Bendungan Benanga, Dulu dan Kini

Bendungan Benanga yang dahulu bernama Waduk Benanga. Dari luasan sekira 200 hektare, kini menyusut hanya tersisa sekitar 100 hektare. (Foto : Niaga Asia)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Bendungan Benanga di Lempake, Samarinda Utara, tidak jarang bikin was-was warga yang bermukim di Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus. Tingginya debit air di bendungan, yang melimpah mengalir ke DAS Karang Mumus, berimbas merendam rumah warga yang tinggal di sekitaran DAS.

Masih teringat jelas, banjir besar medio bulan Juni 2019 lalu, yang merendam sejumlah kelurahan, yang tersebar di 3 kecamatan. Seperti kecamatan Samarinda Utara, Sungai Pinang dan Samarinda Ulu.

Saat itu, tercatat 56 ribu jiwa jadi korban banjir selama 2 pekan, dengan ketinggian air hingga lebih 1 meter. Pemkot Samarinda pun akhirnya menetapkan status tanggap darurat bencana selama 2 pekan. Lantaran banjir, melumpuhkan aktivitas warga dan kawasan bisnis.

Pantauan Niaga Asia, lima hari ini, banjir kembali merendam permukiman warga di Bengkuring, kelurahan Sempaja Timur. Penyebabnya masih sama, luapan Sungai Karang Mumus, setelah debit tinggi muka air (TMA) Bendungan Benanga sempat menyentuh angka 73 cm, dan berada di level waspada, setelah diguyur hujan deras setiap dini hari, 19-21 Desember 2019 lalu.

Penurunan air yang sangat lambat, membuang ke muara di Sungai Mahakam, menyebabkan air bertahan berhari-hari. Bahkan banjir, juga mulai merendam sebagia permukiman di kelurahan Gunung Lingai di Perum Griya Mukti Sejahtera, serta kelurahan Temindung Permai di Jalan DI Panjaitan.

Bendungan Benanga di bawah pengelolaan BWS Kalimantan III. (Foto : Niaga Asia)

Data diperoleh dari relawan yang tergabung dalam Info Taruna Samarinda (ITS), hingga Rabu (25/12) sore kemarin, tercatat 652 rumah warga di Bengkuring yang tersebar di 12 RT, terendam banjir. Tentu, angka itu belum termasuk rumah warga, yang ada di Perumahan Griya Mukti Sejahtera.

Dalam catatan, dari beberapa kejadian sebelumnya, rute luapan SKM akibat tingginya debit Bendungan Benanga, biasa merendam permukiman di Bengkuring, Griya Mukti di Gunung Lingai, permukiman Temindung Permai di Jalan DI Panjaitan, serta permukiman Jalan Pemuda. Bahkan, SKM di sekitaran Jalan Dr Soetomo, ikut meluap.

Belum lama ini, Niaga Asia berkesempatan berbincang bersama Sumadi (58), warga yang bermukim di sekitar Bendungan Benanga, di Lempake. Dia terus mengamati, perkembangan Bendungan Benanga dulu dan kini.

“Saya tinggal di Benanga ini, dari tahun 1972,” kata Sumadi, mengawali perbincangan bersama Niaga Asia.

Menurut dia, dahulu Bendungan Benanga bernama Waduk Benanga. Luasannya cukup mumpuni, sampai 200 hektare, dan sampai di kawasan Pampang.

“Tapi sekarang, luasan tidak sampai 100 hektare. Karena selain dangkal, juga banyak ditumbuhi tanaman liar seperti gulma,” ujar Sumadi.

Kejadian jebolnya tanggul waduk Benanga, di bulan Agustus 1998 silam, juga masih teringat jelas di ingatan Sumadi. Kala itu, benar-benar melumpuhkan aktivitas sebagian kota Samarinda. “Iya benar, waktu itu tanggul jebol. Wali Kota-nya saat itu Pak Lukman Said,” sebut dia, mengingat memori kala itu.

Kini, kondisi Bendungan Benanga lain cerita. “Aktivitas apapun di hulu Bendungan, air setelah hujan, muaranya memang ke Benanga. Diantaranya itu yang menyebabkan pendangkalan Bendungan Benanga sekarang ini,” ungkapnya.

Bendungan Benanga punya potensi besar jadi desinasi kawasan wisata air di Samarinda. (Foto : Niaga Asia)

Sumadi berharap, rencana pemerintah melalui Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan III sebagai pengelola Bendungan Benanga, merealisasikan rencana pengerukan pendangkalan Bendungan Benanga tahun depan.

“Rencana, tahun 2020 ada kegiatan pengerukan. Diantaranya, ekskavator amphibi sudah ada di sini. InsyaAllah, pengerukan juga diharapkan memberdayakan masyarakat sekitar Bendungan,” sebutnya lagi.

Masih dari harapan Sumadi, Bendungan Benanga kedepan, benar-benar memiliki 3 fungsi utama bagi kota Samarinda. “Sebagai pengairan sawah masyarakat sekitar, sebagai penyangga atau pengendali banjir, dan juga sebagai air baku PDAM seperti yang sekarang sudah berjalan,” jelasnya lagi.

Bahkan, Sumadi punya harapan lain. “Bendungan ini, kedepannya semoga jadi kawasan wisata air masyarakat Samarinda, maupun warga luar Samarinda yang berkunjung ke sini. Dengan begitu, kan perekonomian masyarakat sekitar Bendungan lebih meningkat karena banyak pengunjung berwisata,” kata Sumadi mengakhiri perbincangan. (006)