12 Provinsi jadi Fokus Pemerintah Turunkan Angka Stunting

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjawab pertanyaan wartawan, di Komplek Istana Kepresidenan Jakarta, Senin 3 Oktober 2022 (Humas Sekretariat Kabinet/Agung)

SEMARANG.NIAGA.ASIA — Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin melakukan kunjungan singkat ke beberapa titik di wilayah Kabupaten Kudus, Jawa Tengah pada Jumat untuk memantau langsung penanganan stunting di daerah.

Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, Indonesia harus melakukan akselerasi penanganan stunting menjadi 14% pada akhir tahun 2024.

Sebagai tindak lanjut, telah ditetapkan 12 provinsi yang perlu difokuskan untuk percepatan penurunan stunting yang terdiri dari tujuh provinsi yang memiliki prevalensi stunting tertinggi di antaranya yaitu Nusa Tenggara Timur (NTT), Sumatera Barat, Aceh, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara. Serta lima provinsi dengan jumlah kasus terbesar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara dan Banten.

Dalam kunjungannya ke Posyandu di kantor Desa Glagahwaru, Budi Gunadi melihat langsung pelayanan kesehatan sekaligus berdialog dengan para kader mengenai penanganan stunting di daerah setempat.

Kemudian dilakukan pula kunjungan rumah (home visit) kepada dua anak penderita stunting yang berdomisili di sekitar lokasi untuk melihat langsung kondisi balita tersebut. Budi Gunadi juga berbincang dengan pihak keluarga, serta memberikan paket bantuan untuk pemenuhan gizi sang anak.

Titik kunjungan berikutnya berada di Puskesmas Undaan, di mana selain meninjau proses dan progres penanganan stunting, Budi Gunadi juga melihat sarana alat-alat di laboratorium untuk screening penanganan penyakit lainnya seperti diabetes dan TBC.

Kemudian di titik kunjungan terakhir RSUD dr. Loekmono Hadi, di mana Budi Gunadi melihat rencana pengembangan rumah sakit serta berdiskusi mengenai alur penanganan dan pembiayaan anak-anak stunting yang dirujuk dari Puskesmas ke RS.

Stunting hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Upaya penanggulangan terus dilakukan untuk mencapai target 14% pada akhir tahun 2024. Secara nasional prevalensi stunting mengalami penurunan, dari 27.67% (Survei Status Gizi Balita Indonesia, 2019) menjadi 24,4% di tahun 2021 (SSGI, 2021).

Dibutuhkan intervensi spesifik untuk penanganan stunting. Mulai dari intervensi yang dilakukan sebelum bayi lahir, melalui remaja putri mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD), ibu hamil mengkonsumsi tablet TTD selama kehamilan, ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) mendapat tambahan asupan gizi,

Intervensi juga dilakukan setelah bayi lahir, melalui bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif, anak usia 6-23 bulan mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), balita dipantau pertumbuhan dan perkembangannya, balita gizi kurang mendapat tambahan asupan gizi, balita gizi buruk mendapat pelayanan tata laksana gizi buruk, balita memperoleh imunisasi dasar lengkap.

Masih dikutip niaga.asia dari laman resmi Kementerian Kesehatan, stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.

Sumber : Kementerian Kesehatan | Editor : Saud Rosadi

Tag: