Gelombang COVID Ketiga Bayangi Indonesia Dipicu Omicron

Reaksi seorang pria saat menerima suntikan booster Moderna COVID-19 selama kampanye vaksinasi dosis ketiga di Denpasar, Bali, Indonesia pada Sabtu, 29 Januari 2022. Indonesia bersiap menghadapi gelombang ketiga infeksi COVID-19 sebagai penyakit yang sangat menular karena varian omicron mendorong lonjakan kasus baru, otoritas kesehatan dan pakar mengatakan Sabtu. (AP Photo/Firdia Lisnawati)

JAKARTA.NIAGA.ASIA — Indonesia bersiap menghadapi gelombang ketiga infeksi COVID-19 karena varian omicron yang sangat menular mendorong lonjakan kasus baru. Demikian otoritas kesehatan dan pakar mengatakan Sabtu.

Indonesia melaporkan 11.588 infeksi baru yang dikonfirmasi dan 17 kematian pada hari Sabtu dalam periode 24 jam terakhir. Itu adalah beban kasus harian tertinggi sejak Agustus ketika Indonesia berjuang untuk menahan gelombang yang didorong oleh delta.

Associated Press menulis, Indonesia telah pulih dari lonjakan tahun lalu, yang termasuk yang terburuk di kawasan ini, dan infeksi harian telah turun menjadi sekitar 200 pada Desember. Namun kasus meningkat lagi hanya beberapa minggu setelah negara tersebut melaporkan transmisi omicron lokal pertamanya.

“Kenaikannya akan sangat cepat. … Kita akan melihat kenaikan tajam dalam waktu dekat,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pada konferensi pers Jumat seperti dikutip niaga.asia

Dia menambahkan bahwa gelombang saat ini kemungkinan akan mencapai puncaknya pada akhir Februari atau awal Maret.

Budi mengatakan pemerintah mendedikasikan lebih banyak tempat tidur untuk pasien COVID-19, meningkatkan penelusuran dan pengujian serta mengintensifkan vaksinasi di semua wilayah. Tetapi beberapa ahli kesehatan meragukan langkah-langkah itu akan cukup mengingat penegakan hukum yang lemah.

Tingkat hunian tempat tidur di ibu kota, Jakarta, pusat wabah omicron, naik dari 5% pada awal Januari menjadi 45% pada hari Sabtu, kata Wakil Gubernur Jakarta Ahmad Riza Patria.

Dia mengatakan “omicron bergerak terlalu cepat” di kota, di mana lebih dari 80% dari 10 juta penduduk telah divaksinasi.

Pandu Riono, seorang ahli epidemiologi Indonesia dan penasihat akademik pemerintah, mengatakan, orang Indonesia masih trauma dari varian delta ketika banyak yang meninggal dalam isolasi di rumah atau saat menunggu untuk menerima perawatan darurat karena rumah sakit kebanjiran pasien.

Selama lonjakan tahun lalu, rumah sakit mendirikan tenda plastik sebagai unit perawatan intensif darurat, dan pasien menunggu berhari-hari sebelum dirawat. Tangki oksigen diluncurkan di trotoar bagi mereka yang cukup beruntung untuk menerimanya. Sementara yang lain diberitahu bahwa mereka perlu mencari pasokan oksigen sendiri.

Riono mengatakan gelombang ketiga tidak mungkin mendorong sistem perawatan kesehatan Indonesia ke jurang karena omicron umumnya menyebabkan gejala yang lebih ringan daripada delta.

Presiden Joko Widodo pada hari Jumat mendesak pasien tanpa gejala untuk mengisolasi diri di rumah selama lima hari dan menggunakan layanan telemedicine di mana mereka dapat mengakses dokter, obat-obatan dan vitamin secara gratis, atau mengunjungi pusat kesehatan masyarakat.

“Ini penting agar fasilitas pelayanan kesehatan kita bisa fokus merawat pasien dengan gejala yang lebih parah atau pasien penyakit lain yang membutuhkan perawatan intensif,” kata Widodo.

Dicky Budiman, ahli epidemiologi di Griffith University di Australia, mengatakan gelombang ketiga tidak dapat dihindari selama sebagian besar penduduk Indonesia tetap tidak terlindungi dari COVID-19. Pada hari Jumat, hanya 61% dari 208 juta orang Indonesia yang memenuhi syarat untuk divaksinasi lengkap.

Secara keseluruhan, Indonesia telah melaporkan lebih dari 4,3 juta infeksi dan 144.268 kematian akibat COVID-19.

Sumber : Associated Press | Editor : Saud Rosadi

Tag: