‘Geger’: Kekuasaan Itu Intrik

Teater Matahari bersama para penari dari Sanggar Dara Tenggarong dan pemusik Etnomusicology FIB Unmul, Rabu malam (30/11) mengakhiri latihan naskah ‘Geger’ di Gedung A Rizani Asnawi, Taman Budaya Kaltim, Samarinda yang akan tampil di Pendopo Institut Kesenian Indonesia (ISI) Solo, Sabtu malam (03/12/2022). (Foto Hamdani/Niaga.Asia)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Kekuasaan itu intrik, tipu daya, peperangan dan pembunuhan dari para elit. Sementara rakyat ditipu dengan kata-kata atas nama bangsa dan negara. Terkadang atas nama agama. Padahal isinya syahwat kekuasaan.

Rentetan  kalimat itu yang diucapkan Khadam, dengan nada marah campur sedih, ketika menyaksikan para elit Kerajaan Batu Besaung, Raja Mangku Alam, Perdana Menteri dan Putra Mahkota saling bunuh di balairung istana. Setelah itu, sambil melangkah pelan, Khadam mengucapkan, “Aku mencari kekuasaan untuk dibunuh!”

Itulah penggalan dialog lakon ‘Geger’ yang ditulis dan disutradarai Hamdani yang akan dipentaskan Sabtu malam (3/12), di Pendopo Institut Kesenian Indonesia (ISI) Solo.

Pentas ‘Geger’ yang merupakan rangkaian acara Semarak Pesona Wisata Kaltim itu memang menceritakan tentang dahsyatnya intrik perebutan takhta Kerajaan Batu Besaung.

Tersebutlah Raja Mangku Alam (Sahabuddin Pance) yang berkuasa sejak puluhan tahun lalu di Kerajaan Batu Besaung lantaran berhasil membunuh Pangeran Sukma Raga yang memberontak dan melengserkan Raja Mangku Jagad, kakak Mangku Alam. Padahal yang mendalangi pemberontak itu adalah Mangku Alam sendiri.

Demi meredakan konflik internal istana, ketika di awal kekuasaannya  Raja Mangku melakukan rekonsiliasi. Adik almarhum Pangeran Sukma Raga, memperoleh jabatan menjadi Panglima Perang (HM Nur), putra almarhum Raja Mangku Jagad diangkat menjadi Putra Mahkota (Fachrurozi). Sedang saudara tiri almarhum Raja Mangku Langit mendapatkan jabatan Perdana Menteri (Wawan Timor).

Berkat kewibawaan dan kesaktian Raja Mangku Alam, 10 Kerajaan berhasil ditaklukan. Rakyat hidup makmur dan sentosa. Pemerintahan berlangsung adil dan taat hukum.

Namun seperti lazimnya apabila kekuasaan yang terlalu lama dipegang, Raja menjadi lupa diri. Sehari-hari Raja hanya bersenang-senang, berfoya-foya. Pemerintah sudah tidak berjalan sebagaimana mestinya. Kerajaan menjadi lemah. Rakyat sudah tidak diperdulikan lagi.

Kondisi ini membuat para pejabat menjadi resah. Namun ada juga pejabat yang senang. Mereka adalah Perdana Menteri dan Panglima Perang. Mereka dengan didukung beberapa menteri dan perwira kerajaan berkomplot. Merencanakan pemberontakan.

Situasi yang seperti api dalam sekam di Kerajaan Batu Besaung diperburuk dengan perseteruan Raja Mangku Alam dan Putra Mahkota. Raja merebut cinta Putra Mahkota. Putri Mayang (Dede  Musdalifah), kekasih Putra Mahkota.

Lantaran kegundahan cintanya direbut dan tahu kalau dirinya bukan anak kandung Raja Mangku Alam membuat Putra Mahkota terbujuk, bergabung dengan Perdana Menteri dan Panglima Perang. Strategi pemberontakan diskenariokan.

Diam-diam semua peristiwa di istana dan skenario pemberontakan diketahui Khadam (Sabir). Tokoh unik dalam istana ini ternyata sudah lama muak dengan kondisi pemerintah yang tidak lagi mengurusi rakyatnya, melakukan tindakan sendiri. Para pihak yang terlibat dalam perebutan kekuasaan diprovokasinya.

Khadam menjalin kerjasama dengan Putri Mayang yang ternyata anak Pangeran Sukma Raga. Mereka berdua berhasil mempercepat terjadinya pemberontakan.

Perdana Menteri, Panglima Perang dan Putra Mahkota ketika sudah berhasil memenangkan pertempuran perebutan kekuasaan berhasil diracun Raja Mangku Alam yang pura-pura menyerah kalah. Sementara Raja Mangku Alam mati karena racun dari Putri Mayang.

Tinggal Putri Mayang dan Khadam yang masih hidup. Dalam euphoria keberhasilan membalas dendam, Putri Mayang ditinggalkan Khadam.

Latihan Terakhir

Setelah berproses selama satu bulan, Teater Matahari bersama para penari dari Sanggar Dara Tenggarong dan pemusik Etnomusicology FIB Unmul, Rabu malam (30/11) mengakhiri latihan naskah ‘Geger’ di Gedung A Rizani Asnawi, Taman Budaya Kaltim, Samarinda.

“Insya Allah kami siap tampil di Solo dengan sajian terbaik,” ucap Pimpinan Produksi Teater Matahari Syaiful Yasan.

Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan

Tag: