Virus Corona: Seperti Apa Gejala Covid-19

Seorang penumpang di stasiun MRT Lebak Bulus sedang diperiksa dengan menggunakan pemindai panas, 4 Maret 2020. (Hak atas foto Aditya Irawan/Getty Image caption)

JAKARTA.NIAGA.ASIA-Dua orang lagi positif terkena virus corona di Indonesia, menjadikan jumlah total yang positif terinfeksi virus ini menjadi empat orang sampai hari Jumat (06/03), di tengah penyebaran secara global yang telah melanda lebih dari 90 negara dengan 92.000 kasus.

“Dua orang confirmed positif, yang disebut kasus nomor tiga dan nomor empat,” kata Achmad Yurianto, juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona, di Kompleks Istana Kepresidenan di Jakarta, Jumat (06/03) sore.

Dua orang ini positif terkena virus corona setelah Kementerian Kesehatan memeriksa mereka, yang diketahui melakukan kontak dengan kasus satu dan kasus dua, yang mengacu pada dua orang pertama yang terkena virus.

Pada Jumat siang, kondisi suhu badannya “kasus nomor tiga dan empat” masing-masing sekitar 37,6 celcius dan 37,7 celcius. “Hampir sama kondisinya,” ujar Yurianto. Mereka saat ini menjalani isolasi di RSPI Sulianti Saroso Jakarta.

Disebutkan keduanya masih ada keluhan batuk dan pilek, tetapi “tidak ada keluhan sesak napas,” kata Yurianto. “Sehingga kita berharap kondisi ini segera bisa kita intervensi agar dalam waktu dekat bisa menjadi baik,” tambahnya.

Sementara, Direktur RS Sulianti Saroso, Muhammas Syahril, mengatakan secara umum kondisi kedua orang itu dalam kondisi baik. “Dengan indikasi keduanya bisa berkomunikasi, mereka bisa video call kepada saudaranya,” ungkap Syahril.

“Demam juga tidak ada lagi. Sesak berkurang, tapi sedikit. Batuk berkurang banyak,” paparnya. Dua orang pertama yang terkena virus corona, dengan nama resmi Covid-19, adalah warga yang tinggal di Depok, Jawa Barat.

Hingga Jumat (06/03) kasus virus corona secara global telah mencapai lebih dari 92.000, dengan kematian lebih dari 3.000 orang. Sebagian besar kasus terjadi di Hubei, China, provinsi tempat wabah bermula.

Data yang dikumpulkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan laporan media menunjukkan tingkat kematian di China terus melambat.Di Korea Selatan terdapat 6.200 kasus, 42 meninggal; di Iran 3.500 kasus, 107 meninggal; dan Italia 3.800 kasus, 148 meninggal.

Indonesia melarang pendatang dari tiga negara ini untuk masuk atau transit, terhitung mulai Minggu (08/03).

Bagaimana gejala Covid-19

Di tengah penyebaran yang meluas ini, bagaimana kita tahu bahwa kita tertular virus ini?

Gejala Covid-19 mirip seperti gejala flu ataupun pilek. Pada mulanya, penderita merasa seperti demam dan kemudin diikuti dengan batuk kering. Setelah satu minggu, pasien akan mengalami tersengal-sengal.

Masa inkubasi – antara penularan dan menunjukkan gejala – adalah sekitar 14 hari, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Namun sejumlah peneliti mengatakan periode ini dapat memakan waktu 24 hari. Ilmuwan China mengatakan sejumlah orang mungkin tertular sebelum menunjukkan gejala.

Berdasarkan data dari 44.000 pasien yang terkena virus corona, menurut WHO:

81% mengalami gejala ringan

14% mengalami gejala parah

5% mengalami sakit parah

Antara 1% dan 2% meninggal karena penyakit ini

Pada akhir Januari lalu, pemerintah mengaktifkan 135 alat pemindai suhu tubuh atau thermo scanner di 135 pintu masuk Indonesia baik melalui darat, laut maupun udara. (Hak atas foto Antara Foto/Anindira Kintara Image caption)

Sampai awal Maret, Indonesia baru memeriksa lebih dari 150 sampel pasien yang diduga terkena Covid-19 yang bepergian ke negara yang terkena. Sementara Malaysia telah memeriksa lebih dari 2.200.

Pada minggu terakhir Januari lalu, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan pihaknya menetapkan siaga satu terhadap virus corona untuk mencegah penyebaran virus yang berasal dari China tersebut masuk ke Indonesia. Saat itu Terawan menjelaskan pemerintah mengaktifkan 135 alat pemindai suhu tubuh atau thermo scanner di 135 pintu masuk Indonesia baik melalui darat, laut maupun udara.

Kemenkes, kata Terawan, juga telah mengaktifkan 100 rumah sakit rujukan Flu Burung bagi masyarakat yang terduga atau terinfeksi virus corona jenis baru, yang juga dikenal dengan nama 2019-nCoV, bisa menular dari manusia ke manusia.

Di saat virus corona mulai merebak cepat pada minggu terakhir Januari lalu, kami menurunkan berbagai pertanyaan di seputar wabah, termasuk penyebaran dan apakah yang terkena dapat disembuhkan.

Apakah virus corona dan bagaimana penyebarannya?

Ilustrasi virus corona. (Hak atas foto Science Photo Library Image caption)

Dokter spesialis paru dari Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Diah Handayani menjelaskan bahwa 2019-nCoV adalah virus yang menyerang sistem pernafasan manusia.  Bedanya dengan virus lain, ujar Diah, virus corona ini memiliki virulensi atau kemampuan yang tinggi untuk menyebabkan penyakit yang fatal.

Menurut Diah, virus ini berbahaya jika telah masuk dan merusak fungsi paru-paru, atau dikenal dengan sebutan Pneumonia, yaitu infeksi atau peradangan akut di jaringan paru yang disebabkan oleh virus dan berbagai mikroorganisme lain, seperti bakteri, parasit, jamur, dan lainnya.

“Pertukaran oksigen tidak bisa terjadi sehingga orang mengalami kegagalan pernafasan. Itulah mengapa virus ini berat karena bukan lagi hanya menyebabkan flu atau influensa tapi dia menyebabkan Pneumonia,” kata Diah saat dihubungi BBC Indonesia.

Diah melanjutkan proses penyebaran virus ini melalui udara yang terinhalasi atau terhirup lewat hidung dan mulut sehingga masuk dalam saluran pernafasan. Virus ini masuk melalui saluran nafas atas, lalu ke tenggorokan hingga paru-paru.

“Sebenarnya belum 100 persen. Tapi dilihat dari sekian ratus kasus yang dipelajari, dan sifat dasar virus, maka inkubasi virus ini dua sampai 14 hari. Itu mengapa kita mewaspadai periode dua minggu itu,” kata Diah.

Gejala virus corona: Batuk, flu, demam hingga sesak nafas

Dokter yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Paru Indonesia itu menjelaskan virus corona 2019-nCoV memiliki gejala yang sama dengan infeksi virus pernafasan lainnya. Diah mengatakan gejala ringan yaitu flu disertai batuk. Kemudian, jika memberat, akan menyebabkan demam dan infeksi radang tenggorokan.

Para pasien virus corona dirawat di Rumah Sakit Jinyintan. (Hak atas foto EPA Image caption)

Kemudian jika masuk ke saluran nafas, kata Diah akan menyebabkan bronkitis. “Yang berat ketika semakin jauh infeksi ke saluran nafas bawah, itu Pneumonia lengkap. Selain itu, bisa juga disertai gejala infeksi virus ke organ lain, yaitu diare,” katanya.

Apakah virus corona bisa disembuhkan?

Petugas rumah sakit menunjukkan ruangan isolasi khusus untuk pasien yang menderita penyakit pneumonia berat akibat terjangkit virus novel corona di RSUP dr Kariadi, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (24/01). (Hak atas foto ANTARA FOTO/AJI STYAWAN Image caption)

Dokter yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Paru Indonesia itu menegaskan bahwa semua virus corona, termasuk virus corona 2019-nCoV belum ada obatnya.  Diah menambahkan, walaupun virus ini memiliki risiko kematian, namun angkanya masih rendah dibandingkan orang yang terjangkit dan kemudian sembuh.

“Tapi bisa (disembuhkan), terbukti yang sakit sudah ribuan tapi yang meninggal kan sedikit. Jadi dia tetap sebuah virus yang bisa disembuhkan,” katanya. Jadi, kata Diah, proses pengobatan yang dilakukan adalah terapi pendukung dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh.

“Boleh obat flu biasa kalau masih ringan, kalau demam diberi obat anti demam,” katanya.

Diah menegaskan, beberapa korban meninggal umumnya tidak hanya semata disebabkan oleh 2019-nCoV, namun juga dipengaruhi faktor kerentanan seperti usia yang sudah tua sehingga daya tahan tubuh lemah dan juga penyakin lain yang sudah ada.

Bagaimana penanganannya jika terkena virus corona?

Diah menjelaskan prosedur yang dilakukan terhadap pasien terduga mengidap virus corona adalah dengan menempatkannya dalam ruang isolasi. Tujuannya, katanya, agar penularan ke orang lain dapat dicegah.

Jika terduga masih menunjukan gejala awal, kata Diah, maka pasien akan mendapatkan obat demam, batuk dan flu, disertai dukungan makanan yang sehat agar meningkatkan daya tahan tubuh dalam melawan virus tersebut.

Jika, gejalanya hilang dan hasil telah negatif, ujar Diah, pasien kemudian akan dipulangkan. Pemeriksaan pembuktian pun kata Diah dapat dilakukan dengan cepat. “Tapi kalau pasien sudah pneumonia, dan biasanya demam tinggi maka diinfus karena butuh cairan banyak, dan diberikan obat lainnya tergantung derajatnya,” kata Diah.

“Kemudian, kalau benar-benar sembuh, batuk dan semua gejala hilang, kita pantau, terus kita pulangkan. Tidak perlu khawatir (menular) karena berarti badannya telah sukses melawan virus dengan sendirinya. Jadi tidak menular lagi,” ujar Diah.

Cara mencegah: jalani pola hidup sehat dan etika batuk

Diah menjelaskan terdapat beberapa cara untuk mencegah tertular virus corona ini. Pertama adalah dengan menjalani pola hidup yang sehat dengan cara memberikan asupan makan yang sehat dan sempurna.

Lalu, katanya, istirahat cukup dan mengimbau perokok untuk berhenti merokok. “Berada di cuaca sekarang ini (hujan), kita tidak perlu terlalu lama di keramaian,” katanya. Kemudian, kata Diah adalah selalu cuci tangan usai ke tempat umum atau menyentuh alat-alat publik karena berpotensi mengandung virus yang disentuh oleh pengidap virus corona.

Tidak lupa juga, kata Diah, untuk menggunakan masker saat di ruang publik. “Lalu bagi yang sakit flu dan batuk, tanamkan etika batuk. Jadi ketika batuk ditutup dengan tisu. Lalu jangan meludah sembarangan, buang dahak sembarangan, juga hindari kerumunan dan lekas periksa ke dokter. Itu tips kita.” katanya.

Apakah Indonesia memiliki fasilitas memadai?

Diah mengatakan Indonesia memiliki kemampuan dari kapasitas pencegahan dan pengendalian, hingga diagnosis virus dan terapi penanganan. “Ada tiga RS, yaitu RS Persahabatan, Sulianti Saroso dan RSPAD. Semua memiliki kemampuan bahkan saat pasien mengalami kondisi pneumonia, ada alat-alat. Jadi kapasitas pelayanan kesehatan kita siap,” katanya.

Katanya, fasilitas kesehatan telah memadai untuk melakukan terapi pendukung bagi korban terinfeksi virus corona. “Dari pintu masuk penyaringan dengan thermo scanner, lalu evakuasi jika terindikasi dan isolasi. Jadi fasilitas kesehatan di Indonesia mampu,” ujarnya.

Sosialisasi tentang virus corona belum memadai

Beberapa warga di Jakarta dan Bali yang dihubungi BBC mengungkapkan belum mendapatkan sosialisasi resmi dan memadai dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengenai langkah pencegahan dan penanganan jika terjangkit virus corona. Jakarta dan Bali adalah dua kota besar yang mayoritas dikunjungi oleh warga negara China baik untuk berwisata ataupun berbisnis.

Seorang warga Jakarta yang bernama Fuad mengatakan mengetahui virus corona dari media massa. Ia mengungkapkan belum mendengar sosialisasi dari pemerintah mengenai langkah pencegahan dan penanganan jika terjangkit virus corona.

“Jadi sementara waktu, saya dan keluarga akan menghindari tempat umum dan keramaian seperti mall karena hingga kita belum ada info pasti tentang langkah pencegahan supaya tidak terkena dan jika sudah terpapar,” kata Fuad saat dihubungi BBC Indonesia, Jumat (24/01).

Senada dengan itu, beberapa warga Bali seperti Kadek dan Wayan Martadana mengungkapkan belum mendapatkan sosialisasi resmi dari pemerintah. “Belum (ada info dari pemerintah), tidak tahu yang lainnya. Saya tahu hanya dari berita,” kata Kadek.

Walaupun demikian, mereka tidak merasakan kekhwatiran seperti yang dirasakan Fuad.

Wayan menjelaskan saat ini situasi di Bali tetap berjalan normal, walaupun ada penurunan penyewaan mobil yang dilakukan oleh turis China di Bali. “Belum Pak (ada sosialisasi). tidak sama sekali (khawatir),” kata Wayan.

Total korban: 26 meninggal di China

China telah memperluas karantina kota di provinsi Hubei – asal penyebaran virus corona – setelah jumlah korban jiwa mencapai 26 orang. Setidaknya 10 kota di provinsi Hubei, yang dihuni 60 juta orang, telah menerapkan pembatasan perjalanan bagi warganya. Di tingkat nasional, ada 830 kasus pasien terinfeksi virus corona yang telah dikonfirmasi.

Karantina kota diberlakukan menjelang imlek, yang merupakan salah satu perayaan terpenting di kalender China. Jutaan orang umumnya mudik ke kampung halaman – tapi banyak dari mereka di provinsi Hubei yang tidak akan merayakan.

Pembatasan perjalanan yang diterapkan berbeda-beda di tiap kota – meski banyak kota yang sudah menghentikan layanan transportasi publik. Di Wuhan, ibu kota Hubei – dan tempat di mana virus pertama muncul – semua bus, kereta bawah tanah, dan kapal feri, sudah dihentikan dan semua pesawat dan kereta dari Wuhan telah dibatalkan. Warga diimbau untuk tidak meninggalkan kota dan beberapa jalanan telah ditutup.

(Laporan Raja Eben Lumbanrau BBC News Indonesia)

Tag: