Pembuatan Es dengan Sinar Matahari di Pulau Sulamu

Deputy Head of Mission Kedutaan Besar Jerman untuk Indonesia, Thomas Graf bersama Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan, Andriah Feby Misna saat meresmikan fasilitas Ice Maker di Sulamu, hari Senin (31/10/2022). (Foto Kementerian ESDM)

KUPANG.NIAGA.ASIA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) meresmikan fasilitas Solar Ice Maker atau pembuat es bertenaga surya di Sulamu, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Fasilitas ini didirikan untuk mendukung optimalisasi potensi sektor perikanan di wilayah pesisir Indonesia, khususnya area pesisir Kupang.

“Pengembangan teknologi Solar Ice Maker telah dilakukan sejak tahun 2016 yang dilatarbelakangi oleh fakta bahwa produk perikanan di NTT tidak dapat diawetkan dengan teknologi pendingin karena pasokan listrik yang tidak mencukupi. Pada sisi lain, potensi energi surya melimpah, sehingga teknologi ini dipandang sebagai solusi yang baik,” ungkap Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan, Andriah Feby Misna saat meresmikan fasilitas Ice Maker di Sulamu, hari Senin (31/10/2022).

Potensi surya dan perikanan Kelurahan Sulamu yang terletak sekitar 85 kilometer dari Kota Kupang memang menjanjikan. Namun belum ditopang oleh akses rantai dingin yang memadai. Nelayan dari Sulamu harus mengambil pasokan es balok dari Kupang untuk menyimpan hasil tangkapan. Kondisi ini membuat hasil tangkapan membusuk dan menyebabkan kerugian bagi nelayan.

Solar Ice Maker dilengkapi dengan panel Surya 25 kilo watt peak (kWp), yang digunakan untuk mendinginkan larutan air garam hingga (-15) derajat Celcius untuk pembuatan balok es, sehingga pada malam hari proses pembuatan balok es ini dapat terus berlangsung. Solar Ice Maker di Sulamu beroperasi secara full off-grid dan mampu menghasilkan produksi es balok hingga 1 ton/ hari, atau 245 ton/ tahun. Dengan adanya solar Ice Maker ini diharapkan dapat mencukupi sekitar 56% kebutuhan es balok di Sulamu dan dapat membantu para nelayan menjaga kesegaran hasil tangkapannya.

Sebelumnya, pada tahun 2020, Kementerian ESDM bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencoba membangun PLTS Atap untuk fasilitas cold storage milik KKP di 12 lokasi.

Pemerintah Jerman melalui GIZ selanjutnya mendukung dan mengembangkan pilot project Solar Ice Maker, yang merupakan fasilitas produksi es balok yang ramah lingkungan, tidak hanya karena menggunakan energi surya, tetapi juga menggunakan bahan refrigerant (pendingin)yang juga ramah lingkungan.

Fasilitas Ice Maker di Sulamu,  Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. (Foto Kementerian ESDM)

Feby mengatakan, kerja sama dengan Pemerintah Jerman ini juga merupakan salah satu upaya Pemerintah, bersama dengan dukungan internasional menurunkan emisi gas rumah kaca sebagaimana komitmen Indonesia dalam COP 26 untuk bisa menuju karbon netral dan target NZE pada tahun 2060 atau bahkan lebih cepat dengan dukungan internasional.

“Banyak manfaat yang kita dapat dari pengembangan energi baru terbarukan ini. Selain meningkatkan ketahanan dan kemandirian energi kita, pengembangan energi baru terbarukan juga membuka peluang dan membangun ekonomi hijau, serta menjadi salah satu alat untuk upaya pemulihan ekonomi pasca pandemi,” imbuhnya.

Feby berharap teknologi Solar Ice Maker tidak hanya berhenti disini, tetapi dapat direplikasi dan disebarluaskan serta pengembangan dari teknologi ini terus berjalan guna mendukung sektor perikanan Indonesia, dan mendukung transisi energi berbasis masyarakat.

Senada dengan Feby, Bupati Kupang Korinus Masneno menyampaikan bahwa solar ice maker ini merupakan sebuah inovasi teknologi yang mengintegrasikan energi terbarukan, dalam hal ini energi surya dengan energi pendingin, dan sistem full of grid. Fasilitas ini sangat membantu khususnya bagi para nelayan dalam memproduksi es batu sebagai bahan pengawet hasil tangkapan ikan.

Mesin ini lebih ekonomis dibanding dengan bermesin diesel. Ditambah dengan berlimpahnya cahaya matahari di NTT, tentunya akan memaksimalkan cara kerja mesin pembuat es tenaga surya ini.

“Mesin yang kini hadir di Kabupaten Kupang, tepatnya di Sulamu ini tentunya akan memberikan dampak yang besar khususnya dalam mendukung masyarakat nelayan sehingga mampu meningkatkan ekonomi masyarakat melalui sektor perikanan kelautan serta pemberdayaan nelayan lokal di daerah ini,” ujar Korinus.

Ia berharap berbagai terobosan dan inovasi dalam pengembangan energi baru terbarukan di NTT ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang, sehingga akan berdampak juga terhadap pertumbuhan ekonomi melalui pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan.

Pada kesempatan yang sama, Deputy Head of Mission Kedutaan Besar Jerman untuk Indonesia, Thomas Graf mengapreasiasi Kementerian ESDM dan semua pemangku kepentingan yang sudah menjadi mitra strategis pengembangan tenaga surya.

Pihaknya menegaskan bahwa kerja sama ini merupakan wujud komitmen Pemerintah Jerman mendukung secara global berbagai proyek untuk mengatasi masalah perubahan iklim dan pengembangan energi terbarukan.

“Ini merupakan bukti bahwa proyek ini bisa menjadi masa depan yang cerah bagi teknologi hijau, yang bisa membantu kita menyelesaikan masalah teknologi atau masalah energi di depan kita. Oleh karena itu kami berharap bahwa proyek ini akan menciptakan kesempatan bekerja dengan menggunakan teknologi yang berkelanjutan, serta meningkatkan peningkatan ekonomi hijau ke depannya,” pungkas Graf.

Sebagai informasi, Proyek Solar Ice Maker merupakan kerja sama Pemerintah Indonesia c.q. Direktorat Jenderal EBTKE dan Pemerintah Jerman c.q. Deutsche Gesselschaft fur Internationalle Zusammenarbeit (GIZ) serta hasil kolaborasi panjang antara lembaga penelitian, penyedia teknologi internasional dan lokal, serta investor setempat.

Pemerintah Indonesia sangat menghargai kerja keras GIZ dan semua pihak karena fasilitas ice maker ini merupakan pengembangan teknologi baru dan pemanfaatan fasilitas ini sepenuhnya ditujukan langsung untuk masyarakat.

Sumber: Biro KLIK Kementerian ESDM | Editor: Intoniswan

Tag: