengerjakan beberapa penelitian secara paralel.
Lima belas tahun aku bekerja sebagai peneliti sediaan obat dengan dibantu asisten, mulai dari satu asisten sampai kemudian terus bertambah sampai empat asisten. Telah puluhan sediaan obat aku selesaikan penelitiannya dan belasan telah diproduksi secara komersial.
Ketika masa kerjaku telah melewati lima belas tahun, usia yang cukup senior, aku dituntut sebagai pemimpin, tidak lagi hanya sebagai follower yang baik. Inilah tantangan!
Kusambut dengan menerima pekerjaan yang berkandungan kepemimpinan. Aku memimpin empat kelompok peneliti yang terdiri dari satu apoteker dan dua asisten untuk satu kelompoknya..Lima tahun terakhir masa kerja, aku membina yunior dan berhasil mencetak empat kelompok peneliti baru, sehingga jumlah kelompok peneliti melonjak menjadi delapan kelompok.
Pada anak buahku aku menerapkan pola yang pernah aku jalani. Mereka aku dorong untuk mempelajari soal penelitian yang akan dikerjakan secara tuntas. Pada awal menjadi peneliti harus mengerjakan penelitian dengan tangan sendiri.
Aku pernah menemukan anab buah baru, fresh graduate dari suatu perguruan tinggi ternama di Indonesia. Ada keganjilan aku lihat ketika memeriksa rancangan penelitiannya. Aku mempertanyakan, namun dia bersikeras telah benar.
“Apa jenis bahan yang kamu gunakan, bagaimana mekanismenya dan bagaimana menentukan jumlahnya dalam sediaan?” kataku mengejar.
“Saya dapat formula dari internet, Pak,” katanya singkat.
“Informasi dari internet belum tentu benar. Sebagai formulator, harus tahu persis latar belakangnya dan bagaimana itu itu dipastikan telah benar dengan memakai kaidah ilmu yang diakui. Kamu harus cek lagi. Sekarang kamu cari referensi tentang jenis dan mekanisme kerja bahan yang kamu pakai ini dari buku teks atau jurnal. Besok kamu menghadap saya melaporkan apa yang telah kamu dapat,” kataku dengan tegas.
Dia pun pamit.
Besoknya dia datang dengan sikap bersungguh-sungguh padaku. Aku menyadari dia telah memahami maksudku untuk bersungguh-sungguh bekerja. Aku persilahkan duduk dan aku aku pura-pura memotong kertas dengan gunting. Terlihat dia sudah agak tenang.
“Bagaimana, apa sudah ada yang didapat?” tanyaku dengan santai.
“Ini, Pak,” katanya sambil membuka berkas kerjanya di meja di hadapanku. Dia pun menjelaskan apa yang didapatnya dari penelusuran pustaka.
“Bagus! Itu baru benar,” kataku sambil tersenyum.
Aku memberikan sedikit pengarahan dan dia pun kembali ke tempat kerjanya.
Begitulah! Aku mengikuti cara guruku.@
Tag: Cerpen