Direktur RSUD Nunukan: Hoaks di Medsos Menganggu Dokter, Perawat, dan Pasien Umum

Direktur RSUD Nunukan, dr. Dulman (foto Budi Anshori/Niaga.Asia)

NUNUKAN.NIAG.AASIA-Sejumlah postingan video dan chat WathsApp  berisikan hoaks tentang  penyebaran virus corona (Cavid-19) di  Kabupaten Nunukan, terus saja menyebar luas hingga menimbulkan keresahan dikalangan masyarakat.

Para netizen seakan mendapatkan kesenangan dengan mengumbar hoaks. Dilain sisi, banyak masyarakat begitu saja percaya dan menilai kabar tersebut valid, padahal tidak satupun informasi itu dilengkapi dengan data ataupun keterangan resmi pihak pemerintah.

Menenaggapi hoks tentang Covid-19 itu, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sei Fatimah Nunukan,  dr. Dulman meminta masyaraka  tidak termakan isu ataupun kabar yang sumbernya belum tentu bisa dipertanggungjawabkan.

“Tiap hari ada saja bakar hoaks, kadang ada orang iseng mengabarkan disini ada orang gejala virus rocona, setelah di cek, ternyata frank,” katanya.

Untuk mengantisipasi penyebaran hoaks, RSUD Nunukan dalam waktu dekat akan membentuk tim penerangan dalam upaya menyampaian informasi  yang update sekaligus menangkal kabar-kabar menyesatkan.

“Sepertinya kita harus buat tim khusus penerangan yang tugasnya menyampaikan update informasi viruss corona dan pasien yang ditangani,” ucap Dulman.

Secara tidak langsung, kabar hoaks penyebaran virus corona di Nunukan berdampak buruk terhadap mental dan dan psikologi dan juga dokter, perawat yang menangani penyakit, bahkan ada pasien umum (bukan pasien Covid-19) yang dirawat mengalami down atau terganggu jiwanya.

Sejumlah pasien dengan penyakit yang tidak berhubungan dengan virus corona ikut tergangu psikologinya. Efeknya,  turun  rasa kepercayaan diri pasien bisa menurunkan imunitas yang pada akhirnya memakin memperburuk penyakitnya.

“Kami transparan umumkan berapa pasien terpapar corona, kami sampaikan juga cara perawatan, jadi tolong jangan jumlah pasien ditambah-tambah dan mengada-ada sendiri,” ujarnya.

Dulman menyebutkan, rasa ketakutan dan keresakan yang berlebihan terhadap virus corona membuat seseorang stress, dan apabila keadaan ini dialami orang yang dalam kondisi sakit, maka penyakit akan semakin bertambah kuat.

“Jangan giring opini masyarakat, jangan membuat keresahan dengan menyebarkan informasi buruk, apalagi sampai mengabarkan pasien dalam keadaan sekarat,” kata Dulman.

Sebagai contoh, pasien atas nama Nur Fadilah sempat mengalami stress akibat kabar hoaks, mahasiswa asal Sebatik ini memang benar dilarikan kerumah sakit dan dirawat inap beberapa hari di RSUD Nunukan.

Dari hasil pemeriksaan tim medis RSUD Nunukan, pasien mengalami tonsilitis atau radang amandel yang cukup besar, karena keadaan itulah, pasien mengalami susah bernapas tapi bukan disebabkan terpapar virus corona.

“Ukuran amandel cukup besar, makanya badannya demam dan susah bernapas, tapi tidak ada gejala corona, setelah kami obati turun suhu badannya dan mulai lancar bernafas,” jelas Dulman. (002)

Tag: