Derita Gizi Buruk, Berat Bayi 4 Bulan di Nunukan Ini Cuma 2,4 Kilogram

Balita Nur Cantika penderita gizi buruk bersama kedua orangtuanya (Foto : Budi Anshori/Niaga Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Lahir dengan berat badan di bawah normal hanya 1 kilogram, balita berusia 4 bulan bernama Nur Cantika, mengalami gizi buruk. Selain itu, saat ini juga mulai terserang penyakit kulit, yang menyebabkan bagian kepala dan tubuh lainnya terkelupas serta gatal.

Postur badan dari bayi pasangan suami istri Eka Famri dan Nur Aisyah yang lahir 12 Juli 2020 itu, terlihat kecil dan kurus. Balita itu belum pernah mendapatkan pengobatan ataupun bantuan kesehatan, dari Puskesmas ataupun pihak lainnya.

“Kemarin saya bawa ke Puskesmas. Di sana cuma dilihat-lihat, lalu disarankan ke Rumah Sakit Umum Daerah Nunukan untuk pengobatan,” kata Nur Aisyah, Rabu (18/11).

Memasuki usia 4 bulan, pertumbuhan Nur Cantika masih tergolong lambat, dengan berat badan 2 kilogram 4 ons atau 2.4 Kg. Hal itu tidak lepas dari keterbatasan ekonomi keluarga, ditambah lagi balita tidak mendapatkan asupan Air Susu Ibu (ASI).

Aisyah sudah berusaha memberikan asupan ASI, sebagimana saran dari petugas Puskesmas. Namun bayinya, selalu saja menolak dan memuntahkan kembali ASI. Balita hanya menerima susu formula yang diolah dalam botol dot.

“Sudah saya sodorkan ASI, dia tidak mau. Kami coba peras ASI-nya, masukan dalam dot, tetap dia menolak. Tapi kalau susu formula, anak saya mau,” ujar Aisyah.

Nur Cantika adalah anak pertama, keluarga kecil Eka Famri dan Nur Aisyah, yang hanya mengandalkan penghasilan dari suaminya sebagai buruh rumput laut, dengan penghasilan Rp 150 ribu, untuk sekali panen rumput laut.

Dengan penghasilan tidak menentu itulah, keluarga ini sedikit kesulitan memenuhi kebutuhan hidup. Bahkan, untuk tempat tinggal masih mengandalkan mess milik pemerintah daerah, di Jalan Tanjung, Kelurahan Nunukan Barat.

“Kalau orang panen rumput laut saya ikut, penghasilan tidak tentu, kadang 4 hari Rp 150 ribu. Itu pun kalau ada pasen saja,” ucapnya.

Menurut Aisyah, upaya pengobatan Nur Cantika masih terkendala BPJS Kesehatan. Petugas Puskesmas Nunukan menyarankan, keluarganya mendaftarkan balita sebagai peserta BPJS Kesehatan, agar mendapatkan penanganan dokter kulit RSUD Nunukan.

Penyakit kulit yang muncul dalam 1 bulan terakhir ini cukup menggangu. Terkadang, Nur Cantika menjadi gelisah dan rewel, menggesek-gesekan kepala dan badan. “Ada saya belikan sabun baby, agak berkurang sedikitlah penyakit kulit. Itu saja bisa kami lakukan,” ungkapnya lagi.

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Seksi Kesehatan Masyarakatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Nunukan Slamet mengatakan, balita Nur Cantika sudah terdata sebagai balita kurang gizi, yang ditangani Puskesmas Nunukan.

“Balita ini harus ditangani tata laksanana gizi buruk. Untuk bidang penanganannya di lapangan dilakukan petugas puskesmas,” sebutnya.

Sepanjang tahun 2020, Dinkes Nunukan mememukan sekitar 8 orang balita gizi buruk. Menurut Slamet, balita gizi buruk disebabkan konsumsi pola makan, dan infeksi, ditambah lagi pola asuh dan perilaku yang sebagian dari orangtua belum memahaminya.

Sejauh ini, tidak sedikit orangtua belum paham mengerti pemberian ASI secara ekslusif. Selain itu, pemberian makanan bayi yang terkadang belum cukup berusia 6 bulan, sudah diberikan makanan nasi atau bubur.

“Faktor lingkungan dan pola makan, pola hidup, juga mempengaruhi kesehatan anak. Orangtua tidak memahami makanan sehat gizi untuk anaknya,” beber Slamet.

Dinkes Nunukan secara rutin memantau perkembangan balita berusia 0 sampai 5 tahun. Diharapkan, semua orang yang memiliki balita, terus memantau tumbuh kembang anaknya di Posyandu. Dengan begitu, petugas kesehatan dapat segera menangani, apabila ditemukan balita gizi buruk.

“Angka gizi buruk tahun 2018 sekitar 16 balita. Mudah mudahan bisa menurun tahun ini dan ingat, orang tua harus aktif memeriksakan balitanya ke Posyandu,” pungkas Slamet. (002)

Tag: