Puskesmas Pembantu Tagul Sembakung Tidak Difungsikan 20 Tahun Ditumbuhi Semak Belukar

Kondisi Pustu Desa Tagul, Kecamatan Sembakung yang tidak difungsikan selama 20 tahun ditutupi semak belukar (foto : Istimewa/Niaga.Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Bertahun-tahun tidak difungsikan sebagai sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat, keberadaan Puskesmas Pembantu (Pustu) di Desa Tagul, Kecamatan Sembakung memprihatinkan, ditumbuhi semak belukar hingga merayap ke dinding bangunan.

“Sudah lama tidak berfungsi, kalau tidak salah sejak 20 tahun lalu,” kata Ketua RT 01, Desa Tagul, Kecamatan Sembakung, Kabupaten Nunukan, Herdi pada Niaga.Asia, Rabu (25/10/2203).

Bangunan pustu berbahan kayu itu saat ini mengalami kerusakan cukup parah dan tidak ada yang merawat karena berada di kawasan yang cukup jauh dari pemukiman penduduk. Tiap hendak berobat kesana memerlukan waktu sekitar 1 jam menggunakan perahu ketinting atau berjalan kaki.

“Tiga tahun lalu ada Tenaga Kesehatan (Nakes) bidan honorer, tapi melayani pengobatan di rumahnya, sekarang bidannya berhenti,” kata Herdi.

Herdi menduga persoalan keterbatasan Nakes dan banjir menjadi alasan Pustu tidak difungsikan. Kondisi ini tidak berbeda dengan Pustu-Pustu di desa lainnya yang bertahun-tahun tidak lagi melayani kesehatan masyarakat.

“Biasanya masyarakat Desa Tagul berobat ke Desa Atap yang jaraknya lebih dekat, tapi tetap juga memerlukan biaya transportasi,” ucapnya.

Keluhan masyarakat terhadap Pustu telah disampaikan berulang kali kepada Camat Sembakung dan petugas Puskesmas induk, namun sampai sekarang belum ada realisasi pengiriman Nakes ke Pustu Tagul.

Beberapa masyarakat yang memiliki alat transportasi pribadi bisa dengan cepat menuju Puskesmas di kecamatan, berbeda dengan masyarakat miskin terbatas ekonomi hanya pasrah menerima nasib terlambat mendapat pengobatan.

“Kita sudah lapor camat, tapi ngak tahulah apakah sudah disampaikan permintaan Nakes ke Dinas Kesehatan,” bebernya.

Menanggapi keluhan masyarakat, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Nunukan Hj. Miskia mengatakan, Pustu Desa Tagul tidak dioperasikan lagi karena bangunan sering kali terendam banjir, begitu pula akses jalan ke sana selalu banjir.

“Tiap hujan deras pasti Pustu Tagul terendam banjir, makanya Nakes disana ditarik ke Puskesmas Sembakung,” jelasnya.

Banjir yang terus melanda Sembakung dalam beberapa tahun ini mempersulit transportasi nakes menuju Pustu Tagul. Atas keadaan yang tidak memungkinan ini, Dinkes Nunukan memfokuskan pelayanan kesehatan di Puskesmas.

Meski menutup pelayanan kesehatan Pustu Tagul dan Pustu lainnya, Puskesmas Sembakung memprogramkan Nakes keliling yang tiap 10 hari masuk ke wilayah pedesaan, layanan ini sebagai pengganti pengobatan di Pustu.

“Sebagian warga Tagul pindah ke dataran tinggi, tapi walaupun mereka tetap bertahan disana, nanti kita persiapkan perencanaan menghindari banjir,” kata Miskia.

Tidak hanya Pustu Tagul, Miskia menerangkan Puskesmas Sembakung yang kadang terendam banjir memerlukan perbaikan, hanya saja perencanaan ini memerlukan mitigasi dan pemetaan yang matang agar terhindar dari banjir.

“Kita masukan petugas dan peralatan percuma kalau Pustu kena banjir, makanya perlu perencanaan bagaimana cara menghindari banjir,” ujarnya.

Penulis : Budi Anshori | Editor : Intoniswan

Tag: