Takdir

Cerpen Karya: Efrinaldi

Ilustrasi.

Ratih muncul di depan pintu. Dia mengucapkan salam. Ayu datang menemuinya.

“Ibu, saya pamit,” kata Ratih dengan suara datar.

Ayu memandangnya dalam.

“Benar kamu jadi pergi?” tanya Ayu sambil memegang kedua pundak Ratih.

“Iya, Bu,” jawab Ratih dengan air mata mulai berlinang.

Ayu memeluk Ratih. Mereka menangis tersedu-sedu.

Ayu melepaskan pelukannya. Dia menatap mata Ratih sungguh-sungguh.

“Apa tidak bisa ditunda?” tanya Ayu

“Telah banyak upaya dilakukan. Minggu lalu juga Pak RT mencoba jadi penengah. Namun ujungnya ya aku tetap mau pergi,” jawab Ratih dengan mengusap air matanya.

Ayu terdiam. Terlihat Ayu mencari-cari kata paling tepat diucapkan.

“Ayo masuk!” kata Ayu sambil menarik tangan Ratih. Mereka duduk di kursi ruang tamu.

“Bagaimana dengan anak-anak kalian?” tanya Ayu.

“Mereka akan ikut aku,” jelas Ratih.

“Terus kamu mau tinggal di mana?” tanya Ayu

“Aku kembali ke kota asalku. Di sana ada beberapa saudara,” jawab Ratih.

“Semoga kamu tabah menghadapi semua ini,” cetus Ayu.

“Ini sudah takdirku!” balas Ratih dengan nada tegar.

*

Ratih menikah dengan lelaki karena cinta membara sejak kenal di suatu kota di acara temu multi level marketing. Hubungan berlanjut dengan saling kontak lewat WA. Setelah beberapa kali bertemu mereka sepakat menikah. Ternyata bisnis mereka surut dan memutuskan pindah ke kampung suaminya. Usaha mereka tidak menentu dan ekonomi mereka jadi sulit.

Anak mereka sudah dua. Satu kelas satu SD dan satu lagi masih bayi berusia satu tahun.

*

Ratih dan Ayu masih di ruang tamu. Tiba- tiba datang anak Ratih yang besar.

Anak itu terlihat ceria saja. Mungkin dia belum paham tentang kemelut yang sedang terjadi antara kedua orang tuanya.

“Adik menangis, Bunda,” kata sang anak.

“Iya; Bunda segera pulang,” kata Ratih.

Ratih pamit. Ayu menyalami Ratih sambil berkata,

“Semoga kalian baik-baik saja di tempat baru.”

“Terima kasih, Bu,” ujar Ratih.

Ratih dan anaknya ke luar rumah. Ayu berdoa semoga Ratih tegar dan mendapatkan kemudahan di hari-hari mendatang.

Tag: