Menteri Arifin: Tenaga Hidro Tulang Punggung Ekonomi Rendah Karbon

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif. (Foto Kementerian ESDM)

DUBAI.NIAGA.ASIA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menegaskan kembali peran pembangkit listrik tenaga hidro sebagai tulang punggung strategi nasional dalam membangun ekonomi rendah karbon.

Penegasan itu disampaikannya kembali  pada gelaran COP 28 di Dubai, Minggu (3/12) waktu setempat.

Saat ini sebagian besar potensi pembangkit tenaga hidro yang masih belum dimanfaatkan berada di negara-negara berkembang. Bali Statement memberikan empat rekomendasi kepada Pemerintah seluruh dunia.

“Yang pertama, merencanakan kebutuhan energi di masa depan dengan lebih banyak variabel energi terbarukan. Kedua, memberikan insentif pada tenaga hidro yang berkelanjutan melalui mekanisme berbasis finansial dan pasar,” ujar Arifin di Paviliun Indonesia, COP 28 di Dubai.

Yang ketiga, imbuhnya, mengakselerasi pengembangan energi terbarukan melalui proses perizinan yang transparan dan efisien. Kemudian yang terakhir adalah memasukkan praktik keberlanjutan tenaga hidro ke dalam regulasi dan kewajiban sektor keuangan.

Kemudian, Arifin menyampaikan bahwa tenaga hidro memainkan peran penting dalam sistem energi di seluruh dunia. Sejalan dengan komitmen Paris Agreement, IEA dalam COP27 menyatakan bahwa tenaga hidro juga mencegah emisi sekitar 3 gigaton (GT) CO2 per tahun, yang mewakili sekitar 9% emisi CO2 tahunan global.

Di Indonesia, tenaga hidro telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penyediaan akses listrik yang terjangkau, sekaligus memperkuat pengelolaan air dan melestarikan daerah tangkapan air di dalam sistem energi Indonesia selama satu abad terakhir.

“Indonesia memiliki potensi tenaga hidro lebih dari 95 gigawatt (GW), meski pemanfaatannya baru mencapai 7 GW. Senada dengan Bali Statement, Indonesia berharap untuk dapat memperkuat kolaborasi dan kerja sama dalam memanfaatkan potensi yang besar ini. Tidak hanya terbatas pada sumber tenaga hidro, namun juga potensi yang belum tergali dari luas permukaan bendungan yang dapat dimanfaatkan untuk PLTS Terapung,” tandasnya.

Arifin juga mengatakan bahwa Indonesia baru saja meresmikan PLTS Terapung Cirata yang berkapasitas 192 MWp, terbesar di Asia Tenggara. PLTS ini dibangun di atas bendungan seluas 200 hektar yang memiliki kapasitas PLTA sebesar 1 GW. Saat ini Indonesia juga tengah mengembangkan fasilitas pumped storage berkapasitas total 4x260MW di PLTA Upper Cisokan, Jawa Barat.

Selanjutnya, dengan pengembangan tenaga hidro diharapkan dapat menghasilkan listrik yang ramah lingkungan, meningkatkan stabilitas jaringan listrik, dan berkontribusi dalam membentuk masa depan energi berkelanjutan bagi generasi mendatang. Untuk mencapainya, diperlukan kolaborasi inklusif dalam pengembangan tenaga hidro.

“Izinkan saya untuk menyerukan kepada berbagai pihak global untuk mendorong kolaborasi inklusif dalam pengembangan tenaga hidro. Dengan cara ini, kita dapat memastikan bahwa kita memiliki energi untuk mendorong pertumbuhan berkelanjutan,” pungkasnya.

Sumber: Biro KLIK Kementerian ESDM | Editor: Intoniswan

Tag: