H Nusyirwan Ismail Dimata Pimpred Jurnas.com

rusman
Rusman

Jarang-jarang saya menulis status tentang seorang kawan apalagi yang meninggal dunia. Namun untuk yang ini, berbeda.  Sore ini (27/2) tiba-tiba membaca status seorang kawan lawas di Facebook, Pak Syafruddin Pernyata. Dia mengabarkan Nursyirwan Ismail meninggal dunia.

Saya kaget. Sempat tidak percaya. Saya memastikannya menghubungi rekan lawas juga, Pak Jauhar Efendi.  Dia membenarkan meninggalnya mantan Wakil Wali Kota Samarinda yang bertarung menjadi calon wakil Gubernur Kalimantan Timur saat ini.

Siapa Pak Nursyirwan Ismail?  Saya dulu sempat mengenal beliau sangat dekat. Ketika dia menjadi Kepala Dinas Perindustrian,Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kaltim. Hampir sering saya ke ruangannya untuk berdiskusi banyak hal. Dari soal ekspor impor hingga harga cabe merah.

Almarhum sangat-sangat bersahaja banget. Ramah dan selalu terbuka dikritik dan langsung bersikap cepat bertindak. Jika ada anak buahnya salah, dia mendidiknya agar tidak mengulang lagi kelakuan buruknya.

Tahun 2005, saya hijrah ke Jakarta. Komunikasi kami tak lagi rutin. Sesekali kami teleponan hanya sekedar apa kabar.   Suatu hari tahun 2014  saat almarhum sudah  menjadi wakil wali kota, saya sedang ada tugas di Samarinda. Saya bertemu dengannya di kantor Gubernur Kaltim. Dia kaget. Dia datangi dengan senyum khasnya. “Gimana kabarnya, Man? Ikam sombonglah mentang-mentang udah jadi anak Jakarta,” tutur dia.

Saya singgung tentang kesehatan dan bagaimana rasanya menjadi wakil wali kota. “Ikam bisa aja. Aku tuh sama kayak dulu. Ikam saja yang berubah,” ujarnya. Ikam itu istilah “kamu” dalam bahasa Kalimantan.  “Ikam saya undang lah ke ruangan kerjaku. Supaya ikam bisa lihat apa kerjaan ku. Ikam jangan tolak ajakanku. Kan lawas juga kita nggak ketemu,” ajaknya dia.

Basa basi saya menolaknya, karena besoknya ada janjian orang lain dan saya tawarkan bertemu di tempat lain. “Pokoknya ikam besok ke ruangan ku. Nggak ada kesah lain. Pokoknya pagi ku tunggu,” ujarnya.

Besok paginya, saya datang ruang kerja Wakil Wali Kota. Dia belum datang. Ajudan meminta saya menunggu di luar ruangan kerja. Baru duduk sekian menit, ajudan mendatangi dan minta maaf. “Bapak (Wakil Wali Kota) baru nelepon, minta bapak nunggu di dalam saja. Beliau dalam perjalanan,” ujar ajudan itu.

Saya dan Nursyirwan bertemu. Seperti dulu beberapa tahun lalu, kami lebih banyak tertawa. Cerita lucu-lucu. Dia banyak menceritakan tentang kehidupan orang Samarinda yang sangat perlu mendapat pelayanan publik. Dia bahkan ingin masyarakat Kaltim bisa maju pendidikan dan ekonominya.

Kini dia meninggal dunia. Saya sempat ingin menghubungi beberapa pekan lalu untuk memberikan dukungan dia menjadi calon wakil gubernur Kaltim berpasangan dengan Sofyan Hasdam. Namun nasib orang baik berkehendak lain. Dia malah dipanggil yang Maha Kuasa sebagai orang terpilih untuk mendahului saya dan rekan, dan masyarakat Kaltim. Selama Jalan Kawan.

(Rusman Manyu adalah Pemimpin Redaksi  Jurnas.com, Jakarta)