Bank Indonesia Kaltim Bimbing UMK Ciptakan Produk Pariwisata Unggulan Pulau Maratua

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kalimantan Timur, Tutuk SH Cahyono sebelum pindah tugas menjadi Kepala Perwakilan BI  Beijing, Tiongkok memaparkan kepada wartawan program sosial BI di sektor pariwisata bagi masyarakat Pulau Maratua, Berau. (Foto Intoniswan/Niaga.Asia)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA-Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) melalui program sosialnya, sudah dua tahun aktif memberikan bimbingan kepada pelaku usaha mikro dan kecil (UMK) di Pulau Maratua, Kecamatan Maratua, Kabupaten Berau, agar mampu menciptakan produk pariwisata unggulan.

Dalam mengembangkan potensi UMK di Maratua, tidak tangung-tanggung. Kepala Perwakilan BI Kaltim, Tutuk SH Cahyono menggandeng Pusat Perencanaan Pengembangan Kepariwisataan Institut Teknologi Bandung (P-P2PAR ITB). Khusus untuk di Maratua, dikoordinir oleh Yani Andriani, Koordinator Bidang Operasional dan SDM P2PAR ITB.

“Program sosial BI di Maratua sudah dimulai sejak 2 tahun lalu,” kata Tutuk di hadapan peserta acara Capacity Building dan Temu Wartawan Ekonomi dan Bisnis Kaltim Tahun 2021 di Pratasaba Resort Maratua, Berau yang berlangsung selama tiga hari, mulai hari Jumat (5/11/2021) hingga hari Minggu (7/11/2021).

Dalam kegiatan yang substansinya memaparkan potensi pariwisata Maratua dan kesiapan menerima wisatawan paska pandemi COVID-19, BI membawa sekitar 40 wartawan melihat apa-apa yang sudah dikerjakan untuk pelaku UMK bersama Yani, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Berau, H Masrani dan Kepala Dinas Pariwisata Kaltim, Sri Wahyuni.

Wardaniati pemilik homestay di Desa Teluk Alulu, Binaan BI Perwakilan Kaltim. (Foto Intoniswan/Niaga.Asia)

“Kita ingin kapasitas pelaku UMK di Maratua berstandar internasional. Kapasitas usahanya boleh kecil, tapi berkualitas, agar nilai ekonomi yang didapat dari sektor pariwisata, tinggi. Potensi pariwisata bahari Maratua sangat luar biasa, ” ujar Tutuk.

Untuk mendapatkan program sosial yang tepat bagi pelaku UMK di Maratua, kata Tutuk, BI menggandeng Pusat Perencanaan Pengembangan Kepariwisataan Institut Teknologi Bandung (P-P2PAR ITB).

“Di lapangan, ditangani langsung oleh Ibu Yani (Koordinator Bidang Operasional dan SDM P2PAR ITB). Program sosial disebar di 4 desa di Maratua, yakni Desa Teluk Harapan, Bohe Silian, Payung-Payung, dan Teluk Alulu,” ujarnya.

Tujuan program sosial BI bagi pelaku UMK adalah memberikan pengetahuan, wawasan, dan motivasi, sekaligus menggagi dan mengembangkan potensi produk lokal yang khas dalam rangka menciptakan produk pariwisata unggulan Pulau Maratua.

Ada 7 program sosial yang dilaksanakan, yakni meningkatkan sadar wisata dan sadar lingkungan di masyarakat Maratua, mengembangkan kelembagaan pariwisata berbasis masyarakat, berkembangnya produk pariwisata berbasis masyarakat, berupa kriya, kuliner, wisata alam dan budaya.

Homestay Wardaniati. (Foto Intoniswan/Niaga.Asia)

Kemudian, tersedianya informasi pariwisata yang interpretatif berupa media dan pemandu wisata. Tersedianya homestay tematik berstandar nasional dan internasional, berkembangnya UMK dan menengah di bidang industri kreatif (kriya dan kuliner), dan terakhir tersedianya jaringan dan pengelolaan pemasaran berbasis digital oleh masyarakat.

“Program sosial BI di Maratua berupa memberika 6 paket pelatihan dan 11 pendampingan pada 7 program yang sudah ditetapkan, akan berlangsung 3 tahun, atau masih tersisa 1 tahun lagi,” kata Tutuk.

Sementara Yani Andriani, Koordinator Bidang Operasional dan SDM P2PAR ITB mengatakan, target bedar yang sudah ditetapkan BI dalam program sosialnya di Maratua, pada tahun ke-2 adalah terbentuknya 2 desa wisata memperoleh Penghargaan Pariwisata Berkelanjutan Indonesia Indonesia  atau Sustainable Tourism Award (ISTA), 2 kelompok sadar wisata mendapat Penghargaan Apresiasi Kelompok Sadar Wisata Nasional (AKSWN).

“Pada tahun ke-3 ditargetkan ada  5 homestay berstandar Asean, 2 desa wisata baru memperoleh sertifikat ISTA, dan 1 desa masuk Top100 STD (Sustanaible Tourism Development), dan 2 Pokdarwis mendapat AKSWN,” kata Yani.

Wartawan menikmati program sosial BI di bidang kuliner di Desa Teluk Alulu berupa bakso ikan, kue siti, semprong, kue greget, minyak kelapa, dan kacang telur gurih. (Foto Intoniswan/Niaga.Asia)

Diterangkan, pelatihan dan pendampingan yang diberikan ke masyarakat, kegiatannya meliputi diskusi tentang pengembangan branding pariwisata, pengembangan kemasan kuliner dan kerajinan, standar hygiene, sanitasi, keamanan pangan, dan perizinan produk kuliner.

“Pelatihan dan pendampingan penerapan standar homestay ASEAN pada homestay tematik, promosi digital, dan pengelolaan Pokdarwis,” kata Yani.

Prduk akhir dari program sosial BI di Maratua, lanjut Yani, pada akhir tahun ketiga atau 2022, tiap desa terbentuk terbentuk Pokdarwis lengkap dengan perangkat dan rencana kerja, program sadar wisata dan lingkungan rutin dilaksanakan setia bulan.

Tiap desa memiliki 2-3 daya tarik wisata unggulan yang siap dijual ke wisatawan, misalnya ekowisata bahari, sejarah/buadaya, dan agrowisata, 1 paket panduan interpretasi untuk pemandu wisata, 4 papan interpretasi, dan 20 orang pemandu wisata yang berasal dari masyarakat Maratua. Selanjutnya didapat 20 homestay tematik di 4 desa dan 1 pedoman pengelolaan homestay tematik.

Pokdarwis binaan BI di Desa Bohe Silian kembangkan kuliner abon ikan pogo, amplang, sarang semut, bakso bengellus dan kripik pisang. (Foto Intoniswan/Niaga.Asia)

Kemudian, pada tahun akhir program sosial BI ini, di masing-masing desa ada 2-3 produk kuliner khas dan 1 usaha kuliner, 2-3 produk kerajinan khas dan 1 usaha kerajinan, 3 paket wisata dan 1 usaha perjalanan wisata.

Masyarakat pelaku usaha pariwisata di Maratua juga ditergetkan memiliki 1 situs web, 2 media sosial, 1 aplikasi digital sederhana, 4-5 saluran pemasaran digital yang dimanfaatkan

“Tahun lalu, dari program sosial BI ini sudah dicetak 4 pemandu selam rescue diver dan 3 pemandu selam dive master,” ungkap Yani.

Penulis : Intoniswan  

Tag: