Sebelum Meninggal, Syamsuddin Sempat Cerita Dianiaya Sipir Lapas Nunukan

Jenazah Syamsuddin seorang napi Lapas Nunukan masih berada di kamar jenazah RSUD Nunukan untuk keperluan autopsi, Minggu 25 Juni 2023 (niaga.asia/Budi Anshori)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA — Pihak keluarga Syamsuddin, narapidana kasus narkotika di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Nunukan, yang meninggal dunia diduga dianiaya sipir Lapas menemukan sejumlah kejanggalan pada kematian korban.

“Kami melihat ada beberapa titik luka-luka memar di tubuh almarhum bekas pukulan keras,” kata kuasa hukum keluarga korban, Johari Hamzah kepada niaga.asia, Minggu 25 Juni 2023.

Sebelum dirujuk ke RSUD Nunukan dan meninggal dunia pada hari Sabtu 24 Juni 2023, Syamsuddin sempat berkomunikasi dengan istri dan keluarganya. Dia mengeluhkan sesak napas dan susah berbicara. Kondisi itu sudah dirasakannya sejak lama.

Syamsuddin juga pernah bercerita bahwa dia pernah dianiaya sipir Lapas Nunukan. Hal itu dibuktikan dengan adanya bekas luka-luka memar di bagian bahu belakang kiri, seperti bekas sepatu.

“Bahasa penganiayaan diucapkan almarhum ketika bertemu keluarganya di RSUD Nunukan. Syamsuddin memang lagi sakit tapi bukan karena ginjal,” ujar Johari Hamzah.

Terkait itu pihak keluarga sangat keberatan. Apabila hasil autopsi terbukti luka memar bekas penganiayaan, Johari meminta aparat kepolisian segera memproses perkara dan memberikan rasa keadilan tanpa pandang bulu.

Untuk memastikan hasil autopso RSUD Nunukan berjalan sesuai aturan, pihak keluarga sejak menerima informasi korban meninggal dunia hingga hari ini, terus berjaga-jaga di ruang mayat dan ruang autopsi.

Baca jugaSyamsuddin Meninggal Dunia, Kalapas Nunukan: Tunggu Hasil Visum

“Kita tunggui ruang autopsi. Katanya pemeriksaan sekitar 3 – 4 jam selesai. Pihak keluarga minta jenazah akan dikirim ke kampung halamannya di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan,” terang Johari.

Syamsuddin dilarikan ke RSUD Nunukan, Rabu 21 Juni 2023. Johari meragukan pernyataan Lapas Nunukan bahwa almarhum mengalami gagal ginjal. Sebab selama menjalani hukuman pidana penjara, keluarga tidak pernah mendengar ada keluhan sakit ginjal dari almarhum.

Pihak keluarga semula tidak terlalu mempermasalahkan almarhum mengeluhkan sakit karena dugaan akibat dianiaya. Namun setelah melihat kondisi sakit dan luka memar yang cukup banyak, pihak keluarga berbalik sangat keberatan.

“Istrinya mengira Syamsuddin kena pukul berkelahi sesama napi. Makanya awalnya mereka tidak terlalu memperdulikan,” terang Johari.

Dijelaskan, sebagaimana informasi yang diterima keluarga Syamsuddin, dugaan penganiayaan dikarenakan Syamsuddin kurang sopan ketika melintasi atau lewat di depan petugas Sipir.

Informasi ini masih bersifat dugaan. Karena itu pihak keluarga masih mengumpulkan bukti-bukti dan keterangan saksi yang bisa memastikan motif perkara, hingga menyebabkan Syamsuddin dianiaya dan meninggal dunia.

“Kalau Syamsuddin berkelahi sampai luka-luka masih toleransi kami. Tapi kalau dianiaya hanya karena tidak sopan melewati sipir, itu sangat keterlaluan,” terangnya.

Penulis : Budi Anshori | Editor : Saud Rosadi

Tag: