Wajib Tahu! Ini Loh yang Usulkan Kuota BBM Subsidi Tiap Tahun Biar Paham

Petugas sedang melakukan pengisian BBM di SPBU (HO-Pertamina Patra Niaga)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Antrean bahan bakar minyak (BBM) subsidi Pertalite terjadi di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) tidak hanya di Samarinda, melainkan juga kabupaten/kota sekitar. Mencuat penilaian masyarakat Pertamina mengurangi kuota BBM subsidi. Pertamina pun angkat bicara.

Dalam catatan niaga.asia sepekan ini, terjadi dua insiden mobil pengetap atau penimbun BBM terbakar. Pada Minggu 3 Desember 2023, terjadi di Samarinda. Lalu hari ini, mobil –yang didalamnya terdapat jeriken isi 20 liter Pertalite— pengantre Pertalite terbakar di depan SPBU di Marangkayu, Kutai Kartanegara.

Tidak sedikit masyarakat dibikin kesal karena mereka harus antre panjang mendapatkan Pertalite di SPBU. Belum lagi ulah pengetap BBM yang ikut antre. Bahkan mencuat penilaian warga, Pertamina mengurangi kuota BBM subsidi di SPBU. Lalu pertanyaannya, apa benar kuota BBM subsidi yang notabene terbatas, di SPBU dikurangi?

niaga.asia mengkonfirmasi itu kepada Arya Yusa Dwicandra, Area Manager Communications, Relations dan CSR Pertamina Patra Niaga Kalimantan. Dia menjelaskan tentang kuota BBM subsidi, yang ternyata diusulkan tiap tahun oleh pemerintah daerah (Pemda).

“Kuota BBM subsidi diusulkan Pemda, yang telah didiskusikan dan dikoordinasikan dengan Pertamina setempat, kepada pemerintah pusat,” kata Arya kepada niaga.asia dalam pernyataannya, Rabu 6 Desember 2023.

Baca jugaPeringatan Kombes Ary Fadli: Setop Jualan Pertamini di Samarinda

Arya bilang usulan itu nantinya dirapatkan di jajaran lintas sektoral di pemerintah pusat, oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Keuangan, dan lainnya, bersama DPR RI.

“Dan ditentukan sesuai APBN yang ditetapkan, sehingga muncul angka kuota. Angka kuota yang telah disetujui, didistribusikan oleh BPH (Badan Pengatur Hilir) Migas kepada Pertamina, untuk disalurkan sesuai angka ketetapan (kuota) tersebut,” ujar Arya Yusa Dwicandra.

Arya menerangkan, untuk kuota BBM subsidi di Kalimantan Timur, masih tersedia hingga akhir tahun sampai 31 Desember.

Distribusi BBM di SPBU. Pertamina mengontrol distribusi BBM subsidi agar kuota mencukupi hingga akhir tahun (Foto : HO/Pertamina)

“Kuota untuk solar dan Pertalite hingga akhir November kemarin masih di angka rata-rata 90%. Artinya masih ada rata-rata 10% sisa kuota hingga akhir tahun,” Arya Yusa Dwicandra menambahkan.

Arya juga merespons penilaian masyarakat, yang menyebut Pertamina mengurangi kuota BBM subsidi. Penilaian itu bukan tanpa alasan, karena SPBU seringkali kehabisan Pertalite. Imbasnya, SPBU yang masih menyediakan Pertalite jadi sasaran warga untuk antre panjang.

“Sebenarnya, BBM subsidi tidak pernah ditambah ataupun dikurangi, karena memang sudah ada ketetapan kuota. Yang dilakukan Pertamina adalah mengatur distribusi di lapangan, agar tidak kurang atau melebihi kuota yang ditetapkan,” sebut Arya Yusa Dwicandra.

“Itu mengapa ada kalanya saat permintaan meningkat, Pertamina tidak langsung mendistribusikan sesuai permintaan karena harus dilihat dari kuota yang ada. Sebab dikhawatirkan, jika didistribusikan sesuai permintaan akan melebihi kuota yang ditetapkan,” dia menambahkan.

Baca jugaLagi Antre Depan SPBU, Mobil Diduga Pengetap Terbakar di Marangkayu

Untuk diketahui, harga BBM non subsidi Pertamax yang berlaku 1-30 November 2023 Rp 14 ribu per liter, sementara Pertalite tetap Rp 10.000 per liter, memiliki disparitas (perbedaan harga) hingga Rp 4.000. Pun demikian harga baru Pertamax hanya turun Rp 50, di mana kini harganya menjadi Rp 13.950 per liter yang berlaku sejak 1 Desember 2023.

Arya tidak menampik, disparitas itu mengakibatkan konsumen Pertamax, sebagian justru beralih mengkonsumsi BBM subsidi Pertalite, sehingga mencatatkan peningkatan konsumsi Pertalite.

“BBM jenis Pertalite ada penambahan (konsumsi) sekitar 5-10%. Selain peralihan konsumen non subsidi ke subsidi, juga adanya praktik pengetapan yang saat ini menggunakan kendaraan pribadi. Ketika pertamax di harga Rp 12.000, praktik ini berkurang karena konsumen Pertamax masih cukup tinggi dan pengetap juga akhirnya membeli BBM jenis Pertamax untuk dijual kembali,” ungkap Arya Yusa Dwicandra.

“Namun ketika disparitas harga cukup jauh, pengetap membeli produk Pertalite yang harganya berbeda Rp 3.950 dari Pertamax dan mengakibatkan antrean lebih panjang dari sebelumnya,” sebutnya lagi.

Petugas unit INAFIS satuan reserse kriminal Polresta Samarinda mengamankan jeriken dari dalam mobil Honda Jazz yang terbakar di area SPBU Jalan AW Syachranie, Sabtu 15 Oktober 2022 (niaga.asia/Saud Rosadi)

Selain itu, tingginya konsumsi BBM Pertalite di Kalimantan Timur, juga tidak menutup kemungkinan juga disebabkan kendaraan luar yang masuk ke Kalimantan Timur, dan ikut mengisi BBM subsidi Pertalite, dan berimbas pada kuota BBM subsidi Kalimantan Timur. Apalagi, saat ini sedang berlangsung pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur, dan memungkinkan menjadi daya tarik untuk berpindah ke Kalimantan Timur, dengan turut membawa kendaraan pribadi.

“Untuk hal ini (kendaraan luar banyak konsumsi BBM Pertalite) kami tidak memiliki data yang cukup karena tidak memonitor pergerakan kendaraan dalam atau luar kota. Tapi dipastikan, jika ada dinamika mobilisasi penduduk yang tinggi, maka akan berdampak pada konsumsi (BBM),” jelas Arya Yusa Dwicandra.

“Memang benar jika konsumen Pertalite terus bertambah, akan lebih cepat menghabiskan kuota. Namun tentunya kami akan terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan Aparat penegak hukum, untuk mengatur kuota agar cukup hingga akhir tahun,” demikian Arya Yusa Dwicandra.

Penulis : Saud Rosadi | Editor : Saud Rosadi

Tag: