Merayakan Kemenangan

Cerpen Karya: Efrinaldi

Foto Efrinaldi.

Setiap akhir semester aku biasa merayakan kemenangan dengan berlibur. Ketika sekolah, aku merayakan kemenangan dengan dengan membebaskan diri dari buku-buku pelajaran dan pergi jalan-jalan dengan sepeda motor ke mana aku suka.

Sewaktu kuliah, aku merayakan kemenangan dengan pulang kampung dan membebaskan pikiran dari masalah kuliah.

Ketika aku tamat kuliah, aku merayakan kemenangan dengan acara pesta dengan sahabat-sahabatku.

Ketika bekerja aku merayakan kemenangan dengan piknik ke berbagai tempat wisata atau pulang kampung.

Dulu aku melihat perayaan itu sebagai hadiah buat kerja kerasku yang baru terlewati. Setelah aku bekerja, aku melihat itu sebagai penyegaran diri setelah beberapa waktu bekerja keras. Setelah merayakan kemenangan itu, aku kembali bugar dan siap beraktifitas lagi.

Kemudian aku memaknai sebagai perwujudan rasa syukur atas limpahan nikmat atas keberhasilan yang dicapai. Aku memilih cara yang lebih mengandung unsur spiritual. Misal, melakukan silaturahmi atau melakukan perjalanan ibadah, tidak sekedar penyegaran jasmani dan psikologis.

*

“Novel Uda telah selesai,” cetusku pada istriku

“Alhamdulillah!” kata istriku

“Alhamdulillah!” sahutku mengucap syukur.

Ya itulah perayaan yang utama menurutku. Mensyukuri pencapaian.

Aku berpikir, Apa yang pantas hadiah buatku atas kerja kerasku selama hampir enam bulan menulis novel itu?

Aku berpikir mengurangi kegiatan menulis. Benar juga menulis satu novel dalam lima bulan bagiku cukup melelahkan. Aku mau berhenti dulu, lebih banyak mencari inspirasi buat novel berikutnya.

Mungkin dalam tiga bulan mendatang aku akan mencari inspirasi untuk novel berikutnya. Bisa jadi lebih lama, untuk mendapatkan ide yang benar-benar bagus buat novel ketigaku.

“Syukurilah pencapaian Uda, Boleh Uda menghadiahi diri Uda sendiri. Misal, dengan membeli sesuatu yang Uda sukai,” saran istriku.

“Ya, Uda akan beli novel orang lain yang best seller,” tukasku.

“Jangan yang itu. Belilah sesuatu yang tidak ada sangkut-pautnya dengan menulis!” saran istriku.

“Oh, benar juga,” jawabku.

Istriku mengacungkan jempol sambil tertawa.

“Bagaimana kalau kita pergi berlibur ke tempat jauh beberapa bulan ke depan,” aku melontarkan ide

Istriku tersenyum. Aku lihat dia senang mendengar rencanaku. Istriku juga butuh berlibur.

Walau tidak punya target sepertiku, dia menjalani rutinitas mengurus keluarga tanpa henti sejak enam bulan terakhir.

*

Setelah memikirkan beberapa alternatif aku memilih untuk berlibur ke Bandung. Selain menengok anak cucu, juga bertemu dengan teman lama. Sudah tentu cuci mata, up-date pemandangan, dan bernostalgia ke kota di mana aku pernah tinggal lebih 30 tahun di sana.

Merayakan kemenangan tidak hanya semesteran. Kita juga harus merayakan kemenangan-kemenangan kecil dalam keseharian kita. Merayakan kemenangan, sekali lagi yang terpenting adalah mensyukurinya. Bisa dengan mengucapkan alhamdulilah yang menyentuh kalbu kita.

Ada kemenangan dalam periode lebih panjang, misal merayakan/ mensyukuri rumah baru, lahirnya cucu, ulang tahun perak pernikahan dan lain-lainnya.

Work hard and  play hard!@

Tag: