Cerpen Karya: Efrinaldi
Pagi ini aku berjalan-jalan di halaman rumah. Ada dua kuncup mawar yang sebentar lagi mekar. Pepaya yang dulu ada dua batang di halaman, kini tinggal satu. Satu batang telah ditebang karena dihinggapi penyakit jamur. Satu batang lagi juga mulai dijangkiti jamur.
Mungkin akan aku tebang saja dan membiarkan beberpa waktu sampai jamur menghilang dari tanah sekitar tempat tumbuh pepaya. Setelahnya aku akan tanam lagi dua batang pepaya.
Selama ini dua batang papaya cukup banyak buahnya, mencukupi kebutuhan akan buah-buahan keluargaku. Pepaya ini juga tempatku menyegarkan pikiran. Aku suka melihat dan mengelus buahnya. Kulihat eksotis, githu lho?
Aku membuang sampah yang telah terkumpul dalam gerobak. Aku membawanya ke tempat pembuangan sampah di kebun belakang rumah. Pembuangan sampah telah menggunung. Aku membakarnya. Selesai!
Tiba-tiba Rosma lewat di halamanku mengenderai sepeda motor. Aku menegurnya dan Rosma membalas teguranku dengan senyuman manis. Rosma biasanya pagi ini pergi ke tempat kerjanya di industri rumahan yang lokasinya tidak terlalu jauh dari tempat kami.
Dia biasanya menjadi penggoreng snack berbahan baku singkong. Biasanya dia bekerja setengah hari saja. Menjelang zuhur dia telah selesai dan mengantongi uang sekitar Rp40.000.
Aku masuk rumah. Istriku telah menyediakan kopi hitam dekat meja laptop-ku. Ada juga makanan kecil berupa tahu isi sayuran. Aku mereguk kopi yang hangat. Nikmat sekali! Aku makan dua buah tahu isi sayur, terasa perutku telah kenyang. Cukuplah untuk amunisi buat aku beraktifitas menjelang makan siang.
Aku melihat beberapa pesan di WA. Aku membalas beberapa pesan yang perlu kubalas. Setelahnya aku pergi ke kebun depan rumah.
Kulihat pohon kelor sudah mulai meninggi cabang-cabangnya. Ada sekitar delapan pohon kelor di kebun. Aku memotong dahan-dahan yang meninggi. Kukumpulkan daun-daunnya. Cukup banyak di dapat. Aku menjemurnya untuk menambah persediaan daun kelor kering yang di rumah.
Daun kelor kering ini aku rebus dengan memberi sedikit gula untuk minuman kesehatan. Ini baru sebatas konsumsi sendiri dan kerabat yang berminat. Aku berniat menjual sebagian daun kelor kering ini ke orang sekitar rumahku.
Hidup sebagai pensiuan itu memang harus sederhana saja. Jangan terlalu ruwet lagi. Sudah masanya untuk hidup tenang, jauh dari ambisi yang meledak-ledak. Alhamdulillah! Nikmat mana lagi yang engkau dustakan?@
Tag: Cerpen