Permainan Masa Kecil

Cerpen Karya: Efrinaldi

Ilustrasi: Permainan gala.

Masa kecilku di kampung halaman adalah masa penuh bermain. Aku tinggal di Kampung Jambak, Mungka, Payakumbuh sejak berusia enam tahun sampai tamat SMA.

Aku ingat bahwa permainan yang sering aku mainkan sebagai anak-anak kecil di kelompok anak-anak di kampung adalah main angek-dingin. Permainan ini adalah bersembunyi dan harus ditemukan oleh anak yang sedang dalam hukuman.

Dalam persembunyian, anak-anak mengintai anak yang dalam hukuman. Ketika anak yang sedang dalam hukuman tidak menjaga posnya, anak-anak akan menguasai pos dengan meneriakkan “Angek-dingin!”

Bila itu terjadi, maka si pemain yang berhasil menguasai pos merasa berhasil. Bila tiba-tiba diketahui anak yang terhukum, maka si terhukum juga segera berlari ke pos dan terjadilah perlombaan siapa yang lebih dahulu menguasai pos.

Bila si terhukum berhasil menguasai pos terlebih dahulu, maka si terhukum akan menang dibandingkan anak yang berusaha menguasai pos, dan anak yang kalah akan menjadi anak terhukum baru.

Ketika aku lebih besar juga, aku bermain sipak tekong, hampir sama dengan permainan angek dingin. Hanya posnya punya “tekong”, yaitu penanda tempat dari tempurung kelapa. Ketika pos tidak tejaga, anak yang bermain mendekati tekong dan menendangnya sejauh mungkin.

Ada lagi permainan gala. Yaitu permainan dengan dua tim berlawanan. Ada tim yang penjaga dan ada tim penembus pola yang berupa petak-petak yang di buat dengan garis di tanah. Permainan dimulai dengan ditempatinya lintasan-lintasan penghalang yang berupa labirin oleh penjaga. Anak-anak penembus memulai menembus pola melewati garis terjaga dengan melakukan gerakan-gerakan memperdaya.

Karena garis yang terjaga dibuat sedemikan panjang sehingga cukup sulit menjaganya di kiri-kanannya kalau hendak ditembus anak-anak tim lawan di melewati kanan kirinya. Biasanya taktik yang efektif adalah anak suatu sisi seolah-olah hendak menerobos garis dan anak penjaga berusaha mendekati untuk menangkapnya.

Anak yang hendak menerobos menghentikan langkahnya ketika anak penjaga garis bergerak ke sisinya, sementara sisi lainnya akan tak terjaga, sehingga temannya akan menerobos garis. Permainan ini berlanjut sampai semua anggota tim berhasil menerobos semua garis dan dinyatakan menang. Posisi tim akan berbalik, ketika tim penjaga garis berhasil menangkap tim yang sedang melewati garis.

Permainan yang terdiri dari banyak anak yang masing-masing bermain secara individu ada juga. Pantak lele adalah satu diantaranya. Permainan adalah memukul kayu berupa tongkat sejengkal yang diungkitkan dari suatu lubang dengan memukulnya dengan tongkat sepanjang sekitas empat jengkal.

Tongkat anak yang terpelanting akan dipukul berkali-kali di udara dan kemudian dipukul sejauh mungkin. Ukuran pencapaian adalah sejauh mana tongkat anak terpental dari lubang pengungkitan dan kualitas pelemparan yang semakin besar dengan seberapa kali tongkat kecil itu dipukul di udara sebelum akhirnya dipukul jauh. Anak-anak bermain secara bergiliran dan pemenangnya adalah yang paling banyak mengumpulkan poin pelemparan tongkat pendek itu.

Permainan yang memanfaatkan potensi alam juga banyak, seperti berenang di sungai, melompat dari tebing tinggi di pinggir sungai ke dalam sungai. Anak-anak suka mempertunjukkan keahliannya lompat dengan gerakan salto ketika melompat ke sungai dari tebing. Bukit juga tempat bermain, seperti meluncur di atas mayang pinang dari puncak bukit. Ketika musim domang, anak-anak pergi memetiknya di hutan, atau lebih tepatnya semak-belukar di perbukitan.

Permainan layang-layang adalah permainan yang sangat populer juga di kampung halamanku dulu. Aku pernah bermain layang-layang juga. Aku ingat di usia di bawah 10 tahun, aku berhasil membuat sendiri layang dan berhasil terbang dengan baik.@

Tag: