Cerpen Karya: Efrinaldi

Raja berdiam diri di istananya. Pemberontakan makin meluas di seluruh kerajaan. Patih ditugaskan memadamkan pemberontakan.
Di pendopo istana putri raja sedang menyisir rambut. Tiba- tiba datanglah pemimpin pemberontakan dengan sejumlah pasukan. Patih maju ke depan. Dengan lantang dia berkata, “Baiklah kulayani kalian. Hadapi aku lawan satu dengan pemimpinmu!”
Bersenjata keris terjadi perkelahian satu lawan satu.
Pemimpin pemberontakan jatuh telentang. Keris siap menikam.
“Hentikan!” teriak putri raja.
Patih menahan tikaman.
“Dia adalah kekasihku!, teriak putri raja.”
Namun keris pun tertancap di perut pemberontak.
Putri raja menangis melolong-lolong.
“Kamu, patih yang baru saja diangkat ayahku. Kamu pula yang membunuh kekasihku!”
Patih pun dengan hormat bersujud ke putri raja.
*
Telah sebulan pemberontakan berhenti. Putri raja masih berdiam diri di kamarnya. Raja memanggil putrinya, “Apa gerangan yang terjadi?” sabdanya.
Putri raja memandang ayahnya, “Kenapa harus dia yang mati?” kata Sang Putri.
“Ayah tahu dia kekasihmu. Tetapi dia pemberontak. Tidak ada jalan lain selain itu untuk berhentinya pemberontakan,” kata Sang Raja.
Sang Putri menangis sejadi-jadinya. Raja hanya diam, menunggu sampai putrinya berhenti menangis.
“Baiklah, mungkin patih mengingatkanmu terus akan kematian kekasihmu. Untuk itu Sang Patih akan ayah ruruh menjadi raja kecil di wilayah penaklukan,” kata Sang Raja.
“Kalau begitu menurut ayah yang terbaik, lakukanlah!” kata Sang Puri.
“Baiklah minggu depan patih akan berangkat ke wilayah penaklukan,” sabda raja.
Sang Putri menghapus air matanya, Dia bersujud pada ayahnya.@
Tag: Cerpen