Bakti Sosial IDI, 738 Orang di Muara Bengkal Dapat Penanganan Medis

aa

Proses operasi katarak oleh tim baksos IDI Kutim. (foto : IDI Kutai Timur)

MUARA BENGKAL.NIAGA.ASIA – Program Pengabdian masyarakat yang dikemas dalam kegiatan Bakti Sosial Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Kutai Timur (Kutim), kini menyasar wilayah pedalaman Kutim, diantaranya Kecamatan Muara Bengkal.

Bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kutim, kegiatan itu dilaksanakan dua hari sejak 6-7 April 2019, terpusat di Puskesmas Muara Bengkal dan melibatkan 7 dokter spesialis serta dokter umum, hingga tenaga kesehatan Puskesmas setempat.

Kegiatan ini pun mendapat apresiasi semua pihak, terlihat dari antusiasme masyarakat sekitar. Maklum saja, kecamatan yang letaknya jauh dari ibu kota kabupaten tersebut, selama ini masih belum tersentuh layanan dokter spesialis. Kegiatan IDI kali ini bisa dibilang sukses, jika melihat jumlah pasien yang ditangani mencapai 738 orang. Baik itu pelayanan rawat jalan maupun tanpa tindakan.

Masyarakat pun menyampaikan terimakasih tak terhingga kepada IDI Kutim dan jajaran Pemkab Kutim melalui Dinkes. Termasuk Wakil Ketua DPRD Kutim Hj Encek UR Firgasih, yang turut memberi dukungan dana untuk kesuksesan kegiatan Baksos dimaksud.

Ketua IDI Kutim dr Agung Wiratmoko, SpOG mengatakan Baksos di Muara Bengkal kali ini merupakan kali kedua yang dilaksanakan oleh IDI Kutim, sebagai pelayanan spesialistik di pedalaman. Setelah kegiatan serupa di Wahau pada Agustus 2018 lalu.

“Dalam kegiatan Baksos ini melibatkan dr Spesialis Obgyn, Spesialis Penyakit Dalam, THT, Bedah, Paru, Spesialis Patologi Klinik, Spesialis Kulit Kelamin, masing-masing 1 orang. Dokter umum 4 orang, analis laboratorium 1 orang dan perawat asisten dokter bedah 3 orang serta panitia dari dinkes 4 orang ditambah staf puskesmas Muara Bengkal,” sebut Agung.

Dokter Agung berharap, kedepan IDI Kutim setiap tahun bisa mendapat anggaran rutin dari pemerintah daerah. Sehingga bisa melakukan Baksos kesemua wilayah terpencil yang belum terjangkau pelayanan dokter spesialis.

“Kalau bisa diberikan kendaraan operasional mobil 4×4 (double gardan), mengingat medan yang berat untuk menjangkau wilayah terpencil,” harapnya. (hms10)