NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Yosef Bin Yusuf adalah orang yang membawa Leo Bin Simon (39) dan Ho Jin Kiat (40) warga negara Malaysia, serta Ji Dong Bai (45) warga negara Tiongkok, dari Sabah, Malaysia ke Nunukan, kemudian ke Sebatik.
Kini Yosef ikut mendekam di ruang tahanan (detensi) Imigirasi Nunukan bersama Leo, Ho Jin, dan Ji Dong setelah tertangkap tangan Satgasmar Ambalat XXVIII di sekitar Sei Pancang, Kecamatan Sebatik, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara, Kamis (20/07/2022) mendokumentasikan secara diam-diam dengan kamera handphonenya objek vital negara dan kawasan terlarang, Pos TNI AL dalam wilayah negara Indonesia.
Yosef disebut-sebut adalah WNI keturunan Toraja, Sulsel yang lahir di Tawau, Sabah Malaysia. Sehari-hari aktif sebagai pendeta. Yosef juga dikabarkan memiliki KTP Tarakan, sekaligus memegang kartu izin tinggal menetap di Sabah, Malaysia yang sudah kadaluwarsa tahun 2013.
Ketika dimintai keterangannya oleh petugas Imigrasi Nunukan, Yosef mengaku keinginannya membangun jembatan dari pulau Sebatik yang berada dalam wilayah negara Malaysia ke Tawau dalam rangka mewujudkan mimpi orangtuanya.
Kemudian oleh Yosaf, mimpi orangtuanya itu dikembangkan. Jembatan yang semula berada dalam wilayah negara Malaysia, terhubung dengan pula dengan Sebatik yang berada dalam wilayah negara Indonesia.
“Untuk itu Yosef membawa Leo dan Ho Jin dengan latar belakang pendidikan engineering, serta Ji Dong, yang disebut-sebut adalah pimpinan cabang perusahaan konstruksi dari negeri Tiongkok di Kota Kinabalu, Malaysia, melakukan survei ke Sebatik,” ungkap Kepala Imigrasi Nunukan, Washington Saut Dompak Napitupulu saat memberikan keterangan pers, Jum’at (22/07/2022).
Yosef adalah orang yang menawarkan proyek jembatan Sebatik-Tawau ke Leo, Ho Jin, dan Ji Dong, sekaligus membawa ketiganya masuk ke Nunukan dan Sebatik, serta mendokumentasi kawasan lokasi jembatan, kemudian tertangkap Satgasmar Ambalat mendokumentasi objek vital negara, yang sebetulnya dilarang untuk difoto-foto dan dividiokan,” ungkapnya.
Menurut Napitupulu, peran Yosef mendatangkan ketiga warga negara asing tersebut ke Sebatik sangat sentral karena, ide pembangunan jembatan penghubung Sebatik- Tawau dari pikirannya.
“Antara Yosef dengan Leo dan Ho Jin berteman. Yosef lalu menyampaikan idenya ingin membangun jembatan Sebatik-Tawau ,” sebut Napitupulu.
Ide membangun jembatan dan ingin melakukan survei di Sebatik, baik yang masuk wilayah Indonesia maupun Malaysia, disampaikan Yosef kepada kedua temannya itu sejak tahun lalu, tapi baru namun baru tahun ini bisa terlaksana.
“Ide awal Yosaf hanya membangun jembatan yang menghubungkan Sebatik dalam wilayah negara Malaysia ke Tawau, tapi kemudian berubah, juga terhubung dengan Sebatik dalam wilayah negara Indonesia,” kata Napitupulu.
“Keinginan Yosaf ini mendapat dukungan dari Ji Dong Bai (45) warga Tiongkok, RRC yang juga bekerja di kantor perwakilan perusahaan konstruksi milik negara Tiongkok atau semacam BUMN China di Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia,” sambungnya.
Menurut Napitupulu, Yosef mengaku, idenya membangun jembatan dari Sebatik yang masuk dalam wilayah negara Malaysia ke Tawau, telah mendapat persetujuan dari Pemerintah Malaysia.
“Tapi ketika apa yang disampaikan Yosef itu dikonfirmasi ke Pemerintah Malaysia, Pemerintah Malaysia mengatakan tidak mengetahui kegiatan survei yang dilakukan kedua warga negaranya bersama Yosaf dan Jidong Bai. Perwakilan Indonesia di Tawau turut membantah bahwa keempat orang tersebut telah meminta izin masuk ke Indonesia untuk melakukan survei terkait rencana membangun jembatan,” ucap Napitupulu.
Penulis: Budi Anshori | Editor: Rachmat Rolau
Tag: Pertahanan Keamanan