Pangeran William dan Harry Pimpin Prosesi Jaga Jenazah Ratu Elizabeth II

LONDON.NIAGA.ASIA – Delapan cucu Ratu Elizabeth II, termasuk Pangeran William dan Pangeran Harry, berjaga di sekitar peti jenazah sang nenek, prosesi yang digelar sebelum pemakaman kenegaraan pada Senin (19/09).

“Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah Inggris, cucu seorang raja atau ratu ikut serta dalam prosesi tersebut,” BBC News Indonesia melaporkan.

Sehari sebelumnya, keempat anak Ratu Elizabeth II melakukan prosesi serupa – berdiri mengitari jenazah sang ratu selama beberapa menit.

Pangeran William dan adiknya, Pangeran Harry, memimpin prosesi berjaga selama 15 menit di dalam Westminster Hall yang telah menampung puluhan ribu pelayat sejak mendiang ratu mulai disemayamkan pada Rabu (14/09) silam.

Keduanya bergabung dengan Peter Phillips dan Zara Tindall, anak-anak Putri Anne, serta kedua putri Pangeran Andrew, Putri Beatrice dan Eugenie, dan Lady Louise Windsor dan James, Viscount Severn, yang merupakan anak-anak Pangeran Edward.

Dalam keheningan dan dengan kepala tertunduk, delapan sepupu berdiri di titik yang berbeda di sekitar peti mati saat orang banyak terus melewatinya.

Pangeran William berdiri di bagian kepala peti jenazah Ratu dengan adiknya berdiri di ujung yang berlawanan.

Dalam proses tersebut, atas permintaan Raja Charles, Pangeran Harry mengenakan seragam militer, untuk pertama kalinya sejak 2020.

Sebelumnya, Pangeran Harry mengenakan pakaian sipil di acara-acara publik sejak Ratu meninggal.

Prosesi ini dimulai pada Sabtu (17/09) pukul 18:01 WIB dan berlangsung kurang dari 15 menit.

Menjelang malam, Beatrice dan Eugenie memberikan penghormatan kepada “Nenek tersayang”, dengan mengatakan: “Merupakan kehormatan dalam hidup kami untuk menjadi cucu perempuanmu dan kami sangat bangga padamu.”

Dalam sebuah pernyataan bersama, mereka mengatakan Ratu adalah “ibu pemimpin kami, pemandu dan pendukung yang penuh kasih memimpin kami melalui dunia ini” dan bahwa mereka sudah sangat merindukannya.

Mereka kemudian melanjutkan: “Terima kasih telah membuat kami tertawa, karena menyertakan kami, memetik heather dan raspberry, untuk pawai barisan tentara, untuk jamuan teh, untuk kenyamanan, untuk kegembiraan.”

“Nenek, dengan menjadi diri nenek, tidak akan pernah tahu dampak yang nenek berikan pada keluarga kita dan begitu banyak orang di seluruh dunia.

“Dunia berduka atas kematianmu dan penghormatan akan benar-benar membuatmu tersenyum. Mereka semua benar tentang kehebatanmu dalam memimpin.”

Pasangan itu memberi tahu Ratu bahwa mereka “sangat senang Anda kembali bersama Kakek” dan menambahkan bahwa “Paman Charles kami yang terkasih, Sang Raja, akan terus memimpin teladan Anda karena dia juga telah mendedikasikan hidupnya untuk melayani”.

Prosesi pada hari Sabtu adalah untuk pertama kalinya Pangeran Harry terlihat mengenakan seragam militer sejak mundur dari aktivitas kerajaan pada tahun 2020.

Dia dua kali ditugaskan di Afghanistan sebagai bagian dari Angkatan Darat. Dia sekarang tinggal di California bersama istrinya Meghan dan dua anak mereka.

Duke of Sussex mengenakan seragam militer yang dijuluki Blues and Royals No 1, seragam yang sama dengan saudaranya.

Adapun kakaknya, Pangeran William, telah menyelesaikan lebih dari tujuh tahun dinas militer penuh waktu, termasuk tiga setengah tahun sebagai pilot pencarian dan penyelamatan.

Pangeran Andrew juga diizinkan mengenakan seragam militernya saat dia berjaga pada hari Jumat.

Pria berusia 62 tahun itu mengundurkan diri dari tugas publik kerajaan pada 2019, setelah kontroversi seputar keterlibatannya dengan Jeffrey Epstein, yang bunuh diri di penjara awal 2019 setelah dinyatakan bersalah melakukan pelecehan seksual.

Pangeran Edward (kedua dari kanan) menyaksikan kedua anaknya yang berjaga di sekitar peti jenazah Ratu Elizabeth

Pangeran Andrew kemudian dicopot dari gelar militernya.

Ratu akan disemayamkan di Westminster Hall sampai pemakamannya pada hari Senin mendatang.

Antrean untuk melihat peti jenazah Ratu Elizabeth II membentang panjang dengan waktu tunggu antre sempat mencapai lebih dari 24 jam.

Pada Sabtu sore, penyelenggara mengumumkan bahwa antrean telah mencapai kapasitas penuh, dengan semua slot waktu sekarang dialokasikan.

Publik diberi kesempatan memberikan penghormatan terakhir 24 jam sehari, empat hari berturut-turut. Antrean panjang sudah terjadi jauh sebelum pintu dibuka untuk publik.

Sebelum persemayaman, peti dibawa dengan kereta berkuda dari Istana Buckingham menuju Westminster Hall pada hari Rabu (14/09/2022).

Ribuan orang memadati jalan-jalan yang dilalui prosesi. Drum band mengiringi perjalanan jenazah dan disertai dengan bunyi lonceng tunggal dari menara Big Ben setiap menit selama prosesi ini.

Penerus Ratu, Raja Charles III, kedua putranya — Pangeran William dan Pangean Harry — dan para anggota keluarga kerajaan lain berjalan di belakang kereta yang membawa peti jenazah.

Mengheningkan cipta nasional selama satu menit ditetapkan pada Minggu pukul 20.00 sebelum upacara pemakaman kenegaraan di Westminster Abbey.

Persemayaman di Skotlandia

Jenazah Ratu sebelumnya disemayamkan di Katedral St Giles, Edinburgh, Skotlandia.

Warga diberi kesempatan selama 24 jam untuk memberikan penghormatan terakhir.

Sebelumnya, Raja Charles III dan istrinya Camilla, berada di Irlandia Utara sebagai bagian dari perjalananan keliling Britania Raya setelah ditetapkan sebagai Raja Sabtu (10/09) lalu.

Di tengah prosesi dan juga dalam penetapan Charles sebagai Raja, sejumlah orang dilaporkan ditahan.

Para pegiat kebebasan berbicara mengatakan langkah polisi ini “sangat memprihatinkan.

Di Skotlandia, dua orang dikenakan dakwaan sementara di Oxford, satu orang ditahan.

Pria berusia 22 tahun yang ditahan di Edinburgh disebutkan karena melanggar ketertiban setelah Pangeran Andrew diteriaki saat prosesi jenazah Ratu pada Senin (12/09).

Kepolisian London mengatakan di tengah antrean yang akan terjadi untuk persemayaman Ratu, warga “berhak untuk melakukan protes”.

Pada Senin (12/09), peti jenazah dibawa dari Istana Holyroodhouse – kediaman resmi Monarki Inggris di Edinburgh.

Raja Charles III berjalan di belakang peti jenazah mendiang ibunya dari Istana Holyroodhouse, Edinburgh, ke Katedral St Giles’. Rute itu disebut Royal Mile dan biasanya ditempuh selama 20 menit dengan jalan kaki.

Antrean untuk melihat peti jenazah Ratu Elizabeth II membentang panjang dengan waktu tunggu antre sempat mencapai lebih dari 24 jam.

Selain Raja Charles III, tiga anak Ratu lainnya, Putri Anne, Pangeran Andrew dan Pangeran Edward, juga berjalan di belakang peti jenazah. Tampak warga berdiri di sepanjang rute yang dilalui iring-iringan.

Sejumlah personel militer Inggris menembakkan senjata sebagai tanda penghormatan selama perjalanan. Tembakan berhenti ketika iring-iringan tiba di luar katedral. Lalu digelar misa syukur, sebelum khalayak diperbolehkan memberikan penghormatan.

Pada Selasa (12/09), peti jenazah Ratu diterbangkan dari Edinburgh menuju Pangkalan Udara Royal Air Force Northolt di London barat untuk selanjutnya dibawa ke Istana Buckingham. Putri Anne, putri satu-satunya Ratu Elizabeth II, dijadwalkan akan mendampingi pengiriman peti mendiang ibunya.

Sedangkan Raja Charles III dan Permaisuri Camilla akan menyambut kedatangan peti jenazah di Istana Buckingham.

Perjalanan dari Istana Balmoral ke Edinburgh

Pada Minggu (11/09), jenazah Ratu dibawa dari Balmoral ke ibu kota Skotlandia, Edinburgh.

Di sepanjang rute, terlihat warga berdiri di sisi jalan untuk menunjukkan belasungkawa dan memberikan penghormatan terakhir.

Perjalanan dari Balmoral menuju Edinburgh memakan waktu sekitar enam jam. Tampak di antara iring-iringan adalah anak perempuan Ratu, Putri Anne.

Peti jenazah ini akan berada di Edinburgh hingga Selasa (13/09) sebelum diterbangkan ke London.

Pemakaman Ratu akan dilangsungkan secara kenegaraan pada 19 September.

Pemakaman Ratu Elizabeth II, pemangku takhta terlama dalam sejarah Inggris, yang meninggal dunia di Balmoral, Skotlandia Kamis (08/09), dalam usia 96 tahun, akan dilaksanakan pada Senin 19 September, kata Istana Buckingham.

Pemakaman kenegaraan Ratu Elizabeth II akan digelar pada pukul 11.00 di Westminster Abbey, London. Gereja bersejarah itu menjadi tempat penobatan raja dan ratu Inggris, dan tempat Ratu Elizabeth II menikah dengan Pangeran Philip pada 1947.

Dalam pernyataan setelah ibunya wafat, Putranya, Raja Charles III, mengatakan berpulangnya sang ibu tercinta adalah “momen kesedihan yang sangat mendalam” bagi dirinya dan bagi keluarganya.

Ia juga mengatakan, kepergian Ratu Elizabeth akan “sangat dirasakan” di seluruh dunia.

Anggota dekat keluarga kerajaan telah berkumpul di Balmoral sejak dikeluarkannya pengumuman tentang kondisi kesehatan Ratu pada Kamis siang (08/09).

Ratu naik takhta pada 1952 dan menjadi saksi perubahan sosial yang sangat besar.

Masa berkabung

Raja Charles mengatakan, “Kami sangat berduka dengan berpulangnya ratu yang sangat dihormati dan seorang ibu yang sangat dicintai. Saya tahu kepergiannya akan sangat dirasakan di seluruh penjuru negeri, di negara-negara Persemakmuran, dan di seluruh dunia.”

Ia mengatakan pada masa berkabung ia dan keluarganya “akan terbantu oleh kenyataan bahwa Ratu mendapat penghormatan dan rasa cinta yang begitu dalam”.

Dalam pernyataan, Istana Buckingham mengatakan, “Ratu meninggal dunia dengan tenang di Balmoral pada petang ini.”

Raja dan istrinya, Camilla yang saat ini menjadi Permaisuri, kembali ke London Jumat (09/09), menurut Istana Buckingham dan berpidato.

Semua anak-anak Ratu bertolak ke Balmoral setelah para dokter menyatakan Ratu di bawah pengawasan medis.

Cucunya yang saat ini menjadi putra mahkota, Pangeran William dan adiknya Pangeran Harry juga berkumpul di Balmoral.

Perdana Menteri Liz Truss, yang diangkat oleh Ratu pada hari Selasa (06/09) mengatakan kerajaan adalah sumber kekuatan negara Inggris modern, yang “memberi kita stabilitas dan kekuatan yang sangat dibutuhkan”.

Berbicara tentang raja yang baru, Truss berujar, “Kami loyal kepadanya, seperti kesetiaan yang ditunjukkan oleh ibundanya selama sekian lama.”

Periode Ratu Elizabeth sebagai kepala negara ditandai dengan berbagai tonggak penting dalam sejarah Inggris, mulai dari masa-masa sulit setelah Perang Dunia II, transisi emporium ke Persemakmuran, berakhirnya Perang Dingin, masuknya Inggris ke Uni Eropa, dan juga keluarnya Inggris dari organisasi regional ini.

Pinggir jalan di depan Istana Buckingham Palace yang dikenal dengan nama The Mall dipenuhi orang.

Selama ia memegang takhta dalam 70 tahun terakhir, Inggris memiliki 15 perdana menteri.

Mulai dari Winston Churchill, yang lahir pada 1874 hingga Liz Truss, yang lahir 101 tahun kemudian pada 1975.

Selama berkuasa, Ratu rutin bertemu dengan perdana menteri setiap pekan.

Di Istana Buckhingham, London, massa yang menunggu berita kondisi Ratu mulai menangis ketika mendengar kabar kematiannya.

Bendera di istana diturunkan setengah tiang pada pukul 18:30 waktu setempat (00:30 WIB Jumat) dan pengumuman resmi dipasang di luar istana.

Dengan kematian Ratu, Pangeran William dan istrinya, Catherine akan bergelar Duke dan Duchess of Cambridge dan juga Cornwall (gelar yang sebelumnya dipegang Charles).

Ratu terlahir dengan nama Elizabeth Alexandra Mary Windsor, di Mayfair, London, pada 21 April 1926.

Tak banyak yang memperkirakan kelak ia akan memegang tahta kerajaan Inggris, namun pada Desember 1936 pamannya, Edward VIII, melepas tahta untuk bisa menikah dengan warga Amerika Serikat, Wallis Simpson.

Ayah Elizabeth dinobatkan sebagai raja, dengan nama resmi Raja George VI, dan Lilibet — demikian ia biasa disapa di lingkungan keluarga — menjadi ahli waris kerajaan Inggris.

Hanya dalam waktu tiga tahun, Inggris terlibat perang dengan NAZI Jerman. Elizabeth dan adik perempuanya, Putri banyak menghabiskan waktu di Kastel Windsor setelah orang tuanya menolak saran agar keluarga kerajaan mengungsi ke Kanada.

Bertukar surat dengan Philip

Setelah menginjak usia 18 tahun, ia bergabung dengan layanan dinas militer dan belajar tentang mekanis dan mengemudi. “[Dari sini] saya mulai memahami semangat kebersamaan yang muncul di masa-masa sulit,” kenangnya.

Saat perang, ia bertukar surat dengan Philip, yang bertugas di angkatan laut Inggris. Asmara merebak dan keduanya menikah di Westminster Abbey, London, pada 20 November 1947. Usai menikah Philip bergelar Duke of Edinburgh.

Elizabeth menggambarkan Philip “sebagai sumber kekuatan”. Perkawinan ini bertahan selama 74 tahun sebelum Philip meninggal dunia pada 2021 dalam usia 99 tahun.

Raja Charles, Putri Anne, Pangeran Andrew dan Pangeran Edward mengantarkan jenazah ibu mereka ke Katedral St.Giles.

Anak pertama mereka, Charles, lahir pada 1948, disusul oleh Putri Anne pada 1950, Pangeran Andrew pada 1960, dan Pangeran Edward pada 1964.

Dari mereka, Ratu Elizabeth mendapatkan delapan cucu dan 12 cicit.

Putri Elizabeth tengah berada di Kenya pada 1952 untuk mewakili raja yang sakit, ketika Philip memberi tahu bahwa sang raja telah berpulang.

Ia langsung pulang ke London sebagai Ratu Inggris yang baru.

Atas kejadian ini, ia mengenang, “Semua terjadi tiba-tiba dan dalam waktu yang sangat cepat … Anda harus bisa melakukan yang terbaik yang bisa dilakukan.”

Elizabeth dinobatkan sebagai ratu Westminster Abbey pada 2 Juni 1953, pada usia 27 tahun, dalam acara yang disiarkan oleh televisi. Diperkirakan penobatannya ditonton oleh 20 juta orang.

Pada dekade-dekade kemudian, terjadi perubahan besar baik di dalam negeri maupun di emporium Inggris.

Elizabeth mereformasi kerajaan, mendekatnya ke publik melalui berbagai kegiatan. Ia juga aktif hadir di berbagai acara yang digelar anggota Persemakmuran.

Setidaknya ia berkunjung sekali ke setiap negara anggota organisasi ini.

Namun ada juga masa-masa kelam.

Pada 1992, terjadi kebakaran di Kastil Windsor, kediaman pribadi sekaligus istana yang sering dipakai sebagai tempat kerja.

Perkawinan tiga dari empat anaknya berakhir dengan perceraian.

Pada 1997, Ratu dikecam karena sepertinya enggan tampil di depan publik menyusul meninggalnya Putri Diana, istri Pangeran Charles dalam kecelakaan di Paris, Prancis.

Saat itu banyak pertanyaan soal relevansi kerajaan dengan masyarakat modern.

“Tidak ada lembaga… yang bisa bebas dari pengawasan orang-orang yang memberikan loyalitas dan dukungannya,” kata Ratu ketika itu.

Pada usia 21 tahun, Elizabeth berjanji akan menghabiskan waktunya untuk menjalan tugas sebagai ratu.

Pada 1977, saat perayaan Silver Jubilee, ia mengatakan, “Janji itu memang saya ucapkan ketika saya masih belia, namun saya tak pernah menyesalinya. Saya juga tidak akan mencabut janji itu.”

Komitmen yang sama kembali ia ucapkan 45 tahun kemudian dalam perayaan 70 tahun ia bertahta, Platinum Jubilee, pada Juni 2022.

Berbagai perayaan digelar di seantero negeri Juni lalu. Meski Ratu tidak hadir di semua acara penting, ia berujar, “Hatiku akan selalu bersamamu.”

Raja Charles, 73, menjadi kepala negara di 14 negara Persemakmuran.

Ia bersama istri serta adik-adiknya, Putri Anne, Pangeran Andrew dan Edward berada di Balmoral. Demikian juga dua putranya Pangeran William dan Harry.

Keluarga Kerajaan Inggris kini memasuki masa berkabung selama satu minggu.

Pemakaman Ratu, yang akan dilangsungkan secara kenegaraan, digelar dalam dua minggu ke depan.@

Tag: