Pekerja Indonesia di Malaysia Rela Tempuh Jarak 10 Km Demi Coklit Pilkada 2024

Warga Indonesia bermukim di wilayah Malaysia datang ke kantor desa mengikuti Coklit, Minggu 30 Juni 2024 (Foto: Budi Anshori/niaga.asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA — Ratusan warga Indonesia yang bekerja dan bermukim di wilayah- Sabah, Malaysia, rela menempuh perjalanan darat 2 sampai 10 kilometer demi mengikuti Pencocokan dan Penelitian (Coklit) di kantor Desa Sei Limau, Kecamatan Sebatik Tengah, Minggu 30 Juni 2024.

“Mereka sudah puluhan tahun bermukim di beberapa perkampungan pulau Sebatik Malaysia,” kata Kepala Desa (Kades) Sei Limau, Kecamatan Sebatik Tengah, Kabupaten Nunukan, Mardin kepada niaga.asia.

Untuk mempermudah proses Coklit, Mardin menghubungi mandor atau manajer perkebunan kelapa sawit di Malaysia, tempat warga Indonesia bekerja untuk memberikan informasi, bahwa pelaksanaan Coklit dibuka Minggu 30 Juni di kantor Desa Sei Limau.

Proses permintaan izin bagi warga Indonesia mengikuti Coklit tidak memerlukan izin tertulis, Mardin cukup menyampaikan secara lisan melalui mandor, intuk mengkoordinir pekerjanya keluar Malaysia.

“Saya sudah kenal mandor-mandor perusahaan sawit di perbatasan Malaysia itu. Kebetulan mandor di sana warga Indonesia juga, jadi tetap harus ikut Coklit,” ujar Mardin.

Seluruh warga yang diberikan izin tinggal bermukim dan bekerja di perkebunan sawit Malaysia, harus memiliki legalitas sebagai penduduk Kecamatan Sebatik, yang dibuktikan dengan KTP dan keterangan dari Kades setempat.

Warga-warga itu juga tidak diharuskan memiliki paspor untuk bekerja di perkebunan sawit Malaysia. Kebijakan ini berlaku sejak puluhan tahun, atas dasar kepercayaan dan kedekatan hubungan keluarga serumpun.

Baca jugaLebih 200 Warga Indonesia yang Bermukim di Malaysia Ikuti Coklit di Sebatik

“Coklit ini tidak termasuk bagi warga Sebatik yang bermukim di Tawau, Sabah, Malaysia karena jaraknya cukup jauh dari Kantor Desa Sei Limau,” sebut Mardin.

Warga-warga Indonesia yang bekerja di perkebunan sawit Malaysia, biasanya menggunakan sepeda motor untuk masuk ke Desa Sei Limau. Meski jalan tidak terlalu bagus, warga itu sangat antusias ketika diundang untuk menyalurkan hak politiknya.

Antusiasme warga dapat dilihat dari jumlah kehadiran. Di mana warga silih berganti datang dan rela antre menunggu giliran pemeriksaan pencocokan data pemilih. Padahal jarak tempuh perjalanan cukup jauh dan menghabiskan waktu tidak sebentar.

“Kalau Coklit saja mereka datang, bisa dipastikan nanti pencoblosan di Pilkada pasti datang ke Sebatik menyalurkan hak pilihnya,” sebut Mardin.

Mardin menjelaskan, Desa Sei Limau memiliki luas sekitar 2.082 hektar dengan jumlah penduduk mencapai 2.944 jiwa. Sedangkan jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) sebagaimana data Pemilu 2024 sebanyak 2.200 orang pemilih.

Sebagian penduduk atau sekitar 200 orang lebih penduduknya bermukim di kampung Pisak Pisak, Sungai Limau Malaysia, Bergosong Kecil, Bergosong Besar, Sungai Tongkang, Lowisbi dan Kampung Mentadak yang merupakan wilayah Sabah, Malaysia.

“Perkampungan Malaysia paling jauh dari Sebatik Tengah sekitar 10 kilometer perjalanan darat,” demikian Mardin.

Penulis: Budi Anshori | Editor: Saud Rosadi

Tag: