Australia Mencatat Suhu Tertinggi dalam 62 Tahun

Kereta unta membawa turis dalam safari matahari terbenam di sepanjang Cable Beach yang terletak di dekat kota Broome, Australia barat laut 17 Mei 2013. (REUTERS/Julius Hunter)

SYDNEY.NIAGA.ASIA – Pihak berwenang Australia memperingatkan orang-orang untuk tinggal di dalam rumah pada hari Jumat ketika gelombang panas yang parah di sepanjang pantai barat laut mendorong suhu mencapai 50,7 derajat Celcius (123 derajat Fahrenheit). Capaian suhu itu tertinggi dalam 62 tahun terakhir.

Dikutip dari Reuters, ilmuwan dan aktivis iklim mengingatkan bahwa pemanasan global akibat emisi gas rumah kaca yang didorong aktivitas manusia, terutama dari bahan bakar fosil, hampir tidak terkendali.

Tahun-tahun terpanas di bumi ini dalam catatan, semuanya terjadi dalam dekade terakhir, dengan 2021 menjadi tahun terpanas keenam, demikian data dari Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS menunjukkannya minggu ini.

Sebuah wilayah pertambangan bijih besi di barat laut, Pilbara Australia, di mana suhu mencapai rekor tertinggi pada hari Kamis, dikenal karena kondisinya yang panas dan kering, dengan suhu biasanya berkisar di atas tiga puluhan derajat sepanjang tahun ini.

Australia adalah salah satu penghasil emisi karbon per kapita terbesar di dunia. Namun demikian pemerintah menolak untuk mundur dari ketergantungannya pada batu bara dan industri bahan bakar fosil lainnya, dengan mengatakan bahwa hal itu akan merugikan pekerjaan.

Para ilmuwan telah menemukan bahwa kenaikan suhu dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat dan produktivitas tenaga kerja di luar ruangan, yang mengakibatkan kerugian ekonomi miliaran dolar.

Australia kehilangan rata-rata A$10,3 miliar ($7,48 miliar) dan 218 jam produktif setiap tahun dalam dua dekade terakhir karena suhu udara panas, menurut sebuah studi global yang diterbitkan minggu ini oleh para peneliti di Duke University.

Kerugian ini akan semakin dialami dalam beberapa dekade mendatang ketika dunia menuju pemanasan global 1,5 derajat di atas masa pra-industri. Kata peneliti memperingatkan.

“Hasil ini menyiratkan bahwa kita tidak perlu menunggu 1,5°C pemanasan global untuk mengalami dampak perubahan iklim pada tenaga kerja dan ekonomi …Pemanasan masa depan tambahan memperbesar dampak ini,” kata penulis utama Luke Parsons.

**nilai tukar ($ 1 = 1,3763 dolar Australia)

Sumber : Reuters | Editor : Saud Rosadi

 

Tag: