Cerpen Karya: Efrinaldi
Berderet mobil beraneka merek parkir di jalan raya Limbonang. Aku memarkir mobilku di seberang sekolah. Aku. memasuki halaman SMA Limbonang. Mataku tertuju pada bangunan depan sekolah yang terlihat sangat megah sekarang.
Terlihat baliho besar tentang acara reuni hari tu. Aku masuk ke halaman tengah. Terlihat di bagian belakang. Banyak bangunan kini yang baru, yang dulunya hanya laboratorium.
Aku berjalan ke bangunan kelas di sebelah Timur. Tiba-tiba mataku terpaut pada seorang wanita. Walau wanita itu tak muda lagi, namun raut wajahnya sangat ku kenal.
“Epi …!”teriak wanita itu.
“Ida …! jawabku.
Kami saling mendekat. Setelah berjarak satu meter aku menyodorkan tangan bersalaman. Disambut Ida dengan genggaman akrab.
“Epi, lama kita tak bertemu. Telah hampir 15 tahun!” kata Ida
“Iya, lama sekali. Terakhir kita bertemu di Pekanbaru,” balasku.
Kami berjalan ke arah Barat. Terlihat berkumpul banyak teman-teman lama di depan kelas paling belakang. Ada Enil, Eri, Edi, dan Efda duduk di kursi melingkar. Kami pun bergabung. Efda memotret-momotert. Setelahnya Efda memintaku menggantikan untuk memotret.
Aku mendekat duduk di samping Ida.
“Sudah berapa cucumu?” tanya Ida padaku
“Dua, sepasang,” jawabku
“Cucuku telah tiga. Menang aku darimu, Epi,” kata Ida sambil mengedipkan sebelah matanya, seperti tahu kalau aku orang yang pantang kalah.
“Alhamdulillah!” jawabku.
“Apa kegiatanmu setelah pensiun ini?, tanyaku
“Menikmati masa pensiun dengan santai di rumah, jalan-jalan sekitar kompleks perumahan dan sesekali menengok cucu di Jakarta dan Yogyakarta,” jelas Ida.
“Syukurlah. Sepertinya kamu menikmati masa pasca bekerja,” kataku
“Iya, sudah masanya. Masa sibuk bekerja telah lewat,” lanjut Ida.
Kemudian datang mendekat Enil. Dia duduk di sampingku.
“Cerita apa ini?” tanya Enil.
“Cerita cucu,” jawab Ida.
Enil terlihat tak percaya.
“Bukannya cerita nostalgia? tanya Enil
“Ada juga sih,” jawabku sambil tertawa,
Enil terlihat mesem-mesem. Ida mencibir dan berkata,
“Enil, kita ini sudah kakek-kakek dan nenek-nenek. Urusan kita kini adalah mempersiapkan ke kampung akhirat,” kata Ida seperti menggurui.
“Ya, sudah. Kita bicara tentang kegiatan masa kini saja,” ujarku.
Enil dan Ida mengangguk tanda setuju.
Cerita kemudian ke sana ke mari. Tiba-tiba terdengar pengumuman MC kalau acara resmi reuni dimulai. Kami pun menuju kursi di depan panggung, bergabung dengan teman-teman satu angkatan.
Acara resmi reuni berjalan dengan formal yang menurutku tidak terlalu menarik. Namun, aku tetap bertahan sampai masanya acara usai menjelang makan siang.@
Tag: Cerpen