Poligami

Cerpen Karya: Efrinaldi

Ilustrasi

Siska... Biarkan dia pergi, orang seperti itu tidak layak diperjuangkan.”

“Tapi saya sangat mencintainya,” balas Siska.

“Please, buka matamu! Dia tak mencintaimu! Dia telah mengkhianati cinta. Hanya kau yang memperjuangkan cinta. Sementara dia selingkuh dengan perempuan lain!”  kataku pedas.

Siska seperti kaget dengan kata-kataku. Dia mengusap matanya. Menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menengadah ke atas.

“Astaghfirullah al azim …!” kata Siska dengan nada penuh penyesalan, “Rupanya aku telah tidak waras lagi selama ini!”

Aku tersenyum. Kata-kataku ternyata membongkar perasaan cinta Siska yang membabi buta pada Rudi.

“OK! Benar katamu, Rudi bukanlah suami yang pantas dipertahankan,” kata Siska seperti mendapat pencerahan.

*

“Rudy, aku telah memaafkanmu dalam banyak hal,” kata Siska

“Aku tahu, tapi kenapa kau tidak mau membiarkanku berpoligami?” tanya Rudy

“Aku mau dipoligami, tetapi bukan dengan perempuan itu!” kata Siska pedas.

“Tetapi aku mencintainya dan dia mencintaiku,” kata Rudy tak kalah tegas.

“Aku tahu kau telah masuk perangkapnya. Cobalah kau buka matamu. Apa yang membuatmu begitu tergila-gila padanya?” tanya Siska.

“Aku merasa berharga di matanya,” jawab Rudy.

Siska terdiam. Begitu berat pengorbanan yang telah dijalani untuk membuat mereka maju untuk menjadi berharga di mata masyarakat. Siska memakai semua kekuatannya untuk melanjutkan sekolah mereka berdua di jenjang S-3. Begitu berat perjuangan yang telah mereka jalani.

Siska menangis sejadi-jadinya.

“Apakah kurangku untuk membuatmu berharga?” teriak Siska sengit.

Rudy balik terdiam. Benarlah dia telah mencapai jabatan Direktur Utama di perusahaan IT milik Jerman. Tentu itu tidak lepas dari dukungan Siska. Banyak tanggung jawab dipikul Siska dalam mendidik anak, mengurusi tetek bengek urusan rumah dan segala macam administrasi.

“Siska, beri aku waktu menyelesaikan perasaanku!” kata Rudy melembut.

*

Rudy pergi ke rumah Dinda, selingkuhannya. Mereka merasa sudah sah menjadi suami istri dengan telah kawin siri. Dia memberi sejumlah uang pada Pak RT untuk bisa aman tinggal bersama Dinda di rumah kontrakan itu. Tetangga mereka sepertinya tidak terlalu peduli dengan mereka. Mereka memang tinggal di kawasan elit.

“Aku tak bisa paham, mengapa Siska demikian keras padaku,” kata Rudy

“Kenapa, sayang?” jawab Dinda

Rudy mendekat ke Dinda. Dinda segera menggelayuti pundak Rudy.

“Aku paham, dia masih mencintaimu,” kata Dinda dengan perlahan.

“Tetapi aku juga mencintaimu!” kata Rudy.

“Iya, di situlah letak rumitnya masalah ini.” jawab Dinda.

“Siska memilih bercerai denganku dari pada aku poligami,” kata Rudy.

Dinda terdiam. Dalam hatinya masih ada nurani wanita. Ya, Allah. Apakah aku telah berbuat zalim pada wanita lain dengan menikahi suaminya? jerit Dinda dalam hati.

Rudy kemudian pergi ke kamar. Dia tidur telentang di atas dipan. Matanya nanap menatap langit-langit. Sulit baginya untuk berpikir jernih.

Dalam pikirannya tergambar pertemuannya dengan Dinda di suatu pameran property. Dinda demikian memikat hatinya. Dinda yang kala itu menjadi penjaga salah satu stand pameran memberikan kartu nama pada Rudy.

Rudy menyimpan kartu nama itu. Dan satu waktu sehabis pertengkarannya dengan Siska, Rudy menelepon Dinda. Dinda menyambutnya dengan suara manja dan mereka pun bertemu malam itu juga di sebuah restoran. Malam itu mereka pun menghabiskan waktunya di sebuah hotel.

Oh, tidak! jerit Rudy.

Dinda kaget dan mendekati Rudy.

“Ada apa, sayang?” tanya Dinda.

Rudy tak menjawab. Rudy mengambil ranselnya dan pergi ke luar rumah.

“Mau ke mana?” tanya Dinda

“Aku mau pulang ke rumah Siska,” kata Rudy.

Dinda pun terhenyak di kursi di beranda. Rudy telah pergi dengan mobilnya.

*

Rudy pulang ke rumahnya. Siska membukakan pintu. Rudy terlihat kaku. Dia menyembunyikan perasaannya dengan segera berjalan masuk rumah.

Rudy duduk di sofa santai di ruang tengah. Siska membiarkannya seperti tidak terjadi apa-apa.

“Aku hampir gila, Siska!” kata Rudy tiba-tiba.

“Kenapa?” tanya Siska.

“Biarkan aku berpikir tenang tentang hubungan kita,” kata Rudy

Siska tidak menanggapi. Telah tuntas semuanya dikatakan Siska pada Rudy. Tidak perlu kata-kata lagi untuk mendiskusikannya.

Siska masuk ke kamar. Sementara Rudy tertidur di sofa. Malam itu berlalu dengan kesendirian mereka masing-masing. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya.@

Tag: