Tidak Ingin Dipulangkan ke Sulsel, Eks PMI Lompat dari Kapal

Kepala BP3MI Nunukan Kombes PJ. Ginting. (Foto : Budi Anshori/Niaga.Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA-Tidak ingin dipulangkan ke daerah asalnya, Sulawesi Selatan, eks Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang dideportasi Pemerintah Malaysia ke Nunukan, Erlyn Bin Abdul (37) nekat melompat dari atas Kapal Motor (KM) Pantokrator yang rencananya berlayar dari Nunukan menuju Parepare, Sulawesi Selatan.

“Erlyn setelah melompat ke laut diselamatkan kapal nelayan dan diantar ke Nunukan,” kata Kepala Balai Pelayanan Perlindungan Pekerja Migran (BP3PMI) Nunukan Kombes PJ. Ginting pada Niaga.Asia, Selasa (02/01/2024).

Disebutkan, peristiwa melompat Erlyn terjadi di penghujung tahun 2023 saat KM Pantokrator baru berlayar sekitar 15 menit dari pelabuhan Tunon Taka Nunukan.

“Erlyn ini salah satu dari 108 PMI deportasi oleh Konjen RI Tawau, Sabah, Malaysia, yang dikirim ke Nunukan yang rencananya dipulangkan ke Sulsel bersama PMI lainnya,” ujarnya.

Peristiwa lompatnya Erlyn dari atas kapal sempat dilihat  nelayan yang kebetulan berada tidak jauh dari KM Pantokrator. Nelayan kemudian berusaha mengantar Erlyn ke Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan (KSKP), tapi Erlyn menolak.

Saat diminta keterangan oleh Polisi, Erlyn yang lebih banyak diam, mengaku tidak ingin dipulangkan ke daerah asalnya, karena tidak mengetahui lagi siapa keluarganya.

“Laki-laki ini agak sulit berbicara dan bahasa kurang fasih berbahasa Indonesia maupun bugis, mungkin dia menolak dipulangkan tapi tidak tahu cara menyampaikan keinginan itu ke petugas BP3MI,” kata Ginting.

Sebelum masuk daftar pemulangan eks PMI ke daerah asal, Erlyn sejak 27 Desember 2023 menempati rumah penampungan BP3MI. Erlyn dideportasi ke Nunukan atas kasus kriminal dan pelanggaran Keimigrasian di Malaysia.

Keinginan Erlyn untuk kembali ke Malaysia berkumpul dengan keluarganya, tidak dapat dikabulkan BP3MI, karena kantor Imigrasi menolak menerbitkan paspor dengan alasan pemohon dalam blacklist atau daftar hitam.

“Kalau balik ke Malaysia tidak mungkin, paling nanti kita carikan kerja di Nunukan, toh pulang ke Sulawesi juga tidak punya keluarga,” terangnya.

Erlyn sendiri terlihat seperti depresi, tapi tidak pernah bertingkah meresahkan ataupun merusak benda-benda di rumah penampungan. Meski demikiandia perlu mendapatkan layanan kejiwaan.

Menurut Ginting, untuk itu, BP3MI Nunukan dalam waktu dekat berencana mengkomunikasikan persoalan Erlyn dengan Dinas Sosial Nunukan dan Dinas Kesehatan Nunukan, guna mencari solusi dan penanganan terbaik.

“Nanti kita minta pemerintah daerah membantu penanganannya, kebetulan Dinas Sosial Nunukan punya tenaga medis psikologis dan rumah menumpung,” tuturnya.

Penulis :  Budi Anshori | Editor : Intoniswan

Tag: