Produksi Beras Kaltim Terus Memburuk

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Produksi beras Kalimantan Timur (Kaltim) bukannya membaik, atau meningkat, tapi terus memburuk dari tahun ke tahun, padahal penduduk sudah hampir pasti bertambah karena dipindahnya ibu kota negara (IKN) ke Kaltim.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim dalam berita resminya yang dilansir, Jum’at (1/3/2024) melaporkan, produksi beras pada 2023 untuk konsumsi pangan penduduk mencapai 132,02 ribu ton, mengalami penurunan sebanyak 7,25 ribu ton atau 5,20 persen dibandingkan produksi beras di 2022 yang sebesar 139,27 ribu ton.

Penyebabnya, kata Kepala BPS Kaltim, DR. YUsniar Juliana, S.ST, MIDEC, luas panen padi pada 2023 tinggal sekitar 57,08 ribu hektare, atau mengalami penurunan sebanyak 7,89 ribu hektare atau 12,14 persen dibandingkan luas panen padi di 2022 yang sebesar 64,97 ribu hektare.

“Sedangkan produksi padi pada 2023 yaitu sebesar 226,97 ribu ton GKG (Gabah Kering Giling), mengalami penurunan sebanyak 12,45 ribu ton atau 5,20 persen dibandingkan produksi padi di 2022 yang sebesar 239,42 ribu ton GKG,” pungkasnya.

Pada tahun 2023, kata Yusniar, musim kemarau panjang mengakibatkan mundurnya jadwal tanam dan panen padi petani, yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat ketersediaan beras di pasar.

Sumber: BPS Kaltim.

Dasar perhitungan produksi beras Kaltim bersumber dari Keputusan Menteri ATR/Kepala BPN No.686/SK-PG.03.03/XII/2019 Tanggal 17 Desember 2019 tentang Penetapan Luas Lahan Baku Sawah Kalimantan Timur Tahun 2019 yaitu 41.406 hektar atau berada diurutan ke-24 dari 34 provinsi di Indonesia. Hingga tahun 2024, sawah terluas masih di jawa Timur yaitu 1,214 juta hektar.

BPS Kaltim memberi catatan, luas panen padi Januari-Desember 2023 mengalami penurunan sebesar 12,14% dibanding Januari-Desember 2022. Potensi luas panen Januari-April 2024 diperkirakan mencapai sekitar 21,35 ribu hektare atau mengalami penurunan sebesar 23,01% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

“Luas panen Januari-April 2024 adalah angka sementara karena Februari-April 2024 merupakan angka potensi berdasarkan hasil KSA Padi Januari 2024,” kata Yusniar.

Meski luas sawah terus menyusut, tapi kabupaten penyumbang terbesar beras di Kaltim, masih Kabupaten Kutai Kartanagera, yakni 50,71%, Penajam Paser Utara 19,87%, dan Paser 12,60%.

Nilai Tukar Petani

Dalam kesempatan yang sama, Yusniar juga melaporkan bahwa Nilai Tukar Petani (NTP) Februari 2024 sebesar 133,80 mengalami peningkatan sebesar 1,61 persen dibandingkan Januari 2024. Peningkatan NTP terjadi pada subsektor Tanaman Pangan, Hortikultura, Tanaman Perkebunan Rakyat, dan Perikanan.

“Sedangkan subsektor Peternakan mengalami penurunan,” katanya.

Kenaikan NTP disebabkan karena Indeks Harga yang Diterima Petani (It) naik sebesar 1,72 persen, sementara Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) hanya naik sebesar 0,11 persen.

NTP Februari 2024 pada masing-masing subsektor: Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) sebesar 104,96; Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) sebesar 114,07; Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) sebesar 175,58; Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT) sebesar 104,61; dan Nilai Tukar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (NTNP) sebesar 99,88.

Menurut Yusniar, pada Februari 2024, terdapat empat subsektor yang mengalami kenaikan NTP yaitu subsektor tanaman pangan (1,24 persen), subsektor hortikultura (1,55 persen), subsektor tanaman perkebunan rakyat (2,38 persen), dan subsector perikanan (1,57 persen). Sebaliknya, satu subsektor mengalami penurunan yaitu subsektor peternakan (-1,36 persen).

“Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Februari 2024 sebesar 136,65 atau naik 1,59 persen dibandingkan dengan NTUP pada Januari 2024 yang tercatat sebesar 134,52.”

Terdapat empat subsektor yang mengalami peningkatan NTUP yaitu subsektor tanaman pangan (0,94 persen), subsektor hortikultura (1,58 persen), subsektor tanaman perkebunan rakyat (2,49 persen), dan subsektor perikanan (1,64 persen). Sebaliknya, satu subsektor mengalami penurunan NTUP yaitu subsektor peternakan (-1,43 persen).

Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan

Tag: