Program Bangga Kencana Optimalkan Kualitas dan Kendalikan Kuantitas Penduduk

Sekretaris Utama BKKBN Tavip Agus Rayanto saat memberikan sambutan dalam forum koordinasi bangga kencana dan percepatan penurunan stunting di Hotel Mercure Samarinda, Senin 22 April 2024 (niaga.asia/Nur Asih Damayanti)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kaltim mengadakan forum koordinasi program bangga kencana dan percepatan penurunan stunting di Kaltim. Program ini telah berhasil di tujuh agenda pembangunan nasional untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia.

Sekretaris Utama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sekaligus Ketua Sekretariat Percepatan Stunting Nasional, Tavip Agus Rayanto mengatakan, program bangga kencana ini memiliki peran krusial dalam menentukan kualitas dan kuantitas penduduk.

“Bicara kuantitas itu ranahnya program KB (Keluarga Berencana), untuk mengendalikan jumlah kelahiran. Kalau penduduknya tidak berkualitas, maka itulah turunannya program stunting,” kata Agus Rayanto di Hotel Mercure Jalan Mulawarman, Samarinda, Senin 22 April 2024.

Agus menjelaskan upaya pengendalian kuantitas dan peningkatan kualitas penduduk itu dilakukan sejak masa kehamilan, anak-anak dan seterusnya.

“Kita perlu mendiskusikan strategi untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. Ketika SDM kita betul-betul dioptimalkan, maka bisa mengisi pembangunan di tahun 2045,” ujar Agus Rayanto.

Menurut dia, terdapat beberapa parameter yang digunakan untuk menuju Indonesia Emas 2045, salah satunya adalah keseimbangan penduduk.

“Seperti China dan Jepang berhasil program KB-nya. Tapi sekarang dikendorin lagi, karena pertumbuhan penduduk-nya sudah minus group,” terang Agus Rayanto.

Selain itu, struktur lansia juga berdampak pada kesejahteraan penduduk. Dengan rata-rata usia harapan hidup mencapai 76,4 hingga 80 tahun, kebijakan terkait kelansiaan menjadi aspek yang perlu diperhatikan

“Apalagi banyak lansia yang masih produktif, maka kebijakan terkait kelansiaan juga menjadi aspek yang harus diperhatikan,” demikian Tavip Agus Rayanto.

Untuk diketahui, dikutip niaga.asia dari laman resmi Kementerian Kesehatan, stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya

Penulis: Nur Asih Damayanti | Editor: Saud Rosadi

Tag: