Cerpen Karya: Efrinaldi
“Hoiii …,Sampu!” teriak Mak Lanuh dari tepian tempat mandi ketika Mak Sampu menuruni turunan menuju pemandian.
Mak Sampu tenang-tenang saja. Dia sepertinya tahu akan menjadi bahan olok-olok.
Mak Sampu sampai di pemandian. Dia menyangkutkan handuk di dinding pemandian. Meletakkan ember berisi sabun, sikat gigi dan pasta gigi di lantai pemandian.
“Ada apa Lanuh? Kok memanggil-manggil dari kejauhan?” tanya Mak Sampu acuh tak acuh.
“Pulas tidur semalam kayaknya, ya?”
“Oh, tentu lah!” jawab Mak Sampu.
“Oi, Rinda? Tahu nggak kamu hujan rinai semalam?” tanya Mak Lanuh pada Rinda.
“Tidak tahu,” jawab Rinda tidak tegas.
“Berarti pulas tidurmu semalam,” kata Mak Lanuh.
Begitulah pembicaraan ti tempat pemandian laki-laki.
*
Mak Sampu membuka pakaiannya. Dia memakai selembar kain katun kotak-kotak di pinggangnya dan membuka celananya. Dia pun pergi ke jamban di atas kolam dekat pemandian. Kemudian dia mandi memakai gayung. Byur, byuuur ….!
Setelah mandi Mak Sampu berwudhu. Dia pergi ke surau yang tak jauh dari pemandian. Dia menegakkan salat walau waktu subuh sudah mau habis.
Aku telah salat sebelumnya di surau. Setelah mencuci pakaian, aku pun kemudian mandi. Aku tidak pakai kain penutup bagian bawah tubuhku seperti kaum bapak-bapak. Anak-anak sebayaku dan yang lebih kecil biasa mandi telanjang. Aku telah cukup besar sebenarnya, telah akil balik. Aku telah kelas enam SD. Aku pergi ke kolam mata air yang hanya diperuntukan untuk mengambil air bersih. Aku mengisi ember dengan air untuk ibuku memasak di rumah.
*
Aku pulang. Menaiki pendakian. Di samping pendakian ada pohon bambu. Pemandian kaum perempuan berada di bawah pohon bambu. Dari balik ranting bambu, terdengar suara para gadis desa sedang mandi di pincuran. Perlahan detak jantung terasa semakin kencang, hingga gigitan semut merah di betis kaki tak terasa sekali.
“Oiii ….!” terdengar teriakan Mak Lanuh dari tepi jalan.
Aku terkejut bukan alang kepalang. Aku melihat muka Mak Lanuh tertawa geli ke arahku. Terasa panas mukaku karena malu. Aku lihat dia memalingkan wajahnya dan melanjutkan perjalanan.
Aku pun beringsut dari pohon bambu, pergi ke arah jalan. Setelah sampai di jalan, kulihat sekelilingku, tak seorang pun ada di sekitarku. Mak Lanuh telah berada di atas pendakian dan menghilang di belokan.
Aku pun berjalan menaiki pendakian yang agak terjal itu dengan terengah-engah. Matahari telah terbit dari arah depan. Aku tiba di rumah hampir jam setengah tujuh pagi.
Aku bergegas mengganti pakaianku untuk ke sekolah. Setelah makan, aku pun berangkat ke sekolah.@
Tag: Cerpen