Tekanan Inflasi Menurun Lebih Cepat dari Prakiraan

Presiden Jokowi memberikan keterangan pers usai meninjau harga bahan pokok dalam rangka memantau inflasi di Pasar Parungpung, Bogor, Jabar, Rabu 21 Juni 2023 (BPMI Setpres)

JAKARTA.NIAGA.ASIA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, tekanan inflasi menurun ke dalam sasaran 3,0±1% lebih cepat dari prakiraan. Inflasi IHK pada bulan Mei 2023 tercatat 4,00% (yoy) atau berada di batas atas sasaran 3,0±1%. Penurunan inflasi terjadi di semua kelompok.

Demikian menurut  Perry Warjiyo usai memimpin Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 21-22 Juni 2023, Kamis (22/6/2023) siang.

Inflasi inti Mei 2023 tercatat 2,66% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 2,83% (yoy) sejalan dengan berakhirnya periode HBKN Idulfitri, menurunnya harga komoditas global, dan rendahnya ekspektasi inflasi.

Inflasi kelompok volatile food tercatat 3,28% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 3,74% (yoy).

Inflasi kelompok administered prices juga menurun dari 10,32% (yoy) menjadi 9,52% (yoy).

“Menurunnya inflasi ke dalam sasaran sebagai hasil positif dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara BI dan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam TPIP dan TPID melalui penguatan GNPIP di berbagai daerah. Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi tetap terkendali di dalam sasaran 3,0±1% pada sisa tahun 2023,” kata Perry.

Nilai Tukar Rupiah Terkendali

Pada bagian lain, Perry melaporkan, nilai tukar Rupiah terkendali sejalan dengan kebijakan stabilisasi yang ditempuh Bank Indonesia. Ketidakpastian pasar keuangan global menyebabkan nilai tukar Rupiah pada Juni 2023 (sampai dengan 21 Juni 2023) secara rerata sedikit melemah sebesar 0,56% dibandingkan dengan rerata kurs Mei 2023.

“Namun demikian, Rupiah secara point-to-point,  baik dibandingkan dengan akhir Mei 2023 maupun akhir tahun 2022, menguat masing-masing sebesar 0,30% dan 4,17%,” ungkapnya.

Dengan perkembangan tersebut, penguatan Rupiah dibandingkan dengan level akhir tahun 2022 lebih baik dari apresiasi Rupee India dan Peso Filipina masing-masing sebesar 0,85% dan 0,15% sedangkan Thai Baht mencatat depresiasi 0,70%.

Menurut Perry, ke depan, Bank Indonesia memprakirakan apresiasi nilai tukar Rupiah berlanjut ditopang oleh surplus transaksi berjalan dan aliran masuk modal asing seiring prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat, inflasi yang rendah, serta imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik.

Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah khususnya melalui triple intervention dan twist operation untuk mengendalikan inflasi barang impor (imported inflation) dan memitigasi risiko rambatan ketidakpastian pasar keuangan global.

“Operasi moneter valas terus diperkuat, termasuk optimalisasi TD Valas DHE serta penambahan frekuensi dan tenor lelang TD Valas jangka pendek,” janji Perry.

Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan

 

Tag: