Pedagang Optimis Orang Tetap Belanja Keperluan Ramadan dan Idulfitri

Pedagangan pakaian jadi di Pasar Sanggam Adji Dilayas, Tanjung Redeb yakin orang tetap berbelanja untuk keperluan Ramadan dan Idulfitri. (Foto Helda Mildiana/Niaga.Asia)

TANJUNG REDEB NIAGA.ASIA-Suasana sudah terlihat sepi, Kamis (9/3/2020)  ketika memasuki pintu utama pasar tradisional berkonsep modern Sanggam Adji Dilayas (SAD) Tanjung Redeb, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Pasar ini, sama halnya dengan pasar lainnya di Indonesia, terdampak protokol kesehatan yang membatasi orang keluar rumah dalam rangka mencegah penularan virus corona (Covid-19).

Pasar SAD diresmikan Gubernur Kaltim, H Awang Faroek pada 3 Maret 2009, menampung 1.412 pedagang dan jadi pasar percontohan bagaimana meng-uprade pasar rakyat menjadi modern, bersih dan tertata rapi, dan yaman di Indonesia. Banyak daerah di luar Kaltim datang ke Pemkab Berau untuk studi membangun pasar modern, tapi tetap memberi tempat kepada masyarakat, pengusaha mikro dan kecil.

Setelah masuk ke Pasar SAD dan berkeliling, Niaga.Asia mendapati beberapa  pedagang pakaian tidak membuka kiosnya, mereka sejak  beberapa hari terakhir  stop berjualan lantaran pembeli sepi.

Pemandangan sekarang ini berbeda dengan tahun lalu,  dimana sebulan sebelum memasuki bulan puasa atau Ramadan, pedagang sudah mendatangkan aneka ragam pakaian untuk keperluan Idulfitri, seperti  pakaian model terbaru, mukena, sajadah ataupun  baju gamis dan baju koko.

Meski pengunjung pasar berkurang, tapi masih banyak pedagang yang optimis, tetap  berjualan seperti har-hari biasa dan menyetok pakaian dan perlengkapan untuk dijual lagi  menghadapi Idulfitri.

“Saya baru aja dari Jakarta membeli beberapa produk busana terbaru jelang Ramadan. Ada aja kok pembeli, namanya juga orang dagang, pasti ada sepi dan rame nya,” ungkap seorang ibu penjual pakaian yang enggan namanya dituliskan dalam berita.

Menurutnya, jika penerbangan dari Berau ke Jakarta dibuka lagi, dia akan berangkat lagi membeli produk terbaru untuk persiapan Idulfitri.  “Saya optimis,  wabah corona  ini pasti akan berlalu. Kewajiban kita adalah berusaha dan berdoa,” katanya.

“Ada aja kok pembeli,” ungkapnya. Ia masih bersemangat mengenalkan pakaian yang dijualnya kepada pengunjung pasar yang melintas di depan kiosnya.

Sementara pedagang sayur-sayuran, sembako,  ikan, dan peralatan rumah tangga di Pasar SAD membenarkan omsetnya menurun, tapi tak membuatnya mereka patah semangat, aneka barang kebutuhan sehari-hari dan persiapan bulan Ramadan dan Idulfitri tetap disediakan pedagang.

Pedagang barang pecah belah dan kebutuhan dapur, Hj Isa mengatakan, masih ada masyarakat yang berbelanja, misalnya membeli panci kukus untuk memasak kue. “Karena ada himbauan pemerintah agar berdiam diri dalam rumah, banyak warga mencari peralatan memasak, mungkin untuk mengisi kegiatan dalam rumah, ibu rumah tangga rajin masa ini itu,” ujarnya.

Pedagang ayam, ikan , daging,  dan udang juga masih berjualan seperti biasa. Menurut Arif yang berjualan ayam potong boiler, pembeli lebih banyak di pagi hari ketimbang siang ataupun jelang sore. Tapi harga ayam potong sendiri turun dari Rp25 ribu per kilo jadi Rp 22.000,-.

“Biasanya jika harga ayam turu begini, kami akan jual ke Bulungan atau ke Malinau, tetapi di sana kondisi daya beli juga sama. Sama sama menghadapi virus corona,” ungkap Arif.

Untuk harga ikan, seperti ikan Putih, Kakap, Bawal, Layang, Bandeng, Patin  masih stabil, tidak mengalami kenaikan ataupun penurunan berarti. Sedangkan harga daging sapi, menurut Ramli, harganya Rp140 ribu per kilogram.

“Harga daging tetap saja, hanya saja jumlah orang yang membeli berkurang, pengaruh pedagang bakso dan rumah makan ada yang berhenti sementara berjualan,” kata Ramli. (hel/adv)

Tag: